Indonesia Alami Hari Tanpa Bayangan, Ini 4 Hal Kaitannya dengan Garis Khatulistiwa

Hari Tanpa Bayangan digambarkan seperti ketika seseorang sedang berdiri di atas garis khatulistiwa, bayangan akan tegak lurus dengan tubuh manusia.

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Okt 2018, 19:40 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2018, 19:40 WIB
Garis Khatulistiwa
Monumen garis khatulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat. (Wikimedia/Creative Commons)

Liputan6.com, Pontianak - Hari Tanpa Bayangan kembali terjadi di Jakarta dan Serang pada hari ini, Selasa (9/10/2018) siang.

Adapun fenomena alam ini dibenarkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Mereka mengungkap, fenomena ini setidaknya terjadi dua kali dalam satu tahun di Indonesia, yakni pada Maret-April dan September-Oktober.

Peneliti sains antariksa LAPAN, Rhorom Priyatikanto, dalam keterangannya mengungkapkan bahwa selain Jakarta dan Serang, daerah lain yang posisinya ada di -6 derajat Lintang Selatan juga bakal mengalami Hari Tanpa Bayangan.

"Bahkan Tugu Monas nyaris tidak punya bayangan. Kalau di Jakarta sudah berlangsung 5 Maret dan hari ini. Daerah lain keesokan harinya," ujar Rhorom.

Ia menambahkan, posisi matahari hari ini berada tepat di atas kepala dan fenomena tersebut berlangsung selama sekitar 10 menit setelah waktu zuhur.

Secara istilah, Hari Tanpa Bayangan tidak berarti semua bayangan akan hilang dalam waktu satu hari. Kepala LAPAN, Thomas Djamluddin menjabarkan bahwasannya Hari Tanpa Bayangan adalah sebutan populer untuk kondisi astronomis saat matahari tepat berada di atas kepala pada siang hari.

"Setiap daerah berbeda, bergantung bintangnya. Di Jawa, sekitar awal Oktober dan awal Februari. Dampaknya hampir tidak ada, namun menarik untuk edukasi publik, tentang perubahan posisi matahari sepanjang tahun karena kemiringan sumbu rotasi Bumi," ujar Thomas.

Peristiwa alam seperti ini biasanya hanya bisa disaksikan ketika seseorang berada tepat di Garis Khatulistiwa. 

Garis khatulistiwa (ekuator) adalah garis imajiner yang mengelilingi Bumi dan membagi planet ini menjadi dua bagian, yaitu belahan Bumi utara dan belahan Bumi selatan.

Setiap lokasi di sepanjang khatulistiwa berjarak sama jauh dari Kutub Utara dan Kutub Selatan. Karena garis lintang ekuator adalah 0 derajat, maka matahari akan berada tepat di atas kepala pada tengah hari di saat ekuinoks, sehingga bayangan akan 'hilang'.

Antara ekuinoks Maret dan September, latitud bagian utara Bumi 'berjalan' menuju matahari, yang kemudian dikenal sebagai Tropik Cancer --bagian Bumi paling utara di mana Matahari dapat berada tepat di atas kepala.

Sedangkan bagian selatan Bumi terjadi antara ekuinoks September dan Maret, sehingga dinamakan Tropik Capricorn.

Menurut eden.uktv.co.uk yang dikutip Liputan6.com pada hari Selasa, Garis Khatulistiwa membentang 24.901 mil (40.075 kilometer) di seluruh dunia. Garis ini melintasi wilayah di 14 negara, termasuk Indonesia.

Lalu, apa saja yang perlu diketahui tentang Garis Khatulistiwa? Berikut 5 hal di antaranya.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

1. Gravitasi Lebih Rendah di Khatulistiwa

Ilustrasi Telur
Ilustrasi Telur (iStock)

Bumi berputar cukup cepat. Jadi, gaya sentrifugal yang lebih besar di Khatulistiwa memperlemah tarikan gravitasi (intensitas turun dari 9,8 m/d² menjadi 9,78 m/dtk). Itu sebabnya, situs peluncuran roket umumnya terletak di dekat ekuator. 

Lebih Mudah Menyeimbangkan Sebutir Telur

Secara teoritis, ini adalah fakta menarik lainnya tentang Garis Khatulistiwa. Gravitasi yang lemah menjadikan berbagai benda mudah diseimbangkan, termasuk menegakkan telur mentah.

2. 14 Negara yang Dilintasi Garis Khatulistiwa

Pelabuhan Terminal Pontianak
Suasana aktivitas di Terminal Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (11/4). PT Pelindo II (Persero) hari ini mencanangkan pembangunan Pelabuhan Terminal Tanjung Pura (Terminal Kijing). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bagian Bumi yang dilewati Garis Khatulistiwa kebanyakan adalah samudra: Samudra Atlantik (Teluk Guinea), Samudra Hindia (melewati antara Huvadhu Atoll dan Fuvahmulah di Maladewa), Samudra Pasifik (melewati 570 m di utara Pulau Waigeo-Indonesia, melewati 13 km di selatan Aranuka Atoll-Kiribati, dan melewati 21 km di selatan Pulau Baker-Amerika Serikat).

Namun ada pula yang melintasi daratan atau wilayah perairan di 14 negara.

Dari 14 negara yang terletak di Khatulistiwa, 8 di antaranya ada di Afrika: Sao Tome dan Principe (Ilheu das Rolas), Gabon, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo (melewati 9 km di selatan Butembo), Uganda (melewati 32 km di selatan Kampala), Danau Victoria (melewati beberapa pulau di Uganda), Kenya (melewati 6 km di utara Kisumu) dan Somalia.

Sedangkan di Amerika Selatan yaitu Ekuador (Pulau Isabela di Kepulauan Galápagos, melewati 24 km di utara Quito, di dekat Mitad del Mundo), Kolombia (melewati 4,3 km di utara perbatasan dengan Peru), dan Brasil (Amazonas, Roraima, Amapa, Para --kepulauan di mulut Sungai Amazon).

Sementara itu, negara lainnya yang juga dilewati Garis Khatulistiwa adalah Maladewa, Kiribati, dan Indonesia (Pulau-pulau Batu, Sumatra dan Kepulauan Lingga; Selat Karimata, Pontianak, Kalimantan Barat; Selat Makassar; Sulwesi; Teluk Tomini; Laut Maluku; Kayoa dan Kepulauan Halmahera; Laut Halmahera; dan Pulau Gebe)

3. Lintang dan Bujur

matahari
Ilustrasi matahari (iStockPhoto)

Khatulistiwa adalah salah satu dari lima garis lintang yang membantu menyediakan lokasi relatif pada atlas. Empat lainnya termasuk Lingkar Arktik, Lingkar Antartika, Tropik Cancer, dan Tropik Capricorn.

Karena Bumi berbentuk 'menonjol' di tengah, maka Garis Khatulistiwa secara signifikan berukuran lebih panjang daripada garis lintang lainnya.

Pada saat ekuinoks bulan Maret dan September, matahari akan melakukan perjalanan langsung dari utara ke selatan di atas Khatulistiwa. Karena itu, orang-orang yang hidup di sepanjang Khatulistiwa mengalami siang dan malam tercepat sepanjang tahun --ketika matahari bergerak tegak lurus ke khatulistiwa.

4. Suhu Ekstrem di Khatulistiwa

Ilustrasi salju
Ilustrasi salju (iStock)

Sebagian besar negara yang terletak di sepanjang Khatulistiwa mengalami suhu yang lebih hangat sepanjang tahun, daripada wilayah lain di dunia yang memiliki ketinggian yang sama.

Itu karena eksposur khatulistiwa --yang menggembung-- lebih mendekatkan wilayah yang dilintasinya dengan paparan sinar matahari. Akibatnya, negara-negara yang terletak di sepanjang Khatulistiwa memiliki banyak hutan hujan --terkonsentrasi di Kongo, Brasil, dan Indonesia.

Meski begitu, Khatulistiwa menawarkan iklim yang sangat beragam karena fitur geografis negara-negara yang dilaluinya. Ada sedikit fluktuasi suhu sepanjang tahun, meskipun mungkin ada perbedaan dramatis dalam curah hujan dan kelembaban udara, yang ditentukan oleh arus angin.

Negara lain seperti Ekuador dan pegunungan tinggi di sekitarnya, cuaca menjadi amat dingin.

Bahkan, Anda akan menemukan salju dan es abadi di Cayambe, gunung berapi di Ekuador yang tingginya mencapai 5.790 meter di atas permukaan laut (hampir 19.000 kaki).

Bahkan, istilah musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi tidak benar-benar berlaku untuk wilayah di sepanjang Khatulistiwa.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya