Ngeri, Ilmuwan Temukan Virus Herpes Genital dan Oral yang Sedang Kawin

Ilmuwan menemukan virus herpes oral dan genital yang berhunungan seks, peranakannya bisa lebih berbahaya.

oleh Afra Augesti diperbarui 06 Mei 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2019, 21:00 WIB
Virus Herpes
Micrograph menunjukkan perubahan virus herpes simpleks (HSV). (Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini menemukan bahwa ada banyak perkawinan yang terjadi antara virus herpes oral dan genital dari yang diperkirakan sebelumnya.

Riset yang dipublikasikan pada 23 April 2019 dalam The Journal of Infectious Diseases itu mengungkapkan, kedua virus herpes simplex (HSV) -- yang dikenal sebagai HSV-1 dan HSV-2 -- menyatukan material genetik mereka secara bersama-sama dan lebih sering daripada yang diprediksi sebelumnya oleh para peneliti.

HSV-1 menyebabkan infeksi oral dan HSV-2 menyebabkan infeksi genital. Para periset mengemukakan, pada dasarnya, ada rekombinasi yang jauh lebih banyak di antara kedua virus, jauh daripada yang sebelumnya diduga oleh ilmuwan.

Terlebih lagi, meskipun para peneliti tahu bahwa kedua virus telah bercampur di masa lalu, namun studi baru membuktikan bahwa penggabungan tersebut masih berlanjut hingga hari ini.

"Virus herpes masih melakukan perkawinan," kata Co-author penelitian ini, Dr. Alex Greninger, yang juga merupakan asisten profesor laboratorium kedokteran di University of Washington (UW) School of Medicine, kepada Live Science yang dikutip oleh Liputan6.com pada Senin (6/5/2019).

Tetapi perkawinan itu tampaknya merupakan pertukaran "satu arah", dengan HSV-2 memperoleh gen dari HSV-1, dan bukan sebaliknya, kata para penulis.

Akibatnya, virus herpes genital (HSV-2) terus berkembang, yang dapat memiliki implikasi negatif bagi kesehatan masyarakat, kata para peneliti.

Misalnya, HSV-2 dapat berevolusi dengan cara yang membuatnya bisa tahan terhadap obat antivirus saat ini. Kemampuan HSV-2 untuk kawin dengan HSV-1 juga bisa menjadi penghalang untuk pengembangan vaksin melawan herpes, yang masih belum ada sampai sekarang, Greninger menambahkan.


Sejarah Herpes

Eksperimen keji (3)
Herpes labialis. (Sumber Wikimedia Commons)

Dua virus herpes simpleks menyimpang dari virus tunggal sekitar 6 juta tahun yang lalu, dengan HSV-1 berkembang untuk menginfeksi leluhur manusia, dan HSV-2 berkembang untuk menginfeksi primata, tulis para penulis.

Tetapi sekitar 1,6 juta tahun yang lalu, HSV-2 pelan-pelan mulai menginfeksi garis keturunan manusia juga dengan melakukan adaptasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar strain (galur atau garis keturunan) HSV-2 sebenarnya mempunyai beberapa gen HSV-1, menunjukkan bahwa virus ini sudah kawin sejak lama.

Tetapi apakah mereka masih berhubungan seks sampai detik ini? Jawabannya tidak begitu jelas.

Dalam studi baru, yang dipimpin oleh Dr. Amanda Casto, seorang peneliti senior di bidang penyakit menular dari Fakultas Kedokteran UW, tim ilmuwan merangkai genom lebih dari 250 virus herpes simpleks (HSV) yang dikumpulkan sebagai sampel dari pasien (kebanyakan di Seattle) antara 1994 dan 2016.

Selain itu, mereka menggunakan data dari 230 sampel HSV yang telah diurutkan dan tersedia untuk umum bagi para peneliti.

Tim menemukan bukti perkawinan terbaru antara HSV-1 dan HSV-2. Dalam beberapa kasus, HSV-2 memperoleh bongkahan DNA berukuran jumbo dari HSV-1, yaitu 10 kali lebih besar dari yang sebelumnya diamati, menurut Greninger.

Satu kasus penting terjadi pada seseorang dengan koinfeksi (infeksi simultan oleh dua virus) genital dari HSV-1 dan HSV-2. Strain HSV-2 pada pasien ini mengandung sebagian besar DNA dari HSV-1.

Koinfeksi semacam itu kemungkinan berkontribusi pada kemampuan kedua virus untuk kawin, menurut para penulis. Menariknya, walaupun HSV-1 secara klasik menyebabkan infeksi oral, dalam beberapa tahun terakhir, HSV-1 telah menyebabkan lebih banyak infeksi genital.


Tantangan Pembuatan Vaksin

Gertrude B. Elion, membantu menciptakan banyak obat, termasuk yang digunakan untuk mengobati malara, herpes, meningitis dan leukimia (Foto: nobelprize.org).
Gertrude B. Elion, membantu menciptakan banyak obat, termasuk yang digunakan untuk mengobati malara, herpes, meningitis dan leukimia (Foto: nobelprize.org).

Perkawinan antara HSV-2 dengan HSV-1 dapat menciptakan tantangan untuk mengembangkan vaksin melawan virus herpes simplex (HSV).

"Sebagai contoh, jika para peneliti membuat vaksin untuk HSV-2, virus tersebut mungkin dapat 'menukar' beberapa gennya agar tidak menjadi sasaran vaksin," tegas Greninger.

Selain itu, jika para ilmuwan menciptakan vaksin yang mengandung strain HSV-2 yang sudah dilemahkan, mungkin strain yang dilemahkan ini bisa me-reboot dan menjadi lebih ganas jika memperoleh gen dari HSV-1.

Salah satu batasan dari studi baru ini adalah bahwa sampel yang digunakan hanya berasal dari Seattle. Karena itu, para ilmuwan akan mengembangkan penelitian yang lebih besar, yang mengurutkan virus herpes simplex dari populasi yang lebih beragam, demi mendapatkan ide yang lebih baik tentang tingkat perkawinan yang terjadi di antara virus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya