Liputan6.com, Washington DC - NASA mengadakan Konferensi Perlindungan Planet yang berlangsung pada 29 April hingga 3 Mei di dekat Washington DC. Dalam pertemuan tersebut dibahas ancaman yang mungkin datang dari asteroid, termasuk mengeksplorasi kemungkinan tindakan darurat untuk melindungi Bumi.
Sejumlah tes dan simulasi akan dilakukan dalam pertemuan tersebut. Para ilmuwan akan mensimulasikan asteroid buatan untuk mengeksplorasi apa yang mungkin terjadi ketika mempertahankan diri dari serangan nyata benda angkasa luar.
Mereka akan mepertimbangkan prediksi kedatangan asteroid yang ditemukan oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL), pelacak asteroid milik NASA.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa organisasi turut diundang dalam konferensi tersebut, seperti Badan Manajemen Kedaruratan Federal AS (FEMA) dan lembaga pemerintah lainnya, serta ahli dari berbagai negara, mengutip laman Voice of America pada Senin (29/4/2019).
Lindley Johnson, seorang perwira pertahanan planet untuk NASA mengatakan, latihan dalam konferensi itu akan menciptakan persiapan internasional yang lebih baik dan proses tanggapan yang efektif jika terdapat ancaman nyata.
"Ini... akan membantu kita mengembangkan komunikasi yang lebih efektif, baik satu sama lain di antara kita maupun dengan pemerintah," lanjutnya.
Asteroid Akan Menghantam Bumi?
Latihan NASA dan sejumlah organisasi itu didorong oleh adanya prediksi palsu bahwa objek angkasa luar yang disebut "Near-Earth Object"(NEO) akan menghantam Bumi pada 2027. Asteroid itu disebut sebagai Apophis, salah satu benda angkasa luar paling penting yang pernah ditemukan.
NASA memang memprediksi Apophis akan melewati Bumi tepatnya pada Jumat, 13 April 2019, dalam jarak 31.200 kilometer di atas permukaan planet kita. Lebih dekat dibandingkan orbit satelit cuaca.
Namun NASA menyatakan tidak percaya bahwa Apophis akan sampai menghantam Bumi saat melesat melewati planet kehidupan di Tata Surya ini.
Ukuran Apophis diperkirakan sepanjang 340 meter, dari ujung ke ujung. Para ahli mengatakan, jika asteroid sebesar itu akan menghantam Bumi maka akan menyebabkan kerusakan besar, termasuk mengancam peradaban manusia.
Namun nyatanya, NASA menyebut kemungkinan Bumi benar-benar dihantam adalah 1 dari 100.
Meski demikian, pejabat NASA mengatakan angka itu termasuk cukup besar untuk mempertimbangkan adanya langkah-langkah darurat dan pertahanan diri.
Oleh karenanya, simulasi yang dilakukan hingga 3 Mei mendatang akan sangat bermanfaat. Hal itu akan memberikan peluang besar bagi para ilmuwan untuk mempelajari asteroid dengan lebih baik.
Adapun di masa depan, menurut NASA, komunitas dunia juga dapat memutuskan untuk mengirim pesawat ruang angkasa untuk mengamati asteroid seperti Apophis yang dapat membahayakan kehidupan.
Apa itu Asteroid?
Asteroid adalah benda angkasa luar yang berbatu dan namun tidak memiliki kandungan udara. Asteroid kadang-kadang disebut sebagai planet minor.
Benda itu tersisa dari pembentukan awal tata surya kita, yakni sekitar 4,6 juta tahun yang lalu. NASA melaporkan, secara keseluruhan terdapat 795.000 asteroid yang diidentifikasi oleh para ilmuwan. Sebagian besar dapat ditemukan mengorbit Matahari antara Mars dan Jupiter.
NASA melaporkan, sekitar setahun sekali asteroid seukuran mobil memasuki atmosfer Bumi. Benda-benda seperti itu berubah menjadi bola api dan terbakar sebelum mencapai permukaan bumi.
Sekitar setiap 2.000 tahun sekali, asteroid yang jauh lebih besar melewati bumi dan berpotensi menyebabkan kerusakan besar. Namun, para ahli NASA mengatakan sebuah benda yang cukup besar untuk mengancam peradaban Bumi hanya muncul sekali setiap beberapa juta tahun.
Selain asteroid, terdapat benda angkasa luar yang juga sering melewati Bumi, yakni komet. Komet adalah benda kecil dan aktif yang mengandung es. Di bawah sinar Matahari, es dapat menguap membentuk atmosfer debu dan gas.
Advertisement
Prediksi Lain Asteroid Melewati Bumi
Sementara itu, Batu angkasa luar yang dijuluki oleh NASA sebagai "Asteroid 2019 CL2", pernah dilaporkan mengarah mendekati Bumi pada Sabtu, 16 Maret 2019 lalu.
Saat melesat melewati Bumi, JPL berpikir asteroid ini akan mencapai kecepatan sekitar 7,54 km/detik. Berdasarkan perhitungan JPL, asteroid itu berukuran antara 56 meter hingga 120 meter.
Asteroid CL2 juga disebut sebagai "Near-Earth Objek" (NEO) atau "Objek Dekat Bumi", yang berarti orbitnya sesekali memotong perjalanan Bumi sendiri saat planet ini mengelilingi matahari.
Ketika NEO terdeteksi pada jalur terdekat lintasan Bumi, benda langit ini terdeteksi oleh sistem pelacakan asteroid NASA. Namun, ini tidak berbahaya bagi keselamatan Bumi.
Bahkan pada jarak terdekatnya, asteroid CL2 akan melintas dengan jarak lebih dari 3,9 juta km dari Bumi.
"Ketika mereka mengorbit matahari, NEO kadang-kadang dapat mendekati Bumi. Perhatikan bahwa bagian 'dekat' secara astronomis bisa sangat jauh dari segi manusia: jutaan atau bahkan puluhan juta kilometer," NASA menjelaskan, sebagaimana dikutip dari Express.co.uk.