Kurangi Makan Daging Jika Ingin Selamat Perubahan Iklim, Ini Alasannya

Studi ilmiah terbaru menyebut bahwa perubahan iklim dapat diatasi, salah satunya dengan mengurangi konsumsi daging sapi.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Okt 2018, 08:01 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 08:01 WIB
Daging Sapi Mentah
Ilustrasi Foto Daging Sapi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Studi baru terkait isu pangan dan perubahan iklim, mendesak dunia segera mengurangi drastis konsumsi daging untuk menghindari Bumi semakin rusak.

Ketika umat manusia bergulat dengan pilihan sulit untuk mengimbangi cepatnya pemanasan global, penelitian menunjukkan bahwa dunia Barat perlu memangkas asupan dagingnya hingga 90 persen.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari lumpuhnya kemampuan Planet Biru dalam mempertahankan produksi pasokan pangan untuk 10 miliar orang pada 2050 mendatang, demikian sebagaimana dikutip dari Asia One, Kamis (11/10/2018).

Produksi pangan --yang menghasilkan gas rumah kaca dari industri pertanian dan peternakan-- adalah penyumbang utama bagi perubahan iklim.

Sebuah studi yang diterbitkan pada Rabu di jurnal Nature menawarkan pandangan paling komprehensif tentang betapa buruknya pertanian intensif bagi Bumi.

Tanpa penarikan besar dalam jumlah daging yang dikonsumsi, para penulisnya mengatakan, dampak industri makanan yang sangat besar terhadap lingkungan bisa meningkat hingga 90 persen pada pertengahan abad nanti.

Hal itu ditambah dengan peningkatan tajam populasi global, yang diprediksi akan menghancurkan kemampuan manusia untuk secara efektif memberi makan dirinya sendiri, dan membenturkan setiap harapan realistis dalam menahan pemanasan global.

Para ilmuwan menyerukan "pergeseran global" menuju lebih banyak pola makan nabati dibandingkan daging, memotong limbah makanan, dan memperbaiki praktik pertanian dengan bantuan teknologi.

"Tidak ada solusi tunggal yang cukup untuk menghindari risiko lumpuhnya kemampuan Bumi mendukung pasokan pangan manusia," kata Marco Springmann dari program Masa Depan Pangan dan Departemen Kesehatan Populasi di Universitas Oxford, yang memimpin penelitian.

"Tetapi, ketika solusi diterapkan bersama-sama, penelitian kami menunjukkan bahwa Bumi berpotensi memberi makan populasi yang terus tumbuh secara berkelanjutan," Springmann menjelaskan.

Selain itu, meningkatnya populasi, pendapatan dan urbanisasi dilaporkan akan mendorong peningkatan 78 persen dalam permintaan daging dan makanan laut dari 2017 hingga 2050.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Peternakan Timbulkan Ancaman Tiga Kali Lipat

Sapi di Jambi
Beternak sapi menjadi salah satu primadona sebagian warga Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Menurut penelitian terkait, peternakan menimbulkan ancaman tiga kali lipat terhadap atmosfer Bumi. Itu karena hewan menghasilkan gas metana dalam jumlah besar.

Hal tersebut kian diperparah dengan fakta hilangnya hutan sebagai penyerap karbon, yang ditebang untuk mengakomodasi area penggembalaan mereka.

Selain itu, air dalam jumlah yang sangat besar dibutuhkan untuk menopang ternak, di mana setiap 500 gram daging sapi diperkirakan membutuhkan hampir 7.000 liter air.

Laporan studi di atas mengatakan, mengurangi separuh jumlah makanan yang terbuang atau hilang dari pengelolaan yang buruk saja, dapat mengurangi dampak lingkungan hingga 16 persen.

Hal ini disebut akan berhasil jika disertai dengan pendidikan yang lebih baik, reformasi industri, dan peningkatan efisiensi sebagai cara untuk mengatasi masalah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya