Tolak Imbauan Italia, Prancis dan Spanyol Enggan Buka Pelabuhan untuk Imigran

Proposal pembukaan pelabuhan bagi imigran yang diajukan Italia ditolak oleh Spanyol dan Prancis, menyebabkan konflik kembali memanas di isu terkait.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 31 Agu 2018, 17:02 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2018, 17:02 WIB
Naiki Perahu Karet, Pengungsi dan Imigran Ini Berniat Menuju Eropa
Suasana saat pengungsi dan imigran diselamatkan LSM Proactiva Open Arms Spanyol di utara pantai Libya, Minggu (6/5). (AP Photo/Felipe Dana)

Liputan6.com, Roma - Seruan pemerintah Italia kepada Prancis dan Spanyol untuk membuka pelabuhan bagi imigran yang diselamatkan di perairan Mediterania, gagal mengumpulkan dukungan dari para anggota Uni Eropa.

Padahal di waktu yang sama, Italia mengancam akan menghentikan misi penyelamatan Operasi Sophia, di mana Eropa meminta bantuan Negeri Piza sebagai pelabuhan detensi para imigran ilegal.

Menyela pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa di Wina, perwakilan Italia, Elisabetta Trenta, menyebut pelabuhan tempat kapal penyelamat berlabuh seharusnya dirotasi untuk mengurangi beban di negaranya.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (31/8/2018), Italia menjadi rute utama bagi ratusan ribu pencari suaka ke Eropa, yang berlayar dari Yunani, Turki, dan Tunisia. Sebagian besar fasilitas tersebut ditutup pada 2016, yang kemudian memicu penurunan jumlah imigran tanpan dokumen yang ditampung dalam setahun terakhir.

Perwakilan tinggi Uni Eropa untuk urusan luar negeri, Federica Mogherini, menegaskan kepada wartawan, bahwa Italia telah mengajukan proposal bantuan, namun tidak bisa segera dibahas mengenai keputusan akhirnya. Adapun pertemuan di Wina, disebutnya, tidak mewakili kepentingan isu yang disuarakan Roma.

Ditambahkan oleh Mogherini, proposal Italia sebelumnya tidak memiliki dukungan bulat dari negara-negara anggota lainnya, ataupun kekuatan mandiri untuk mendesak tunutan terkait kepada negara-negara di sekitarnya.

Meski begitu, Italia disebut --meski berat-- menyetujui misi penyelamatan imigran ilegal di Mediterania hingga Desember mendatang, melampaui jangka waktu yang diajukannya.

Tapi, keputusan di atas disebut bertentangan dengan pendapat menteri dalam negeri Italia --yang juga menjabat wakil perdana menteri-- Matteo Salvini, di mana ia mengatakan pada Kamis 30 Agustus, bahwa pihaknya tengah mempersiapkan proposal lanjutan ke Brussels.

"Mereka selalu berkata tidak. Jika terus begitu, kami akan mengurusi (isu imigrasi) ini dengan cara kami sendiri," ancamnya.

Salvini diketahui telah mengambil beberapa kali tindakan keras pada isu imigrasi, berulang kali mengatakan Italia "tidak lagi menjadi kamp pengungsi Eropa".

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

Italia Ajukan Tantangan

Menteri Dalam Negeri Italia
Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini. (Solaro Andreas/AFP)

Serbuan imigran ilegal ke Italia dikabarkan kembali meningkat sejak pemilihan umum di Italia pada awal 2018 lalu. 

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Italia memutuskan menantang komunitas Eropa dengan tidak memberi izin kapal penyelamat berlabuh di wilayahnya, kecuali negara-negara lain setuju untuk ambil peran dalam penanganannya.

Di lain pihak, Menteri Salvini sempat dikenaik penyelidikan oleh jaksa Italia atas potensi penyalahgunaan jabatan, penculikan dan penahanan ilegal, terkait dengan penolakan terhadap izin berlabuh bagi 177 migran di pantai Ubaldo Diciotti di Sisilia.

Salvini mencegah penumpang turun selama hampir satu minggu sambil menyerukan jaminan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa lainnya akan mengambil bagian mereka. Setelah permintaannya ditolak, Salvini mengatakan akan bertemu dengan perdana menteri Hongaria Viktor Orbán untuk membahas "strategi alternatif".

Pada Selasa 28 Agustus, setelah pertemuan mereka, Salvini dan Orbán mengklaim mereka "berjalan di jalan yang sama" setelah membahas pembentukan front anti-migrasi umum, untuk menentang kebijakan presiden Prancis, Emmanuel Macron.

"Kami ingin mengubah komisi Eropa. Kami ingin melindungi perbatasan kami, dan juga melawan kebijakan pro-imigran yang didukung oleh Macron dan (George) Soros," kata Salvini.

Macron menanggapi pada hari Kamis: "Salvini dan Orbán menganggap saya sebagai ancaman karena kami tidak akan menyerahkan landasan apapun kepada nasionalis."

Salvini pada gilirannya mengatakan kepada wartawan: "Prancis mengirim kembali 48.000 imigran ilehgal ke Italia. Dia (Macron) lebih baik diam."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya