13-2-2004: Berlian Terbesar di Alam Semesta Ditemukan Sehari Sebelum Valentine

Sehari sebelum Hari Valentine 2004, para ilmuwan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menemukan onggokan berlian raksasa, yang terbesar di alam semesta.

oleh Elin Yunita KristantiAfra Augesti diperbarui 13 Feb 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2019, 06:00 WIB
Berlian merah muda "The Pink Legacy"
Berlian merah muda "The Pink Legacy" ditampilkan menjelang penjualan oleh rumah lelang Christie di Jenewa pada 8 November 2018. Diperkirakan berlian ini dapat memecahkan rekor dengan kisaran harga $30-$50 juta (Rp447-745 miliar). (Fabrice COFFRINI/AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Sehari sebelum Hari Valentine 2004, para ilmuwan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menemukan onggokan berlian raksasa. Lebarnya mencapai 2.500 mil atau 4.023 kilometer dan beratnya mencapai 5 juta triliun triliun pon atau 10 miliar triliun triliun karat (angka satu diikuti 34 nol).

"Untuk menetapkan kadar berlian ini, Anda membutuhkan lup perhiasan sebesar Matahari," kata astronom Travis Metcalfe dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics yang memimpin tim ilmuwan yang menemukan batu berharga raksasa itu, seperti dikutip dari Wired.com.

"Bahkan gabungan harta milik Bill Gates dan Donald Trump tak akan mampu membelinya," tambah dia.

Saat ditanya perkiraan nilai berlian tersebut, Ronald Winston, CEO Harry Winston Inc. mengindikasikan bahwa batu permata tersebut mungkin akan merusak pasaran berlian. "Tapi, pastinya, ukurannya terlalu besar untuk dipakai," kata dia.

Berlian raksasa itu sejatinya adalah katai putih (white dwarf) dari bintang bernama BPM 37093 -- yang ukurannya sebesar Matahari yang kemudian mati karena kehabisan bahan bakar untuk mempertahankan reaksi nuklirnya.

BPM 37093 menjelma menjadi katai putih dan bongkahan berlian (Wikipedia)

Katai putih dianggap sebagai titik akhir dari evolusi suatu bintang dan merupakan inti bintang, di mana reaksi fusi berlangsung. Atau dengan kata lain, bentuk akhir bintang setelah terbakar habis alias mati. White dwarf mayoritas terdiri dari karbon.

Katai putih masih panas dan berdenyut namun seiring dengan waktu, karbonnya mengkristal menjadi berlian.

Para astronom memutuskan untuk menamainya 'Lucy', idenya diambil dari lagu ciptaan band legendaris asal Inggris, The Beatles, berjudul Lucy in the Sky with Diamonds.

Meski menggiurkan, tak mudah mengambil berlian itu. Batu berharga tersebut terletak di konstelasi Centaurus yang jaraknya 50 tahun cahaya dari Bumi.

Menurut astronom Travis Metcalfe, di masa depan, Matahari diperkirakan akan seukuran katai putih BPM 37093, setelah sang surya mati sekitar 5 miliar tahun dari sekarang.

Sekitar dua miliar tahun setelahnya, inti Matahari juga akan terkristalisasi, membuatnya menjadi berlian raksasa di pusat Tata Surya.

"Matahari akan menjadi berlian -- yang abadi," kata Metcalfe.

Menurut ilmuwan, di alam semesta terdapat planet yang tersusun dari berlian (Reuters)

Sebelumnya, ilmuwan juga menemukan bongkahan berlian lain yakni PSR J2222-0137, yang berada di lokasi yang jauhnya mencapai 900 tahun cahaya dari Bumi, dekat konstelasi Aquarius.

"Bangkai bintang redup tersebut begitu dingin, yang membuat seluruh karbon terkristalisasi. Atau secara efektif membentuk sebuah berlian seukuran Bumi. "Itu adalah objek yang luar biasa," kata pemimpin studi David Kaplan, dosen University of Wisconsin-Milwaukee dalam pernyataan yang dikeluarkan National Radio Astronomy Observatory (NRAO), seperti dimuat situs sains SPACE.com.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Guyuran Hujan Berlian

Ilustrasi hujan berlian Neptunus dan Uranus
Ilustrasi hujan berlian Neptunus dan Uranus. (Greg Stewart/SLAC National Accelerator Laboratory)

Hujan berlian juga pernah mengguyur planet Saturnus dan Jupiter. Dalam arti sebenarnya.

Data atmosfer dari dua planet gas raksasa itu mengindikasikan bahwa ia memiliki karbon melimpah. Badai petir mengubah metana menjadi jelaga (karbon) yang mengeras menjadi potongan grafit dan kemudian berlian. Namun, hujan batu berlian itu akhirnya mencair dalam inti panas planet.

"Berlian terbesar berdiameter sekitar 1 centimeter. Cukup besar untuk dijadikan mata cincin, meski dalam kondisi belum diasah tentunya," kata Dr Kevin Baines dari University of Wisconsin-Madison dan Jet Propulsion Laboratory NASA.

Bagaimana dengan Bumi? Ternyata, planet manusia juga punya tambang berlian dengan deposit melimpah.

Sebuah kawah bekas tabrakan asteroid 35 juta tahun lalu di Siberia, Rusia menyimpan harta karun tak terkira: berlian triliunan karat. Jumlahnya pun luar biasa besar, bisa menyuplai pasar dunia selama 3.000 tahun.

Jika benar, jumlah itu lebih dari 10 kali lipat persediaan berlian dunia yang saat ini diketahui.

Tak hanya temuan berlian terbesar di angkasa luar, sejumlah peristiwa bersejarah juga terjadi pada tanggal 13 Februari. 

Kondisi Dresden setelah dihujani bom yang mengubah kota tersebut menjadi lautan api. (Creative Commons)

Hari itu, 13 Februari 1945, menjadi saat kelam bagi Jerman. Kota Dresden berubah menjadi lautan api setelah dihujani bom oleh oleh pasukan Sekutu.

Ditaksir, 135.000 orang tewas dalam salah satu peristiwa paling mematikan dalam Perang Dunia II itu, selain pemboman Hisrohima dan Nagasaki.

Sejarah lain mencatat pada 13 Februari tepatnya tahun 1983, sebuah bioskop di Turin, Italia terbakar. Setidaknya 64 orang tewas dalam musibah tersebut.

Sementara itu pada 13 Februari 2001, gempa berkekuatan 6,6 skala Richter mengguncang El Salvador. Korban tewas akibat musibah itu mencapai setidaknya 400 jiwa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya