Panglima Muslim hingga Kaisar, Ini 10 Jenderal Terbaik di Dunia

Sejarah dunia diwarnai konflik, pertempuran terbuka, hingga perang skala massif yang menghasilkan sejumlah jenderal militer terkemuka, ini 10 yang paling hebat:

oleh Siti Khotimah diperbarui 11 Feb 2019, 20:10 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2019, 20:10 WIB
Ilustrasi militer (Pixabay)
Ilustrasi militer (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Keberhasilan perang tidak bisa dipisahkan dari jenderal yang jadi panglimanya. Pemimpin militer yang andal, mampu berpikir strategis dan taktis, serta mumpuni mengatur pasukan adalah kunci kemenangan di medan pertempuran.

Sejarah mencatat nama-nama sejumlah panglima atau jenderal terbaik di dunia. Situs We Are The Mighty menganalisis 3.580 perang dan 6.619 nama jenderal atau pemimpin militer paling hebat. 

Juga dipertimbangkan siapa saja komandan kunci dalam pertempuran, total prajurit yang dimiliki, dan output yang dihasilkan dari serangan militer tersebut. Dan berikut nama-nama jenderal terbesar dalam sejarah, dari urutan 10 hingga 1: 

10. Alexander Agung

Patung Alexander Agung (AFP Photo / S. Mitrolidis)
Patung Alexander Agung (AFP Photo / S. Mitrolidis)

Alexander the Great (Alexander Agung III) adalah raja Kekaisaran Makedonia yang berada di sebelah timur laut Yunani.

Alexander memiliki kemampuan yang sangat mumpuni dalam bidang strategi militer. Ia mengukir sejarah perang yang gilang-gemilang dalam masa hidupnya yang pendek. 

Alexander Agung meninggal dunia pada usia 33 tahun. Masih muda.

Meskipun demikian, secara statistik, Alexander dinyatakan lebih kuat dari Shogun Tokugawa dari Jepang, Erwin Rommel dari Jerman, Jenderal James Ewell Brown Stuart dari Amerika Serikat.

9. Georgy Zhukov

Jenderal Georgy Zhukov (Wikimedia Commons)
Jenderal Georgy Zhukov (Wikimedia Commons)

Pemilik nama panjang Georgy Konstantinovich Zhukov ini mengabdi untuk Pasukan Merah milik Uni Soviet (Red Army). Ia telah memimpin sepuluh perang semasa hidupnya.

Zhukov yang pernah menjadi anggota politbiro Uni Soviet --sebuah biro politik setingkat eksekutif untuk negara komunis-- dianggap memiliki kemampuan taktik militer yang lebih tinggi dari Jenderal Douglas MacArthur dan John Bell Hood.

8. Frederik Agung

Frederick The Great (Wikimedia Commons)
Frederick The Great (Wikimedia Commons)

Frederick the Great (Frederik Agung II) adalah Raja Prusia --kerajaan yang sangat bersejarah di Jerman-- dari 1749 hingga 1786.

Selama 40 tahun menjabat, yang menjadikannya sebagai Raja Prusia dengan periode terpanjang, Frederik Agung telah memenangkan 14 peperangan di daratan Eropa.

Berkat kemampuan militernya itu, Prusia menjadi negara yang kuat dan sangat terkenal pada zamannya.

7. Ulysses S. Grant

Ulysses S. Grant (Wikimedia Commons)
Ulysses S. Grant (Wikimedia Commons)

Ulysses S. Grant adalah Presiden ke-18 Amerika Serikat. Selama hidupnya, ia telah memimpin pasukan dalam 16 peperangan.

Di bawah kepemimpinan Presiden Abraham Lincoln, ia pernah memenangkan perang saudara melawan kubu konfederasi. Pasukan Uni yang dipimpin Grant keluar sebagai pemenang.

Rival Grant dalam perang saudara, Robert E. Lee dianggap memiliki skor yang jauh berada di bawahnya.

6. Hannibal Barca

Hannibal Barca (Wikimedia Commons)
Hannibal Barca (Wikimedia Commons)

Hannibal Barca adalah jenderal dari negara Phoenician-Canaanite, Kartago Kuno. Salah satu laga terhebatnya adalah kemenangannya dalam Perang Punic melawan tentara Romawi.

5. Khalin Bin al-Walid

Masjid Khalid Bin al-Walid (Wikimedia Commons)
Masjid Khalid Bin al-Walid (Wikimedia Commons)

Khalid adalah seorang sahabat Nabi Muhammad, dan merupakan salah satu pimpinan militer paling tangguh dalam sejarah Islam.

Dia telah memenangkan 14 perang, salah satunya adalah pertempuran melawan Imperium Bizantium, Kekaisaran Sasaniyah di Persia, serta membantu menyebarkan agama Islam di Timur Tengah, termasuk penaklukan Arab selama Perang Riddah dan Persia Mesopotamia.

Dibandingkan dengan jenderal yang memimpin perang dengan jumlah sama, panglima Muslim yang bergelar "Pedang Allah" ini memiliki skor yang sangat tinggi, melebihi Frederik Agung.

4. Takeda Shingen

Takeda Shingen (Wikimedia Commons)
Takeda Shingen (Wikimedia Commons)

Takada Shingen adalah pemimpin militer yang tangguh pada masa feodalime Jepang, yang juga pejabat setingkat daimyo pada zaman Sengoku. Ia telah memimpin 18 peperangan, dan bergelar "Tiger of Kai."

3. Arthur Wellesley

Arthur Wellesley (Wikimedia Commons)
Arthur Wellesley (Wikimedia Commons)

Arthur Wellesley adalah seorang komandan Anglo-Irlandia dan pemimpin Wellington pertama. Wellesley juga telah memenangkan 18 pertempuran namun dianggap memiliki skor yang lebih tinggi dari Takeda Shingen.

2. Julius Caesar

Julius Caesar
Sejumlah diktator ternyata pernah menulis buku dan karya tulis lainnya. (Sumber Clara Grosch via Wikipedia)

Julius Caesar adalah panglima militer sekaligus pemimpin politik di Romawi. Ia memiliki jumlah pertempuran yang lebih sedikit dari Takeda Shingen dan Arthur Wellesley.

Namun, peperangan yang dihadapinya dianggap lebih berisiko sehingga rankingnya berada di atas.

1. Napoleon Bonaparte

Napoleon Bonaparte
Lukisan Kaisar Napoleon di ruang belajarnya di Tuileries oleh Jacques-Louis David. (Sumber Wikimedia Commons/Google Art Project )

Napoleon Bonaparte merupakan pemimpin politik Prancis dari 1804 hingga 1814, dan sangat terkenal pada masa revolusi.

Napoleon telah menjadi komandan untuk 43 pertempuran dan memiliki skor tertinggi di atas pemimpin militer yang lain.

Napoleon Bonaparte dianggap ahli strategi perang terbaik sepanjang sejarah. Ia menjadi panutan para jenderal dan panglima di zona pertempuran, bahkan hingga ratusan tahun kemudian.

Namun, pria Korsika itu melakukan setidaknya dua kesalahan fatal. Salah satunya ketika ia menggiring pasukannya, Grande Armée menyeberangi Sungai Niemen ke Rusia.

Invasi yang diharapkan berakhir dengan kemenangan besar itu justru berubah jadi malapetaka yang menewaskan 400 ribu tentaranya.

Buntut dari kekalahannya, Napoleon diasingkan ke Pulau Elba. Namun, ia berhasil melarikan diri ke Prancis pada awal 1815 dan membentuk pasukan baru yang menikmati kesuksesan sekilas sebelum kekalahan yang lebih menyakitkan di Waterloo pada bulan Juni 1815 -- yang konon tak lepas dari campur tangan alam: amuk Gunung Tambora di Sumbawa, Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya