Heboh Jatah Indomie dan Permen untuk Narapidana di Australia

Permen, cokelat dan Indomie jadi makanan mewah di penjara-penjara di Australia. Pemerintah dituduh memanjakan para narapidana karena membeli makanan itu pakai kas negara.

oleh Afra Augesti diperbarui 28 Agu 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2018, 18:00 WIB
Ilustrasi mi instan (iStock)
Ilustrasi mi instan (iStock)

Liputan6.com, Melbourne - Pada 26 Agustus kemarin, stasiun televisi Australia, 9News, melaporkan bahwa para narapidana di Victoria mendapatkan jatah mi instan dengan merek Indomie, jenis mi yang berasal dan dibuat di Indonesia.

Namun mirisnya, pemerintah Victoria disebut menggunakan pajak negara untuk membeli Indomie tersebut dan membagikannya untuk para tahanan yang masih mendekam di balik jeruji besi.

Departemen Kehakiman dituduh lalai dalam menjalankan amanah, sebab mereka diduga menghabiskan lebih dari 500 ribu dolar Australia (sekitar Rp 5,3 miliar) uang pajak untuk memborong Indomie dalam dua tahun terakhir. Ditambah 1.498.700 dolar Australia (Rp 16 miliar) untuk membeli jajan seperti cokelat dan permen.

Jaksa Agung Negeri Bagian Victoria, John Pesutto, mengkritik bahwa selain Departemen Kehakiman, Gubernur Daniel Andrews juga patut disalahkan karena terlalu memanjakan para napi.

"Daniel Andrews seharusnya menjalankan tugasnya sesuai undang-undang yang berlaku bagi para tersangka. Ia bukan Willy Wonka yang mengelola pabrik cokelat," tegasnya sebagaimana dikutip dari Daily Mail, Senin 27 Agustus 2018.

Dalam kampanyenya pada tahun 2014, sebelum terpilih jadi gubernur, Andrews berjanji akan menghemat anggaran untuk penjara. Akan tetapi kebijakannya sekarang dituding terlalu menghambur-hamburkan uang negara.

Merespons kritikan tersebut, pemerintah Victoria membenarkan soal pengggunaan biaya dan jumlah dana yang digelontorkan untuk membeli seluruh panganan itu. Sistem seperti ini sengaja diadakan untuk memberi insentif kepada tahanan agar mau bekerja.

Para napi di penjara Australia bisa mendapatkan Indomie dari upah upah yang diperoleh saat bekerja di dalam tahanan. Setelah mendapatkannya, mereka diizinkan menjual jatah pribadi mereka kepada napi lain. Praktik ini dinilai bisa menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan narapidana.

"Ini cara penting untuk memastikan bahwa seseorang sungguh-sungguh ingin bekerja dan belajar mengenai cara berdagang," kata Brett Collins dari Prisoners Action Group.

Realitasnya, ongkos pembelian Indomie mencapai 5,49 dolar Australia (Rp 80 ribu) per hari. Sedangkan biaya makan harian narapidana adalah sekitar 7,5 dolar Australia (Rp 79 ribu), dengan makanan pokok berupa sereal dan pasta.

Sementara itu, statistik terbaru mengungkapkan ada 7.149 tahanan di penjara-penjara Victoria. Dengan demikian, keseluruhan total yang dihabiskan untuk makanan harian para tahanan adalah sekitar 53.617,50 dolar Australia atau Rp 571,4 juta.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Picu Perdebatan

Ilustrasi Mi Instan (iStockphoto)
Inilah Alasan orang-orang sangat menggandrungi mi instan

Dalam pembelaannya, otoritas setempat mengklaim bahwa Indomie menjadi makanan yang sangat popeler di penjara Victoria karena rasanya enak. Kendati demikian, para narapidana tidak mendapatkan jatah tersebut dengan gampang. Hanya napi yang berkelakuan baik-lah yang akan mendapatkan Indomie.

Terlepas dari perdebatan di atas, publik Australia menyoroti isu yang lebih substansial yakni sikap pemerintah dalam memperlakukan para napi.

Pengguna Twitter di Australia --sejak beredarnya pemberitaan itu-- beradu argumen bahwa Indomie dianggap sebagai makanan yang terlalu mewah bagi para narapidana.

Seorang warganet bahkan bergurau bahwa napi seharusnya hanya makan bubur seperti perlakuan sipir beberapa abad lalu dan tidak diberi mi instan dengan rasa yang enak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya