Liputan6.com, Jakarta - Manusia belajar bagaimana mencari teman dan cara berbagi ketika masih berusia muda, kata Miriam Kirmayer, seorang terapis klinis yang fokus meneliti berbagai fenomena persahabatan dalam kelompok usia remaja dan dewasa.
Sebuah studi ilmiah yang dipublikasikan oleh jurnal Personal Relationship pada 2017 menyebutkan, persahabatan menjadi semakin penting seiring bertambahnya usia.
Pertemanan bisa menjadi prediktor kesejahteraan yang bahkan lebih kuat daripada hubungan keluarga seiring bertambahnya usia, demikian sebagaimana dikutip dari Time.com pada Sabtu (30/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jika komunikasi dengan teman sangat penting, mengapa kita tidak bicara tentang apa yang harus dilakukan ketika hal tersebut berakhir?
"Ada anggapan bahwa persahabatan seharusnya mudah dilakukan oleh orang dewasa," kata Kirmayer. "Dan itu jelas tidak benar bagi banyak orang."
Jatuh bangun dalam pertemanan biasa sama sulitnya dengan hubungan personal yang lebih romants. Inilah mengapa putusnya persahabatan dapat terasa lebih buruk daripada patah hati.
"Kita cenderung berpikir tentang putusnya pertemanan terjadi karena pengkhianatan besar," kata Kirmayer.
Apa pun alasannya, lanjut Kirmayer, benang merah putusnya persahabatan adalah bahwa kita sering tidak tahu apakah perlu berbicara kembali dengan teman ketika tidak lagi berhubungan.
"Ini bisa menciptakan situasi di mana kita akhirnya bisa merasa terluka," katanya. "Apakah itu ditangani secara tidak tepat atau hanya karena tidak terduga, kita benar-benar tidak tahu seperti apa (perpisahan persahabatan) seharusnya terlihat."
Dalam hubungan romantis, sering kali ada percakapan yang menandakan perpisahan resmi, yang, meskipun menyakitkan, mengarah ke upaya penutupan memori dengan iklah.
Tetapi karena kita tidak memiliki model untuk percakapan semacam ini di akhir komunikasi antar teman, Kirmayer mengatakan itu bisa terasa lebih sulit dan membingungkan.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Komunikasi dalam Persahabatan dan Hubungan Romantis
Ada perbedaan utama antara persahabatan dan hubungan romantis yang dapat membuat komunikasi antara teman semakin buruk, kata Marni Feuerman, seorang psikoterapis di Florida.
"Ekspektasinya berbeda dalam hubungan romantis," katanya. "Orang-orang menyatakan diri mereka sebagai 'pasangan', atau hubungan itu sangat jelas: kami pacaran, kami bertunangan, kami sudah menikah."
Bahkan mungkin ada dokumen atau upacara resmi yang menjelaskan apa arti hubungan romantis tersebut.
Sebaliknya, kondisi serupa tidak terjadi dalam pertemanan. Karena lebih sulit untuk menentukan ekspektasi dalam hubungan platonis. Teman-teman lebih cenderung berada di dua halaman yang berbeda, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perpisahan, dan membuatnya lebih sulit untuk memproses pasca-putus, menurut Feuerman.
Kita tidak mengomunikasikan ekspektasi hubungan selama pertemanan, katanya.
Sebagai gantinya, seorang teman yang merasa kebutuhannya tidak terpenuhi mungkin tetap diam. Orang itu mungkin menyadari bahwa persahabatan terkait tidak berfungsi, dan lebih cenderung membiarkannya berakhir secara alami.
Dan kurangnya komunikasi, menurut Feuerman, dapat menyakiti teman yang lain, sekaligus di saat bersamaan, bertanya-tanya apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan atau tidak.
Advertisement