Jelang Pidato Kenegaraan Donald Trump, Isu Apa yang Akan Mengemuka?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan menyampaikan pidato kenegaraan awal tahunnya di Kongres AS.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Feb 2019, 05:12 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 05:12 WIB
Donald Trump
Donald Trump telah mengancam penutupan sangat lama terhadap pemerintah AS apabila pendanaan untuk pembangunan tembok perbatasan tidak direstui. (AP File)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan menyampaikan pidato kenegaraan awal tahunnya di Kongres AS (parlemen) pada Selasa 5 Februari 2019 malam waktu lokal --atau pagi 6 Februari WIB.

Dalam tradisi The State of the Union (sebagaimana perhelatan itu populer dikenal di AS), pidato itu menjadi ajang bagi presiden untuk menyuarakan pelaksanaan kebijakannya tahun lalu dan memproyeksikan kebijakannya yang akan datang pada sepanjang tahun ini.

Trump diharapkan untuk menyampaikan pesan bipartisan sambil menguraikan apa yang Gedung Putih sebut sebagai "agenda kebijakan yang dapat didukung kedua pihak" di Kongres AS.

Menurut seorang pejabat senior Gedung Putih, tema pidato Trump adalah "memilih kehebatan."

Topik diatur untuk memasukkan isu ekonomi, imigrasi, perdagangan, perawatan kesehatan, dan kebijakan luar negeri. "Itu akan menjadi pidato yang akan mencakup banyak wilayah," kata Trump kepada wartawan pekan lalu. Berikut sejumlah prediksi garis besarnya seperti dikutip dari CNN, Rabu (6/2/2019):

1. Imigrasi dan Perbatasan

Masalah imigrasi dan keamanan perbatasan telah menjadi agenda utama selama dua tahun pertama masa jabatan Trump. Selama berbulan-bulan, Trump juga telah mengangkat momok "teroris" yang melintasi perbatasan AS-Meksiko.

Kemungkinan, bagian depan dan tengah dari pidato The State of the Union Trump akan menjadi pertarungannya untuk mendapatkan dana untuk pembangunan tembok di perbatasan AS -Meksiko --yang dikatakannya efektif untuk menjawab berbagai permasalahan di perbatasan AS.

Mereka yang memiliki ingatan panjang akan mengingat bahwa Trump berjanji akan membuat Meksiko akan membayarnya. Tapi itu tampak tak akan terjadi, sehingga, wajib pajak Amerik-lah yang harus membayarnya.

Dan sebelum Natal, Donald Trump melakukan penutupan pemerintahan parsial sebagai respons atas langkah Kongres AS yang tak menyetujui permintaannya untuk menggelontorkan dana pembangunan tembok senilai US$ 5,7 miliar.

Diperkirakan bahwa Trump akan memanfaatkan pidato itu untuk mengumumkan status darurat nasional di perbatasan --salah cara agar ia mampu mendapatkan dana pembangunan tembok dengan efektif melangkahi Kongres.

Ini akan menjadi langkah yang berisiko, karena akan menghadapi tantangan hukum --dan itu justru akan mengalami penundaan yang lebih jauh.

2. Ekonomi dan Perdagangan

Trump terus mengutip ekonomi AS yang kuat (terutama angka pekerjaan yang kuat) sebagai bukti keberhasilannya di Gedung Putih.

Dia memberi perhatian khusus pada dampak ekonomi bagi kaum minoritas, terus mencatat bahwa angka pengangguran untuk kaum Hispanik, Asia-Amerika, dan Afrika-Amerika berada pada angka rendah, seperti yang ia lakukan pada musim gugur yang lalu.

Presiden juga diperkirakan akan membahas mengenai proses negosiasi upaya mengakhiri perang dagang dengan China --yang sepanjang tahun lalu telah berdampak pada perekonomian kedua negara dan komunitas internasional secara keseluruhan.

Kemungkinan, Donald Trump akan mengemukakan keberhasilannya itu dan proyeksi perekonomian AS ke depan pada the State of the Union nanti.

 

Simak video pilihan berikut:

3. Kebijakan Luar Negeri

Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018  (AFP).
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018 (AFP).

Agenda isolasionis Trump telah tercermin nyata dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena ia telah berjanji untuk menarik pasukan dari Suriah --sarang ISIS. Ia mengklaim bahwa ISIS telah dikalahkan, namun, koalisi AS seperti Inggris menyatakan bahwa masih membutuhkan sejumlah waktu untuk dapat memberangus habis kelompok teroris itu dari Suriah.

Trump juga telah lama mengatakan AS harus meninggalkan Afghanistan, menyebut perang itu "sia-sia." Namun dia meningkatkan jumlah pasukan Amerika di sana hampir 4.000 selama tahun pertamanya menjabat dan menyatakan fakta bahwa militer tidak lagi dihalang-halangi oleh "tenggat waktu buatan" untuk keluar dari negara itu selama pidato State of the Union tahun lalu.

Namun Trump diperkirakan akan berputar kembali ke kebutuhan "AS keluar dari Afghanistan" pada State of the Union nanti. Selama akhir pekan, dia menegaskan bahwa AS harus keluar dari "perang tanpa akhir" di Afghanistan.

Ini juga akan menjadi kunci untuk membuktikan apa yang dikatakan Trump tentang Taliban.

Trump awalnya mengatakan pemerintahannya tidak bernegosiasi dengan teroris tetapi dalam beberapa pekan terakhir Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi bahwa Utusan AS untuk Afghanistan bertemu dengan Taliban di Doha, Qatar.

Pertemuan-pertemuan itu telah menimbulkan ketegangan antara AS dan pemerintah Afghanistan, yang sejauh ini tidak berada di meja dengan Taliban. Pemerintahan Trump bekerja untuk meredakan ketegangan ini.

Korea Utara

Saat ia bersiap untuk pertemuan puncak kedua dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Trump terus memuji diktator Komunis dan kemajuan yang telah dibuat keduanya menuju pelucutan nuklir. Setelah KTT pertama pada Juni 2018, Trump mencuit di Twitter "tidak ada lagi Ancaman Nuklir dari Korea Utara." Kepala intelijennya tidak setuju.

Pekan lalu, badan intelijen AS memperingatkan bahwa Korea Utara "tidak mungkin menyerahkan semua persediaan senjata pemusnah massal, sistem pengiriman, dan kemampuan produksi."

Iran

Ketika Trump mengumumkan pada Mei 2018 bahwa AS akan menarik diri dari perjanjian nuklir Iran, ia mengutip potensi Iran untuk membangun senjata nuklir sebagai salah satu alasan utama.

Komunitas intelijen AS percaya Iran terus mematuhi kesepakatan dan saat ini tidak bekerja untuk menciptakan perangkat nuklir. Laporan tersebut mencatat bahwa para pejabat Iran telah mengancam untuk meninggalkan bagian dari kesepakatan jika mereka tidak mulai melihat keuntungan finansial.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya