Laporan Analis Tahun 2018: Jurnalis Kian Jadi Target Pembunuhan

Para jurnalis di seluruh dunia menghadapi meningkatnya bahaya menjadi target pembunuhan.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Des 2018, 09:31 WIB
Diterbitkan 20 Des 2018, 09:31 WIB
Foto Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang dibunuh di Istanbul (AP/Jacquelyn Martin)
Foto Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang dibunuh di Istanbul (AP/Jacquelyn Martin)

Liputan6.com, Paris - Para jurnalis di seluruh dunia menghadapi meningkatnya bahaya menjadi target pembunuhan akibat laporan mereka pada 2018 meski risiko dari perang dan konflik menurun, menurut laporan lembaga pemerhati media.

Menurut laporan Committee to Protect Journalists (CPJ), 34 dari 53 jurnalis yang terbunuh saat menjalankan tugas tahun ini di seluruh dunia memang "ditandai untuk dibunuh."

"Jumlah jurnalis yang menjadi target pembunuhan sebagai balasan atas laporan mereka naik hampir dua kali pada 2018, dari tahun sebelumnya. Hal ini mendorong kenaikan jumlah total jurnalis yang terbunuh saat bertugas," kata lembaga yang berpusat di New York, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (20/12/2018).

Laporan ini menyuarakan hal yang sama dari laporan yang dikeluarkan Reporters Without Borders yang berbasis di Paris, Prancis.

Menurut laporan Reporters Without Borders, jumlah jurnalis yang tewas mencapai 80 orang. Reporters Without Borders menggunakan metodologi yang berbeda, dengan memasukkan para blogger, jurnalis warga (citizen journalists), dan pekerja media.

Kedua laporan mengutip peningkatan yang mengkhawatirkan aksi balas dendam terhadap para jurnalis. Menurut CPJ, tren tersebut makin disorot oleh "pembunuhan terang-terangan" kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Meski jumlah total jurnalis yang terbunuh saat bertugas mencapai angka tertinggi dalam tiga tahun, laporan CPJ menunjukkan, jumlah jurnalis yang terbunuh di wilayah konflik turun ke level terendah sejak 2011.

Jumlah total jurnalis yang tewas dalam konflik naik dari 47 orang pada 2017, dengan sebanyak 18 orang sudah "ditandai untuk dibunuh," kata CPJ.

"Afghanistan, di mana para ekstremis sudah sengaja meningkatkan serangan terhadap para jurnalis, adalah negara paling berbahaya dan menyumbang peningkatan tertinggi," kata laporan tersebut.

Kepala fotografer AFP di Afghanistan, Shah Marai, adalah satu diantara 25 orang yang tewas, bersama dengan delapan orang jurnalis lainnya, dalam serangan bom pada April.

CPJ mengatakan pihaknya sedang menyelidiki pembunuhan 23 jurnalis lainnya, namun sejauh ini belum memastikan bahwa kematian mereka ada hubungannya dengan pekerjaan.

 

Simak video pilihan berikut:

 

Jumlah Wartawan yang Dipenjara Mendekati Angka Rekor

Dua Jurnalis Dipenjara, Kedubes Myanmar Didemo Pewarta
Jurnalis mengikat tangan saat unjuk rasa di depan Kedubes Myanmar, Jakarta, Jumat (7/9). Mereka mendesak pemerintah Myanmar membebaskan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo yang menulis laporan serangan militer di Rakhine. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Jumlah wartawan di seluruh dunia yang dipenjara karena melakukan pekerjaan mereka mendekati angka rekor. Angka itu termasuk dua wartawan Reuters yang dipenjara di Myanmar karena mengungkap kekerasan terhadap Rohingya, menurut sebuah laporan, Kamis 13 Desember 2018.

Hingga 1 Desember, sebanyak 251 wartawan berada dalam tahanan, Reuters melaporkan, mengutip hasil kajian dari Komite Perlindungan Wartawan.

Untuk tahun ketiga berturut-turut, Turki memenjarakan lebih dari setengah jumlah tersebut. Sisanya di China dan Mesir. Mereka dipenjarakan rata-rata karena dituduh melakukan kegiatan anti-pemerintah.

"Trennya seperti ini sekarang," kata pengarang laporan tersebut, Elana Beiser, dalam wawancara. "Ini menjadi hal normal yang baru."

Jumlah wartawan yang dipenjara dengan tuduhan "berita palsu" naik menjadi 28 orang, dari 21 tahun lalu dan 9 pada 2016, menurut CPJ, lembaga nirlaba yang mempromosikan kebebasan pers.

Studi itu diterbitkan pada minggu yang sama majalah Time menampilkan beberapa wartawan dalam edisi "Person of the Year."

Dalam kelompok wartawan itu termasuk wartawan Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, yang dipenjara satu tahun lalu pada Rabu 12 Desember 2017 dan wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, dua bulan yang lalu.

Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dihukum tujuh tahun penjara pada September setelah dinyatakan bersalah melanggar Undang-Undang Kerahasiaan Negara Myanmar. Keduanya telah menyelidiki pembantaian 10 pria dan anak laki-laki Muslim Rohingya saat penertiban oleh militer Myanmar, yang menyebabkan ratusan ribu mengungsi ke Bangladesh.

Jumlah keseluruhan wartawan yang dipenjara turun 8 persen dari angka rekor tahun lalu, yaitu 272, kata CPJ dalam laporannya.

Angka itu juga tidak termasuk para wartawan yang hilang setelah ditahan oleh oknum non pemerintah. Menurut CPJ, ada puluhan wartawan yang dilaporkan hilang atau diculik di Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk beberapa yang ditahan oleh pemberontak Houthi di Yaman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya