Petani Australia dan Suku Aborigin Olah Limbah Daging Kanguru Jadi Santapan

Sejumlah petani di Australia membuka kelas mengolah daging kanguru yang mereka buru karena memasuki lahan pertanian mereka.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Des 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 10 Des 2018, 10:31 WIB
Ilustrasi kanguru (iStock)
Ilustrasi kanguru (iStock)

Liputan6.com, New South Wales - Sejumlah petani di Braidwood, New South Wales, menyelenggarakan kelas mengolah daging kanguru yang mereka buru karena memasuki lahan pertanian mereka. Kanguru itu biasanya dibiarkan tergeletak membusuk.

Frustrasi oleh limbah lusinan kanguru yang diburu di lahan pertaniannya, telah mendorong Martin Royds bekerja sama dengan seorang juru masak Aborigin untuk mendorong orang lain mengolah daging dari hewan yang mereka musnahkan.

Kekeringan yang semakin memburuk selama setahun terakhir telah memicu meningkatnya konflik antara kanguru dan manusia. Hewan marsupial khas Australia ini banyak menyerang lahan pertanian seperti yang dialami Martin Royds. Mereka bersaing dengan ternak miliknya untuk mendapatkan rerumputan hijau yang semakin terbatas jumlahnya di Braidwood.

Martin Royds memperkirakan setiap malam sekitar 150 ekor kanguru masuk ke lahan pertaniannya melalui lubang yang ada di pagar.

Sampai belakangan ini, undang-undang membolehkan petani "menembak dan membiarkan kanguru tergeletak membusuk di lahan pertanian mereka, setelah secara pribadi memusnahkan hewan tersebut. Hal ini mengakibatkan jumlah bangkai kanguru yang membusuk bertebaran di sekitar peternakan yang tidak diizinkan untuk disentuh.

Namun, sebagai bagian dari paket kekeringan pemerintah NSW, para petani kini dibolehkan memindahkan hewan yang mati, dan bahkan memanen daging mereka.

"Jika saya bisa, saya akan membudidayakan kanguru, tetapi pada saat ini daging kanguru hanya dihargai 65 sen, sementara saya bisa mendapatkan tiga hingga lima dolar untuk daging sapi," kata Royds, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Senin (10/12/2018).

Tidak adanya permintaan daging kanguru, mendorong Martin Royds untuk bekerja sama dengan juru masak Pribumi T-Bag untuk mempelajari cara menguliti, memasak, dan memakan hewan yang terpaksa dia musnahkan.

 

Simak video pilihan berikut:

Jadi Steak

Ilustrasi kanguru (iStockphoto)
Ilustrasi kanguru (iStockphoto)

Dengan bantuan T-Bag, Martin Royds menyelenggarakan kelas memasak untuk mengajari rekan-rekannya cara terbaik memanfaatkan daging kanguru.

Memanggang dengan batu panas tradisional pada suhu hingga 400 derajat Celsius, T-Bag menunjukan cara menguliti, membumbui, dan memanggang daging kanguru di depan kerumunan warga yang menghadiri kelasnya.

"Sehat, cerdas hati, berkelanjutan," kata T-Bag.

"Kita bisa mengulitinya, memanggangnya, sama seperti Anda akan mengolah kaki domba. Isi dengan bawang putih, rosemary, atau bumbu lainnya.”

"Anda bisa membuat casserole, Anda bisa mencampurnya, Anda bisa memanggangnya, memanggangnya, memanggangnya."

Martin Royds, yang memasok daging kangguru yang dimakan untuk kelas memasak, didukung oleh respons petani.

"Saya merasa sedikit jauh lebih baik sekarang setelah kita memanen daging kanguru dan juga membuat kompos untuk pupuk dari sisa potongan tubuh kanguru lainnya," katanya.

Persatuan Internasional untuk Pelestarian Alam Dr Rosie Cooney memuji penggunaan pengetahuan masyarakat pribumi oleh warga di Braidwood untuk lebih menghargai spesies asli.

"Gagasan di dunia yang kekurangan protein bahwa kita membiarkan hewan-hewan ini tergeletak membusuk begitu saja itu benar-benar keterlaluan," katanya.

"Jika kita menginginkan keharmonisan, di lanskap pertanian Australia, antara kanguru dan petani, maka kita perlu menemukan cara bagi petani untuk mendapatkan manfaat nyata dari kanguru, jadi mereka tidak hanya dilihat sebagai hama, dan menembak mereka untuk dibiarkan tergeletak membusuk di lahan pertanian yang merupakan situasi yang sangat tragis.

"Harga untuk kanguru terlalu rendah. Ini adalah salah satu daging yang paling lestari yang bisa kamu makan. Ini daging yang sangat berkualitas tinggi."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya