Punya Bulan Sendiri, Berikut Wujud Asteroid yang Lewati Bumi Hari Ini

Asteroid dengan Bulannya sendiri melintasi Bumi pada Minggu pagi, 26 Mei 2019. Seperti apa wujudnya?

oleh Afra Augesti diperbarui 26 Mei 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2019, 18:00 WIB
Asteroid dan Bulannya Sendiri
Animasi menunjukkan seperti apa bentuk orbit satelit yang punya Bulan sendiri. (Kredit: Dr. Steven Ostro et al./NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah asteroid besar dengan Bulan kecilnya sendiri melewati Bumi pada 25 Mei malam waktu setempat. Oleh para astronom NASA, sistem batuan ruang angkasa dan satelit alaminya itu disebut 1999 KW4.

Asteroid utamanya punya lebar sekitar 1,3 mil (1,3 kilometer), menurut NASA, dan berbentuk seperti gasing. Sedangkan Bulannya berukuran lebih kecil dan lebih memanjang, hanya 0,35 mil (0,57 km).

Bersama-sama, asteroid dan limunnya akan melewati Bumi pada sudut yang aneh dan curam seperti yang oleh NASA disebut sebagai "yang paling mudah diakses ... untuk misi pesawat ruang angkasa dari asteroid biner dekat-Bumi yang dikenal."

Kedua asteroid itu akan melintas paling dekat ke Bumi pada 25 Mei pukul 19.05 Eastern Daylight Time (EDT) atau 26 Mei jam 06.00 WIB, ketika mereka hanya berjarak 3.219.955 mil (5.182.015 km) dari permukaan Bumi.

Jangkauan itu masih dinilai terlalu jauh bagi Bumi dan 1999 KW4, sehingga tidak menimbulkan ancaman. Sebenarnya, ini adalah pendekatan keempat asteroid biner terhadap Bumi sejak ditemukan pada tahun 1999, demikian menurut LIve Science yang dikutip pada Minggu (26/5/2019). 

Serangkaian gambar radar tahun 2001 yang diambil dengan teleskop radar Goldstone NASA menunjukkan 1999 KW4. (Kredit: Dr. Steven Ostro et al./NASA)

Kembali pada 25 Mei 2001, menurut NASA, asteroid melewati sekitar 6,7 persen lebih dekat ke Bumi daripada kali ini, pada jarak 3.005.447 mil (4.836.798 km).

Tujuh belas tahun dari sekarang, pada 25 Mei 2036, bebatuan itu akan melewati 55,2% lebih dekat ke Bumi, pada jarak hanya 1.443.511 mil (2.323.106 km). 

"1999 KW4 mendekati Bumi dalam 0,05 AU, beberapa kali setiap abad," kata laporan NASA tentang objek tersebut. "Penampakan ini ada dari setidaknya sejak tahun 1600 hingga 2500."

"AU" mengacu pada "astronomical units", unit yang sama dengan jarak antara Bumi dan matahari. Jadi, 0,05 AU sama dengan satu per dua puluh jarak antara Bumi dan matahari, atau sekitar 4.650.000 mil (7.480.000 km).

Kedua asteroid itu telah melintas lebih dekat ke Bumi, tanpa insiden apa pun.

Sementara itu, EarthSky melaporkan bahwa 1999 KW4 akan paling terlihat di belahan Bumi selatan, muncul sebagai bayangan yang bergerak cepat melawan bintang-bintang di rasi bintang Puppis.

Dua batuan itu tetap tampak di langit selama beberapa hari ke depan. Penikmat senja dan pengeksplor ruang angkasa di Amerika Utara mungkin bisa menyaksikan asteroid tersebut di dekat konstelasi Hydra pada 27 Mei malam waktu lokal.

NASA mengatakan, mereka bersama Planetary Defense Coordination Office akan terus memonitor asteroid dengan cermat.

Asteroid 390 Meter Mendekati Bumi, Kecepatannya 26,04 Km/Detik

Ilustrasi asteroid Bennu
Ilustrasi asteroid Bennu (NASA)

Sebelumnya, asteroid berukuran 1.280 kaki atau 390 meter yang dijuluki oleh NASA sebagai Asteroid JB1, dilaporkan oleh badan antariksa ini sedang menuju Bumi dengan lintasan Close Approach atau "Pendekatan Dekat".

Pelacak asteroid milik NASA telah menghitung flyby (jalur yang dilalui oleh pesawat ruang angkasa atau asteroid ketika melewati planet atau benda lain di antariksa untuk mendapatkan informasi tentangnya) terdekat, yang diperkirakan akan terjadi pada Senin pagi, 20 Mei.

Menurut Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di California, Asteroid JB1 bakal melesat melintasi Bumi sekitar pukul 04.23 BST (10.23 WIB). Ketika planetoid ini mendekati Bumi, ia akan mencapai kecepatan sangat tinggi, yakni sekitar 26,04 km per detik atau 58,349,8 mph.

Asteroid JB1 adalah "Near-Earth Object" (NEO) jenis-Apollo. Sebagai informasi, NEO adalah semua asteroid dan komet yang berada di orbit matahari pada jarak 1,3 unit astronomi (au).

JPL NASA memperkirakan ukuran JB1 berkisar antara 557,7 kaki hingga 1.279,5 kaki (170 meter hingga 390 meter). Angka ini bahkan lebih besar dari bangunan ikonik Paris, Menara Eiffel di Paris.

Asteroid tersebut juga 200 kali lebih luas dari tempat tidur ukuran Queen Size dan setara dengan 45 bus double-decker khas London.

Asteroid yang Melintas pada Angka 'Keramat': Jumat, 13 April 2029

Ilustrasi kegiatan penambangan asteroid
Ilustrasi kegiatan penambangan asteroid (Deep Space Industries)

Satu dekade dari sekarang, asteroid raksasa dilaporkan akan melesat melintasi langit Bumi pada Jumat, 13 April 2029. Asteroid itu, yang disebut Apophis, membentang sekitar 1.100 kaki (340 meter) dan akan melesat dalam jarak 19.000 mil (31.000 kilometer) dari permukaan Bumi.

Meski terdengar menakutkan, tetapi para ahli yakin benda angkasa luar itu tidak akan mengenai Bumi. Sebaliknya, ini adalah kesempatan dalam sekali seumur hidup bagi peneliti untuk benar-benar memahami asteroid yang ada di dekat Bumi.

"Kabar gembiranya adalah bahwa objek sebesar ini hanya lewat hampir satu kali per seribu tahun," ujar Richard Binzel, seorang ahli planet di MIT University, mengatakan dalam International Academy of Aeronautics' Planetary Defense Conference, yang dikutip dari Live Science, Jumat, 3 Mei 2019.

Kedekatan dan ukuran asteroid juga akan menambah kecerahan 'pertemuan' tersebut, yang kabarnya bisa disaksikan secara langsung dengan mata telanjang manusia dari Bumi.

Meskipun para periset berpendapat kalau Apophis tidak akan menabrak Bumi pada tahun 2029, namun mereka belum bisa mengesampingkan kemungkinan benturan yang akan terjadi pada berpuluh-puluh tahun di masa depan, dan ada banyak batu ruang angkasa besar lainnya yang mengorbit matahari di lingkungan Bumi.

Para ahli di bidang pertahanan planet melacak objek-objek ini dan menyiapkan teknik yang bisa mengalihkan apa pun yang memang menimbulkan ancaman bagi planet kita.

Data yang dikumpulkan tentang Apophis dapat menginformasikan apa yang diketahui oleh para ilmuwan soal asteroid-asteroid lain, karena batuan antariksa ini tampak sangat mirip dengan sekitar 80% asteroid yang berpotensi membahayakan Bumi --yang sebelumnya telah diidentifikasi oleh para ilmuwan hingga saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya