Pelaku Bom Sri Lanka Sempat Antre Makan Prasmanan di Hotel Sebelum Meledakkan Diri

Salah seorang pelaku bom bunuh diri di Sri Lanka dikabarkan sempat antre sarapan prasmanan sebelum serangan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Apr 2019, 05:47 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 05:47 WIB
Seorang wanita tua dibantu menyelamatkan diri pasca-ledakan di St. Anthony, Sri Lanka ( Eranga Jayawardena / AP )
Seorang wanita tua dibantu menyelamatkan diri pasca-ledakan di St. Anthony, Sri Lanka ( Eranga Jayawardena / AP )

Liputan6.com, Kolombo - Pelaku bom bunuh diri di Sri Lanka dikabarkan sempat mengantre untuk sarapan prasmanan di Hotel Cinnamon Grand pada Minggu 21 April, sebelum kemudian meledakkan bahan peledak yang diikat di tubuhnya.

Sambil membawa piring, pelaku yang pada malam sebelumnya telah mendaftar di hotel sebagai Mohamed Azzam Mohamed, baru saja akan dilayani ketika ia meledakkan diri di restoran yang penuh sesak, kata seorang manajer setempat.

"Ada kekacauan total," kata manajer itu, yang berbicara secara anonim kepada kantor berita AFP, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Senin (22/4/2019).

Saat bom meledak, Restoran Taprobane yang menjadi sasaran bom tersebut tengah melayani salah satu waktu tersibuk di Sri Lanka, yakni pada liburan akhir pekan Paskah.

"Ledakan terjadi sekitar pukul 08.30 pagi, dan restoran sedang ramai, terutama oleh tamu keluarga," lanjut manajer itu kepada AFP.

"Dia (pelaku bom bunuh diri) datang ketika puncak antrean, dan meledakkan diri," tambahnya.

Pelaku pemboman dilaporkan tewas di tempat. Sebagian tubuhnya ditemukan utuh oleh polisi Sri Lanka, dan kini telah diamankan untuk diotopsi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pelaku Memberi Alamat Palsu

99 Orang Tewas dalam Ledakan Gereja dan Hotel di Sri Lanka
Polisi mensterilkan jalan saat sebuah ambulans melaju membawa korban ledakan gereja di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Sekitar 99 orang dilaporkan tewas dalam ledakan di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Sementara itu, pejabat lainnya di hotel yang terdampak mengatakan bahwa salah satu tamunya yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri, diketahui memberikan alamat palsu.

Pelaku juga sempat mengatakan kepada resepsionis hotel bahwa dia berada di Kolombo untuk urusan bisnis.

Dua hotel lainnya, Shangri-La dan Kingsbury, dihantam bom pada waktu hampir berdekatan, bersama dengan tiga gereja yang penuh dengan umat Katolik yang menghadiri kebaktian Minggu Paskah.

Ledakan di St Anthony's Shrine, sebuah Gereja Katolik yang bersejarah, begitu kuat sehingga meruntuhkan sebagian besar atap, merusak lantai, kaca dan bangku kayu.

Di sekeliling reruntuhan, puluhan jenazah tergeletak bersimbah darah.

Pihak berwenang Sri Lanka belum mengumumkan secara resmi siapa yang melakukan delapan serangan bom di Kolombi tersebut.

 


Target Hotel Berdekatan dengan Kediaman Resmi PM Sri Lana

Ilustrasi Bendera Sri Lanka (iStockphoto via Google Images)
Ilustrasi Bendera Sri Lanka (iStockphoto via Google Images)

Cinnamon Grand Hotel yang menjadi salah satu target ledakan bom bunuh diri pada Minggu 21 April, berlokasi tidak jauh dari kediaman resmi Perdana Menteri Sri Lanka.

Begitu pun target hotel lainnya, Shangri-La, juga berlokasi cukup berdekatan dengan pusat ledakan lainnya. Di sini, saksi mata mengatakan ada dua ledakan keras yang menyebutkan jatuhnya banyak korban jiwa.

Seorang fotografer kantor berita AFP melihat langsung kerusakan parah di restoran yang berlokasi di lantai dua hotel tersebut, dengan jendela pecah dan kabel listrik tergantung di langit-langit.

Shangri-La mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ledakan bom bunuh diri terjadi pukul 09.00 waktu setempat, di restoran Table One miliknya.

Target serangan bom lainnya, Kingsbury, juga diketahui sebagai salah satu hotel termahal di Kolombo, yang lokasinya berdekatan dengan pusat finansial utama setempat.

Jumlah korban tewas dan luka di masing-masing hotel belum diketahui. Namun, pemerintah Sri Lanka telah mengumumkan sebanyak 207 orang kehilangan nyawa, dan lebih dari 400 orang lainnya mengalami luka.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya