Tuai Kontroversi, Penjara Guantanamo Tetap Buka Hingga 25 Tahun Mendatang

Penjara penuh kontroversi, Guantanamo, diperkirakan akan tetap dibuka oleh pemerintah AS hingga 25 tahun mendatang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Okt 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2018, 14:00 WIB
Ilustrasi penjara Guantanamo (AP/Ramon Espinosa)
Ilustrasi penjara Guantanamo (AP/Ramon Espinosa)

Liputan6.com, Jakarta Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama, diketahui telah berjanji untuk menutup penjara yang dijalankan militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Tetapi kini, fasilitas kontroversial itu direncanakan tetap beroperasi selama setidaknya 25 tahun ke depan, demikian sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Rabu (17/10/2018).

Laksamana Muda John Ring mengatakan bahwa penjara, yang digunakan untuk menahan pelaku serangan 11 September dan teroris lainnya, akan mendapatkan beberapa pembenahan fisik dan struktural, untuk bisa beroperasi setidaknya hingga 25 tahun mendatang.

Pada bulan Januari, Presiden Donald Trump menandatangani sebuah perintah eksekutif, yang membalikkan titah pendahulunya, Obama, untuk menutup fasilitas yang telah menarik kecaman global.

"Pemerintah (Pentagon) mengatakan bahwa kami akan berada di sini (Guantanamo) selama 25 tahun atau lebih," kata Laksamana Ring, yang juga merupakan Komandan Gugus Tugas Gabungan Guantanamo.

Pada bulan Desember, ahli penyelidikan top PBB menyinggung laporan dari berbagai sumber, yang menunjukkan setidaknya satu tahanan masih disiksa di Teluk Guantanamo.

Nils Melzer, pelapor khusus PBB tersebut, mengatakan dia telah menerima informasi bahwa penyiksaan melalui tekanan suara dan getaran, beberapa kalo terjadi pada Ammar al-Baluchi, seorang tersangka perumus Serangan 11 September.

Melzer menyuarakan perhatian khusus terhadap tahanan yang telah ditahan dalam jangka waktu lama, dan dalam isolasi sangat ketat oleh militer Amerika Serikat.

Di bawah pemerintahan Presiden George W. Bush, militer dengan tergesa-gesa membangun penjara Guantanamo, setelah invasi yang dipimpinnya ke Afghanistan pada akhir 2001.

Guantanamo kemudian lekat dengan tudingan penyiksaan terhadap tanahan kelas kakap, termasuk salah satunya menyasar otak pelaku Bom Bali I, Hambali.

Militer Amerika Serikat, selaku pengelola, belum menyatakan pernyataan resmi apapun terkait masa depan Guantanamo. 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

780 Orang Telah Ditahan

Tahanan penjara Guantanamo (Wikimedia Commons)
Tahanan penjara Guantanamo (Wikimedia Commons)

Selama bertahun-tahun, sekitar 780 orang telah ditahan di Guantanamo, sebagian besar karena dugaan keterkaitan dengan Al Qaeda dan Taliban.

Kamp Guantanamo pertama beroperasi di bawah pemerintahan Bush, yang gencar mengisi tanpa peradilan memadai. Baru di era Obama, AS melakukan peninjauan ulang, dan membebaskan ratusan tahanan dari penjara.

Para narapidana paling terkenal, termasuk terdakwa yang menjadi dalang Serangan 11 September, Khalid Sheikh Mohammed, masih menunggu proses peradilan di tengah ketidakpastian hukum yang membuatnya menderita.

Penjara Guantanamo belum menerima narapidana baru sejak 2008, dan kini tersisa sekitar 40 orang yang masih mendekam di sana.

Dunia internasional sudah beberapa kali mendesak proses peradilan terhadap seluruh terdakwa yang tersisa, namun pemerintah AS masih menganggap terlalu berbahaya untuk membebaskan para narapidana.

Pada jejak kampanye Donald Trump saat Pemilu 2016, ia berjanji akan mengisi Guantanamo dengan "orang-orang jahat". Ditambahkan olehnya, bahwa para anggota ISIS yang ditangkap, juga akan dijebloskan ke sana.

Namun, menurut Laksamana Ring, sejauh ini ada "tidak ada indikasi" bahwa tahanan baru tersebut akan ditransfer segera ke Guantanamo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya