Liputan6.com, Jenewa - Indonesia kembali menekankan pentingnya upaya mencapai perdamaian di Afghanistan untuk mendorong reformasi, demokratisasi dan pembangunan di negara itu. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan tingkat menteri di Konferensi Jenewa tentang Afghanistan, hari Rabu 28 November 2018.
"Jangan pernah lelah mengupayakan perdamaian, walaupun jalan yang harus dilalui penuh dengan tantangan dan melelahkan," demikian disampaikan Menlu RI pada acara Ministerial Conference in Afghanistan di Gedung PBB, Jenewa 28 November 2018, seperti dimuat Liputan6.com, Kamis (29/11/2018).
Advertisement
Baca Juga
Indonesia telah berhubungan dengan Afghanistan sangat lama, antara lain melalui kerjasama pendidikan, kesehatan dan people to people contact. Tahun lalu, atas permintaan Presiden Afghanistan, Indonesia mulai terlibat secara lebih intensif dalam proses perdamaian di Afghanistan.
"Sebagai negara yang demokratis, dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, serta pihak yang netral, Indonesia berpendapat bahwa Ulama memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan yang baik untuk stabilitas di Afghanistan, menurut Menlu Retno.
Dalam kaitan itu, pada Mei 2018, Indonesia telah menjadi tuan rumah Trilateral Ulema Conference, dengan mengundang Ulama dari Afghanistan, Pakistan dan Indonesia.
Konferensi Ulama tersebut telah mengirimkan pesan kuat bahwa kekerasan dan ekstremisme tidak memiliki tempat di Islam.
Tiga Hal Prioritas dalam Upaya Perdamaian di Afghanistan
Dalam pertemuan di Jenewa, Indonesia menekankan pentingnya tiga hal:
Pertama, membangun rasa percaya (trust and confidence building) merupakan komponen yang sangat penting dalam proses perdamaian.
Menlu Retno menyampaikan bahwa Indonesia siap untuk memfasilitasi upaya membangun saling percaya ini.
Kedua, pembangunan Afghanistan harus terus dilanjutkan. Menlu Retno secara khusus menyinggung pentingnya pemberdayaan perempuan.
"Indonesia telah melakukan berbagai bantuan di bidang pembangunan ekonomi, antara lain melalui pembangunan kapasitas untuk UMKM dan perempuan serta memberikan akses pasar lebih besar untuk produk Afghanistan", lanjut Retno.
Ketiga, pemberdayaan terhadap generasi muda harus terus dilakukan.
Dalam kaitan ini, Indonesia siap untuk menerima 1.000 anak muda Afghanistan belajar di Indonesia.
Terakhir, Menlu Retno menyampaikan pentingnya koordinasi dan sinergi semua upaya yang dilakukan masyarakat internasional.
KTM Jenewa mengenai Afghanistan 27-28 November 2018, bertujuan sebagai wadah bagi pemerintah Afghanistan untuk menyampaikan perkembangan proses perdamaian dan komitmen yang berkelanjutan untuk melakukan reformasi, demokratisasi dan pembangunan di Afghanistan.
Pertemuan juga dimaksudkan bagi international partners untuk mengkaji efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas dari kontribusi yang telah diberikan bagi pembangunan kembali Afghanistan.
Â
Simak video pilihan berikut:
Peran Indonesia Diapresiasi Afghanistan
Pemimpin Eksekutif Afghanistan (setara perdana menteri), Abdullah Abdullah, meminta agar RI menindaklanjuti hasil konferensi ulama dan cendekiawan dari Afghanistan-Pakistan-Indonesia yang membahas perdamaian serta stabilitas di Afghanistan, yang digelar pada Mei 2018 lalu.
Abdullah menggarisbawahi peran Tanah Air dalam mengupayakan perdamaian di Afghanistan --negara yang tengah berkonflik dengan kelompok Taliban dan beberapa organisasi teroris selama dekade terakhir.
"Indonesia telah lama membantu untuk mempromosikan perdamaian di Afghanistan ... dan negara Anda berada di posisi yang baik untuk mengupayakan hal tersebut," kata Abdullah dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Jumat 5 Oktober 2018.
"Indonesia juga punya reputasi dan kredibilitas yang baik di Afghanistan, yang dibangun lewat sejarah hubungan yang baik pula antara kedua bangsa."
"Peran Indonesia terhadap Afghanistan juga berbeda dengan apa yang dilakukan oleh negara Barat. Karena, Indonesia lebih mementingkan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, kawasan dan global," tambahnya.
Pria yang menduduki jabatan sepantar perdana menteri itu juga mengatakan bahwa pemimpin kedua negara telah meningkatkan kapasitas hubungan Indonesia-Afghanistan lewat sejumlah kunjungan tingkat tinggi. Seperti misalnya, lawatan Presiden Ashraf Ghani ke Jakarta pada 2017, lawatan Presiden Jokowi ke Kabul pada 2018, kunjungan Wapres JK ke Kabul pada tahun yang sama, serta, lawatan menteri masing-masing negara.
Di mata Abdullah, rangkaian pertemuan yang terlaksana selama dua tahun terakhir itu, meningkatkan posisi Indonesia sebagai pihak yang patut diperhitungkan pada upaya perdamaian Afghanistan dengan Taliban di dalam negeri. Termasuk, perdamaian Afghanistan dengan negara tetangga, yakni Pakistan.
Salah satu bukti adalah terselenggaranya konferensi ulama trilateral Afghanistan-Pakistan-Indonesia di Bogor pada 11 Mei 2018.
Awalnya, konferensi itu digagas oleh Presiden Jokowi kala melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul pada Januari 2018. Kemudian, Wakil Presiden JK menindaklanjuti gagasan tersebut saat mengunjungi Afghanistan pada Februari 2018 untuk menghadiri Kabul Peace Process yang diinisiasi oleh Presiden Ghani.
Pakistan, yang kerap dituduh komunitas internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar konferensi trilateral tersebut.
Abdullah pun, mengapresiasinya. Ia mengatakan bahwa gagasan tersebut merupakan "kontribusi yang baik bagi perdamaian di Afghanistan."
Advertisement