Rayakan Hari Tanah, Dubes Palestina Sebut Israel Tak Mau Perdamaian

Diplomat top Palestina mengatakan bahwa Israel tak menginginkan perdamaian terkait situasi seputar konflik kedua negara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 04 Apr 2019, 17:21 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2019, 17:21 WIB
Zuhair Al Shun
Dubes Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun berpose seusai wawancara dengan LIputan6.com di Jakarta, Jumat (13/4). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Diplomat top Palestina mengatakan bahwa Israel tak menginginkan perdamaian terkait situasi seputar konflik kedua negara. Komentar itu disampaikan ketika Israel kerap melakukan langkah sepihak, unilateral, dan melanggar hukum internasional serta tindak kekerasan kepada negara dan warga Palestina selama beberapa waktu terakhir.

Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun, mengatakan bahwa Israel terus melakukan "penguasaan, pendudukan, pembunuhan, penangkapan, penghancuran rumah tinggal dan sarana, serta perluasan hunian Yahudi" dan menggambarkan kepada dunia bahwa "Israel tidak menginginkan perdamaian ... yang merupakan tujuan politik mereka," ujarnya saat membuka perayaan Hari Tanah (Land Day) dan Isra Miraj di Kedutaan Palestina di Jakarta, Kamis (4/4/2019).

Sejumlah duta besar, korps diplomatik, perwakilan Kementerian Luar Negeri RI, dan organisasi masyarakat Islam di Indonesia hadir dalam perayaan tematik berupa pameran foto seputar perjuangan Palestina untuk meraih kemerdekaan.

Perayaan Hari Tanah dan Isra Miraj di Kedutaan Palestina di Jakarta (4/4/2019) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Hari Tanah Palestina adalah acara yang dirayakan di seluruh dunia, khususnya rakyat Palestina yang merayakannya setiap tahun pada 30 Maret.

Perayaan itu berembrio pada 1976, sebagai tanggapan atas pengumuman pemerintah Israel tentang rencana untuk mengambil alih ribuan dunam (ratusan hektar) tanah kelompok Arab-Israel dan Palestina yang diduduki untuk keperluan negara.

Perayaan Hari Tanah dan Isra Miraj di Kedutaan Palestina di Jakarta (4/4/2019) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Merespons, kelompok etnis Arab-Israel dan orang Palestina menggelar aksi mogok dan demonstrasi massal yang diselenggarakan di kota-kota Arab dari Galilea ke Negev. Dalam konfrontasi berikutnya dengan tentara dan polisi Israel, enam warga Arab yang tidak bersenjata tewas, sekitar seratus orang terluka, dan ratusan lainnya ditangkap.

"Peringatan Hari Tanah Palestina merupakan bentuk ungkapan pengakuan kami untuk tanah dan data diri dan negara dan juga merupakan bentuk penolakan atas segala bentuk politik Israel yang senantiasa berusaha untuk mencerai berai warga Palestina dan menghapuskan citra kami sebagai warganegara dan sebagai sebuah kaum."

Para wanita mengibarkan bendera Palestina selama bentrokan dengan tentara Israel dalam demonstrasi untuk memperingati Hari Tanah di Tepi Barat, Sabtu (30/3). (Photo by ANAS BABA/AFP)

"Kita harus menyoroti kejadian demi kejadian yang pernah diderita rakyat Palestina atau yang bahkan belum pernah terbayang akan terjadi separah seperti sekarang, mulai dari kekerasan, pembunuhan, kondisi mencekam yang dilancarkan patroli dan tentara Israel, pengambilalihan kuasa wilayah Palestina tanpa pemberitahuan sebelumnya atau tanpa memberikan alasan," jelas Dubes Al Shun dalam pidatonya.

Dubes Al Shun mengatakan bahwa rakyat Palestina justru merupakan bangsa yang menginginkan perdamaian.

"Keberanian dan pendirian kami yang tertoreh dalam sejarah yang disaksikan dunia-lah yang telah menciptakan kami menjadi bangsa yang pemberani dan tidak gentar demi mendirikan negaranya yang merdeka dan Yerusalem sebagai ibu kota," tambahnya.

Terkait status Yerusalem, Al Shun mengatakan bahwa langkah Amerika Serikat yang memindahkan kedutaannya ke kota tersebut dan otomatis mengakuinya sebagai ibu kota Israel "merupakan langkah yang mengejutkan, provokasi buta dari Presiden AS Donald Trump dan melanggar hukum internasional serta resolusi Dewan Keamanan PBB."

Momentum Isra Miraj

Masih terkait Yerusalem, Duta Besar Palestina Zuhair Al Shun juga memanfaatkan momentum Isra Miraj --perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Yerusalem-- guna menegaskan kembali status kota itu.

Perayaan Hari Tanah dan Isra Miraj di Kedutaan Palestina di Jakarta (4/4/2019) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

"Kota Yerusalem/Al Quds tempat di mana sang pemimpin para makhluk dan junjungan kita Nabi Muhammad melakukan perjalanan malam yang kita kenal dengan istilah Isra ... merupakan ibukota persatuan Bangsa Arab, ibu kota negara Palestina yang kekal dan ibu kota toleransi dan jauh dari kesombongan dan meninggikan antar sekte antar umat dan antar keyakinan," katanya.

"Kewajiban umat terhadap kota ini membutuhkan keseriusan untuk bergerak dalam mempertahankan dan melindungi-nya dalam menghadapi bahaya-bahaya yang menyerang dan konspirasi yang terjadi yang bermaksud untuk program Yahudi-sasi dan menghapuskan nilai ke-Arab-annya, sampai tercapai keinginan mereka."

 

Simak video pilihan berikut:

Berterimakasih pada Indonesia

Warga Palestina membentang bendera negara mereka, bergembira menyambut rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah
Warga Palestina membentang bendera negara mereka, bergembira menyambut rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah (AP Photo/Khalil Hamra)

Pada kesempatan tersebut, Duta Besar Zuhair Al Shun mengatakan sangat menghargai perang penting Indonesia yang telah membantu menciptakan perdamaian dalam masalah Palestina.

"Hal tersebut memiliki perhatian khusus dari seluruh rakyat Palestina serta pemerintahan-nya," kata Dubes Al Shun.

Indonesia telah mendorong berbagai pembahasan isu Palestina di berbagai kancah perpolitikan global.

Kunjungan kerja Menteri Luar Negeri RI ke Amman, Yordania pada Maret 2019, dalam rangka membuka pengembangan kapasitas pegungsi Palestina dan menyalurkan bantuan kemanusiaan US$ 1 juta kepada UNRWA adalah salah satu upaya yang dilakukan Indonesia sesuai konteks kerjanya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya