Alien Diam-Diam Mengamati Gerak-gerik Manusia di Bumi? Ini Kata Ilmuwan

Benarkah alien, saat ini, sedang mengintai manusia di Bumi?

oleh Afra Augesti diperbarui 26 Mar 2019, 15:47 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2019, 15:47 WIB
Ilustrasi Ross 128 b
Ilustrasi Ross 128 b, planet yang menjadi target pencarian kehidupan 'alien' (ESO/ M. Kornmesser)

Liputan6.com, Paris - Sebuah teori berpendapat bahwa alien diam-diam sedang mengamati manusia dari galaksi lain. Konsep ini juga mengemukakan bahwa kita sebenarnya bisa berkomunikasi langsung dengan makhluk asing tersebut.

Gagasan itu adalah salah satu skenario yang dieksplorasi oleh sekelompok peneliti internasional pada 18 Maret 2019, di sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh organisasi nirlaba Messaging Extraterrestrial Intelligence (METI).

Rapat yang berlangsung di museum City of Science and Industry (Cité), Paris, Prancis, mempertemukan sekitar 60 ilmuwan yang meneliti kemungkinan terbentuknya komunikasi dengan alien.

Di sana, mereka memperdebatkan "The Great Silence", sebuah anggapan yang menyebut alasan di balik belum ada satu pun alien yang mengontak manusia. Selain itu, para peneliti juga mengeksplorasi satu kemungkinan yang dikenal sebagai "zoo hypothesis" atau "hipotesis kebun binatang."

Pertama kali diusulkan pada tahun 1970-an, hipotesis tersebut menggambarkan Bumi sebagai sebuah planet yang sudah diamati oleh "galactic zookeepers" yang sengaja menyembunyikan diri mereka dari 'mata' manusia, lapor Forbes yang dikutip Live Science, Selasa (26/3/2019).

"Ketika kita mencoba untuk memahami alam semesta dengan lebih baik, pertanyaan seperti 'apakah kita benar-benar hidup sendirian' tidak dapat dihindari," kata salah satu peserta seminar, Florence Raulin-Cerceau, seorang profesor di National Museum of Natural History di Paris, kepada Paris-Match.

Florence meragukan bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang hidup di alam semesta ini. Ia pun menilai bukan hanya Bumi yang menjadi satu-satunya planet untuk berevolusi dan menjadi rumah bagi kehidupan, padahal di luar sana ada miliaran bintang dan planet.

Tetapi pertanyaaan besar yang sering muncul di benak para ilmuwan adalah apakah di makhluk angkasa luar benar-benar ada?, lalu di mana mereka dan mengapa kita belum menemukannya?'

Di bawah pengamatan alien?

Salah satu penjelasan yang dieksplorasi oleh para ilmuwan pada pertemuan METI adalah alien menyadari Bumi dan mengamati manusia selayaknya orang yang mengamati binatang di kebun binatang.

Menurut Presiden METI, Douglas Vakoch, jika ini masalahnya maka manusia harus meningkatkan usaha mereka untuk membuat pesan yang mampu menjangkau "para penjaga" tersebut, demi menunjukkan kecerdasan kita.

Tetapi bagaimana jika kehidupan di Bumi bukan bagian dari 'kebun binatang ala alien' yang disebutkan tadi? Bagaimana jika, sebaliknya, umat manusia telah dievaluasi oleh peradaban alien dan kemudian "dikarantina" dari galaksi tetangga kita?

"Mungkin mereka secara aktif mengisolasi kita dari kontak dunia luar, untuk kebaikan kita sendiri, karena berinteraksi dengan alien akan mengganggu peradaban di Bumi," ujar Jean-Pierre Rospars, direktur penelitian di Institut National de la Recherche Agronomique (INRA) dalam lokakarya METI.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Alien Mampu Menembak Laser ke Lubang Hitam

NASA Sengaja Memutus Siaran yang Menangkap Keberadaan UFO?
NASA dituduh telah menutupi penampakan alien setelah sebuah video yang disiarkannya secara langsung tiba-tiba dihentikan. (NASA)

Sementara itu, seorang astronom di Columbia University, David Kipping, berhipotesis bahwa peradaban alien mungkin secara tidak kelihatan telah menavigasi galaksi Bimasakti.

Menurutnya, makhluk ekstraterrestrial ini menembak laser ke lubang hitam biner (lubang hitam kembar yang saling mengorbit) agar bisa berkelana di dalam galaksi ini.

"Saat ini, pesawat ruang angkasa sudah menavigasi tata surya kita menggunakan wells gravitasi (tarikan gravitasi yang diberikan benda besar di angkasa luar) sebagai ketapel," katanya.

Pesawat ruang angkasa itu memasuki orbit di sekitar sebuah planet, melontarkan dirinya sedekat mungkin ke planet tersebut atau Bulan untuk menambah kecepatan, dan kemudian menggunakan energi tambahan ini untuk melakukan perjalanan lebih cepat menuju tujuan berikutnya.

Dengan melakukan hal itu, pesawat menyedot sebagian kecil dari momentum planet melalui ruang hampa, meskipun pengaruhnya sangat kecil sehingga hampir tidak mungkin untuk diperhatikan.

Prinsip dasar serupa juga beroperasi di wells gravitasi yang intens di sekitar lubang hitam. Tidak hanya menikung jalur benda padat, pesawat asing itu juga menerangi dirinya sendiri.

Jika foton atau partikel cahaya memasuki wilayah tertentu di sekitar lubang hitam, maka itu akan melakukan satu sirkuit parsial di sekitar lubang hitam dan terlempar kembali ke arah yang sama persis.

Fisikawan menyebut daerah-daerah itu sebagai gravitational mirror atau "cermin gravitasi", sedangkan foton yang terlempar kembali dinamakan boomerang foton atau "foton bumerang."

Foton bumerang bergerak dengan kecepatan cahaya, sehingga alien tidak mengambil kecepatan apa pun dari perjalanan mereka di sekitar lubang hitam, melainkan energi. Energi ini lalu memanfaatkan bentuk peningkatan dari panjang gelombang cahaya.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal pracetak arXiv pada 11 Maret, Kipping mengusulkan bahwa pesawat antariksa antarbintang dapat menembakkan laser ke "cermin gravitasi" dari lubang hitam yang bergerak cepat dalam sistem lubang hitam biner.

Ketika foton baru itu diberi energi dari laser yang berputar balik, foton dapat menyerapnya dan mengubah semua energi ekstra menjadi momentum --sebelum menembakkan foton kembali ke cermin.

Sistem ini, oleh Kipping disebut sebagai Halo Drive. Dengan sistem ini, semua energi bisa saja disedot dari lubang hitam sebagai bahan bakar pesawat alien, meski akan memiliki batas.

Pada titik tertentu, pesawat akan bergerak begitu cepat menjauh dari lubang hitam sehingga tidak akan menyerap energi cahaya yang cukup untuk menghimpun kecepatan tambahan.

Sebuah peradaban alien mungkin menggunakan sistem seperti ini untuk menavigasi Bimasakti, tulis Kipping.

"Ada banyak lubang hitam di sana. Jika demikian, mereka mungkin menyedot begitu banyak momentum dari lubang hitam sehingga akan mengacaukan orbitnya, dan kita mungkin bisa mendeteksi tanda-tanda peradaban alien dari orbit eksentrik lubang hitam biner," Kipping menutup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya