Pemindahan Pangkalan Militer AS oleh Jepang Picu Kemarahan di Okinawa

Warga Okinawa marah terhadap pemerintah Jepang atas proyek pemindahan lokasi pangkalan militer AS.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 14 Des 2018, 14:04 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 14:04 WIB
Sebuah pesawat terbang landas dari pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang (AP/Shizuo Kambayashi)
Sebuah pesawat terbang landas dari pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang (AP/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Okinawa - Pekan ini, pemerintah Jepang memulai pekerjaan reklamasi utama di pangkalan militer AS yang kontroversial di pulau selatan Okinawa. Hal itu memicu protes besar-besaran dari gubernur dan masyarakat setempat.

Dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (14/12/2018), para pekerja konstruksi dikabarkan mulai membuang satu truk sedimen ke laut di dustrik Henoko yang berada pantai timur Okinawa.

Aktivitas itu adalah eksekusi lanjutan untuk membangun landasan pacu bagi pangkalan Korps Marinir AS, yang dipindahkan dari Futenma di selatan pulau itu, karena alasan kepadatan.

Pembangunan tersebut sempat ditunda selama lebih dari satu tahun, karena munculnya tuntutan dari masyarakat Okinawa, yang didukung penggiat lingkungan. Namun, pemerintah Jepang di Tokyo berhasil memenangkan "pertaruhan sengit" di meja hijau, yang melegitimasi proyek terkait.

Pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa proyek itu tidak hanya akan membahayakan kelestarian karang dan ikan duyung yang terancam punah, tetapi juga mengabaikan keinginan warga lokal untuk mengeluarkan pangkalan tersebut sepenuhnya dari Okinawa.

"Saya tidak bisa menahan kemarahan (tentang reklamasi pantai), yang mengabaikan kehendak rakyat Okinawa," ujar Denny Tamaki, gubernur baru terpilih yang menentang relokasi pangkalan militer AS di pulau itu.

Puluhan ribu orang berunjuk rasa pada Agustus lalu, untuk memprotes rencana relokasi tersebut.

Tamaki telah mengangkat isu pemindahan pangkalan militer dengan kedua pejabat pemerintah di kabinet Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan juga parlemen Amerika Serikat.

Para pejabat di Tokyo mengatakan mereka bertahan dengan rencana tersebut meski ada protes. Sementara Washington menghendaki perselisihan diselesaikan secara musyawarah antara pemerintah pusat dan Okinawa.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Kebencian Tumbuh di Benak Warga

PM Jepang Shinzo Abe jelang konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)
PM Jepang Shinzo Abe jelang konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)

Media setempat melaporkan bahwa pengunjuk rasa berdemonstrasi di sekitar lokasi reklamasi, di mana beberapa orang nekat menyeberang ke tengah laut untuk memblokir pengerjaan proyek.

Okinawa menyumbang kurang dari satu persen dari total luas daratan Jepang, tetapi menampung lebih dari setengah total pasukan militer AS di Asia Pasifik, yakni sekitar 47.000 personel ditempatkan di pulau tersebut.

Selama beberapa dekade, penduduk lokal telah meminta beberapa pangkalan dipindahkan. Kebencian juga tumbuh di benak warga, setelah serangkaian kecelakaan dan kejahatan yang dilakukan oleh personel militer AS dan pekerja di fasilitas tersebut.

Selain itu, warga Okinawa juga sejak lama mengeluhkan polusi udara dan polusi suara, sebagai akibat dari padatnya aktivitas militer.

Sebagai solusi, pemerintahan PM Abe telah berupaya memindahkan pangkalan Futenma ke lokasi terpencil, yang sebagian akan dibangun melalui sistem reklamasi di atas lautan.

Tetapi banyak orang di Okinawa merasa pangkalan itu harus dipindahkan ke tempat lain di Jepang, dan mengatakan tugas sebagai tuan rumah pasukan AS harus dibagi lebih adil.

Pada hari Jumat, juru bicara pemerintah Yoshihide Suga mengulangi bahwa Tokyo menganggap rencana itu sebagai "satu-satunya solusi" untuk mempertahankan kehadiran militer AS yang penting, seraya mengatasi masalah lokal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya