Tentara Marinir AS Tikam Perempuan Jepang Sebelum Bunuh Diri di Okinawa

Tentara marinir AS diduga menikam perempuan Jepang sebelum bunuh diri. Janazah keduanya ditemukan pada Sabtu, 13 April 2019.

oleh Siti Khotimah diperbarui 15 Apr 2019, 11:53 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2019, 11:53 WIB
Bunuh Diri
Ilustrasi Bunuh Diri (iStockphoto)

Liputan6.com, Tokyo - Seorang anggota Angkatan Laut AS diduga menikam seorang wanita Jepang sebelum bunuh diri di sebuah apartemen di Okinawa.

Keduanya didapati tewas dengan luka tusukan pada Sabtu 13 April 2019 pagi, di dalam sebuah gedung enam lantai di Distrik Kuwae, Chatan. Informasi itu diberikan oleh juru bicara Kepolisian Prefektur Okinawa, mengutip Fox News pada Senin (15/4/2019).

Pihak berwenang mengatakan pelaku pembunuhan adalah sang tentara, 31 tahun. Keduanya dilaporkan oleh Stars and Strips sedang menjalin hubungan pribadi. Meski demikian, hingga saat ini masih belum diketahui mengapa laki-laki itu membunuh korban.

Anak korban yang juga berada di apartemen saat insiden penikaman terjadi dinyatakan tidak terluka dan tengah berada dalam lindungan kepolisian. Saat itu, ia berlari memanggil kerabat untuk meminta bantuan, kemudian menghubungi kepolisian Jepang pada 7.26 pagi waktu setempat.

Investigasi kasus ini masih berjalan dengan korps Marinir AS menyatakan hendak bekerja sama dengan kepolisian Jepang.

"Kami berkomitmen penuh untuk mendukung penyelidikan atas insiden itu," kata Pasukan Ekspedisi Marinir III dalam sebuah pernyataan. "Akan ada lebih banyak informasi yang akan datang saat penyelidikan berlangsung."

Tindakan senada juga diberikan oleh Duta Besar AS William Hagerty, yang menyatakan penyesalannya yang mendalam dan menjanjikan kooperasi penuh terhadap penyelidikan itu.

Meskipun nama pelaku dan korban belum dirilis secara resmi, tentara AS diduga kuat merupakan bagian dari Divisi Marinir AS ke-3 yang berbasis di Okinawa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentara AS di Okinawa

Sebuah pesawat terbang landas dari pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang (AP/Shizuo Kambayashi)
Sebuah pesawat terbang landas dari pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang (AP/Shizuo Kambayashi)

Sebagaimana diketahui, militer AS berjaga di pangkalan militer Okinawa sehubungan dengan payung aliansi pertahanan Negeri Paman Sam dan Jepang.

Meskipun Okinawa kurang dari 1 persen dari ruang daratan Jepang, laporan AP mengatakan wilayah itu menampung sekitar setengah dari 54.000 tentara AS.

Serangan ini datang setelah adanya laporan NBC yang menyoroti adanya stigma buruk terhadap pasukan AS di pulau Jepang itu.

"Ada begitu banyak pasukan Amerika di sini. Tentu saja, 99 persen dari mereka adalah orang baik, tetapi kemudian ada 1 persen yang melakukan hal-hal jahat," kata Tomomichi Shimabukuro, pengelola penginapan tepi laut bernama Churaumi-kun.


Warga Okinawa Ingin Militer AS Angkat Kaki

Ilustrasi demonstrasi penolakan pangkalan militer AS di Pulau Okinawa (AFP Photo)
Ilustrasi demonstrasi penolakan pangkalan militer AS di Pulau Okinawa (AFP Photo)

Sementara itu, pemerintah Jepang pada Januari lalu berniat menyediakan tempat baru untuk tentara marinir AS di Pulau Okinawa. Rencana itu dilakukan sebagai bagian dari rencana besar untuk memindahkan pangkalan militer AS, meskipun masih dalam prefektur yang sama.

Infrastruktur yang dimaksud akan dibangun sepanjang 135 meter, dan merupakan salah satu dari delapan situs yang tengah dikerjakan oleh pemerintah pusat. Lahan seluas 157 hektar dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek keamanan nasional itu, dikutip dari the Japan Times.

Pembangunan ini menyulut kemarahan Gubernur Okinawa.  Mengingat, selama ini ia berusaha menentang rencana Jepang - AS terkait pemindahan Pangkalan Udara Korps Marinir AS Futenma, dari pemukiman padat penduduk di Ginowan, ke daerah pesisir yang kurang padat.

Tamaki menginginkan pangkalan militer AS benar-benar angkat kaki dari Okinawa. Saat ini ia tengah berusaha menghentikan pembangunan tembok laut itu. Ia berencana mengadakan referendum prefektur, pada Februari mendatang.

Penolakan Pemerintah Okinawa bukanlah tanpa alasan. Penduduk Okinawa telah muak dengan keberadaan pangkalan militer sejak berpuluh tahun lalu. Mereka tidak menginginkan lagi kebisingan, kejahatan, dan kecelakaan terkait keberadaan institutusi itu di wilayah mereka.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya