Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang sejarah, berbagai orang terkenal telah mendedikasikan nama mereka ke nuansa biru cemerlang, ungu cerah, hijau rumput, coklat lumpur, dan warna lainnya.
Kebanyakan dari mereka adalah seniman yang dikenal menggunakan atau mengembangkan warna tersebut. Namun ada pula warna yang berasal dari para ilmuwan, yang menemukan rona itu dan menggunakan nama tokoh untuk mengabadikannya.
Baca Juga
Berikut 5 warna yang berasal dari nama orang, sebagaimana dikutip dari Mentalfloss, Kamis (14/3/2019).
Advertisement
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Alice Blue
Warna biru pucat atau alice blue didedikasikan untuk Alice Roosevelt Longworth, putri Theodore Roosevelt, yang dikenal karena gemar mengenakan gaun berwarna ini dan memicu tren baru.
Birunya gaun Alice mengilhami lagu "Alice Blue Gown" oleh Joseph McCarthy dan Harry Tierney, yang ditayangkan perdana pada tahun 1919 di teater musikal Broadway: Irene.
Advertisement
2. Yves Klein Blue
Seniman Yves Klein tertarik pada seni sebagai transendensi, dan ia mungkin terkenal karena melukis monokrom dalam balutan biru laut yang brilian, yang dimaksudkan untuk menyiratkan ketakterbatasan laut dan langit.
Seperti yang pernah dijelaskan oleh Klein, "Biru tidak memiliki dimensi, warna ini hanya melampaui dimensi."
Pada 1960, ia mendaftarkan formula untuk warna, dikenal sebagai IKB, atau International Klein Blue. Formula ini mengandalkan pigmen biru laut yang dicampur dengan resin sintetis yang tidak akan mencairkan warnanya.
Selama periode 'membiru' ini, Klein hanya memamerkan lukisan dan benda serba biru, melepaskan seribu satu balon biru ke langit di Paris untuk merayakan satu pertunjukan, dan menyajikan gin (minuman beralkohol dari hasil fermentasi serealia yang diberi aroma buah pohon juniper, dan melalui proses distilasi), Cointreau (minuman beralkohol sejenis triple sec yang berasal dari Prancis dan dibuat dari kulit jeruk yang dikeringkan), dan koktail dengan pewarna biru.
Para ahli mixologi menyebut, setiap orang yang meminumnya mengalami 'pipis biru' selama berhari-hari.
3. Titian Red
Seseorang dengan rambut merah kadang-kadang dipanggil Titian, yang merupakan nama dari pelukis Venesia Abad ke-16. Konon, ia sangat suka melukis gadis berambut merah.
Contoh-contoh lukisan tersebut antara lain Bacchus and Ariadne dan Noli me Tangere, yang sekarang disimpan di Galeri Nasional London.
Pada 1960-an, boneka Barbie berambut merah secara resmi dikenal sebagai "Titians." Lebih jauh lagi, istilah ini berarti warna campuran oranye-merah, meskipun orang-orang tampaknya suka memperdebatkan apa yang diperhitungkan oleh nuansa ini.
Advertisement
4. Scheele's Green
Pigmen hijau berbasis arsenik adalah yang paling populer di Abad ke-19, mewarnai segala sesuatu, mulai dari kaus kaki, topi, hingga mainan anak-anak.
Orang yang menginspirasi warna itu adalah ahli kimia Swedia, Carl Wilhelm Scheele, pada tahun 1775. Warna hijau kekuningan yang semarak mulai terlihat, terutama setelah ditemukan bahwa arsenik juga terdapat pada berbagai sayuran, zamrud, hingga batu mulia Peridot.
Meskipun Scheele dan yang lainnya tahu betapa beracunnya pigmen-pigmen ini, namun itu tidak menghentikan warna yang digunakan untuk pakaian, lilin, kertas, kartu remi, pembatas buku, dan kadang-kadang bahkan makanan.
Dalam contoh yang paling terkenal dari penggunaannya, wallpaper hijau arsenik menghiasi kamar mandi terakhir Napoleon Bonaparte, ketika ia diasingkan di Pulau Saint Helena di sebelah selatan Samudra Atlantik, jauh dari Prancis, tanah air yang ia cintai.
Konon, itulah yang menyebabkan Napoleon meninggal dunia. Beberapa bulan sebelum hidupnya tamat, Napoleon Bonaparte dalam kondisi tak berdaya. Ia tak sanggup bangun dari tempat tidur, tubuhnya kian melemah dan payah.
5. Isabelline
Jika benar, cerita asal-usul warna ini diklaim menjadi yang paling mengecewakan dalam sejarah. Setelah digunakan untuk menggambarkan warna sampanye pucat dari mantel kuda dan bulu burung tertentu, istilah warna Isabella atau Isabelline dikatakan berasal dari Isabel of Austria, anak perempuan dari Philip II of Spain.
Konon, ketika Spanyol mengepung kota Ostend pada 1601, Isabella bersumpah untuk tidak mengubah pakaian dalamnya sampai kota itu diambil.
Dia mengharapkan kemenangan cepat, tetapi banyak yang membuatnya kecewa (dan mungkin semua orang di sekitarnya), pertempuran berlanjut selama tiga tahun sebelum Spanyol menang.
Oxford English Dictionary menolak cerita asal ini, mencatat bahwa Isabella sebagai warna, pertama kali diakui pada tahun 1600, setahun sebelum pengepungan dimulai.
Tetapi ahli bahasa Michael Quinion menyebut bahwa kisah-kisah dalam bahasa Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia (di mana isabelline memiliki makna warna yang sama) merujuk pada Ratu Isabella dari Kastilia (1451-1504) dan pengepungan Granada.
Advertisement