Demi Misi Balik ke Bulan, NASA Pilih 3 Firma untuk Kirim Robot Pendarat

NASA memilih tiga perusahaan untuk mengirim robot pendarat ke Bulan, untuk apa?

oleh Afra Augesti diperbarui 03 Jun 2019, 19:40 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2019, 19:40 WIB
Robot Pendarat NASA
Pendarat Orbit Beyond (kiri), pendarat Intuitive Machines (tengah), dan pendarat Astrobotic (kanan). (NASA)

Liputan6.com, Washington DC - Pada hari Jumat, 31 Mei 2019, NASA mengumumkan bahwa mereka telah memilih tiga perusahaan komersial untuk mengirim robot pendaratan pertama ke Bulan, sebagai bagian dari misi agensi ini: mengirim kembali manusia ke satelit alami Bumi.

Tiga perusahaan tersebut berada di Amerika Serikat, yaitu Astrobotic, Orbit Beyond, dan Intuitive Machines. Nantinya, mereka ditugaskan untuk mengembangkan pesawat ruang angkasa kecil yang dapat membawa muatan dan instrumen NASA ke permukaan Bulan dan mempelajari Bulan secara lebih rinci: Commercial Lunar Payload Services (CLPS).

CLPS adalah fase pertama dari program Artemis NASA, nama misi untuk pengiriman wanita perdana sekaligus manusia berikutnya ke Bulan. CLPS diperkirakan akan meluncur pada tahun 2020 dan 2021.

Tapi CLPS dirancang sebagai kendaraan pengangkut robot dan alat-alat penelitian, bukan pengangkut manusia.

"Perusahaan-perusahaan ini adalah contoh utama dari kecerdikan, visi, dan pengetahuan Amerika," kata administrator NASA Jim Bridenstine, yang dikutip dari The Verge, Senin (3/5/2019).

"Karena robot dan instrumen yang mereka sediakan, juga teknologi sains dan penelitian yang akan dilakukan dalam waktu dekat, maka persiapan manusia untuk kembali ke Bulan bisa diperkirakan dijalankan pada 2024," lanjutnya.

Pesawat ruang angkasa CLPS akan membantu proyek Artemis secara keseluruhan, dengan mempelajari lebih banyak detail tentang permukaan Bulan sebelum astronaut NASA tiba di sana.

Para ilmuwan dan insinyur sama-sama bersemangat untuk mencari tahu berapa banyak es air yang tersembunyi di bawah tanah Bulan. Pesawat antariksa NASA yang beredar di atas Bulan telah mendeteksi air, tetapi para peneiti masih belum yakin terkait jumlahnya dan dalam bentuk apa.

Jika ada banyak, maka wahana penjelajah masa depan berpotensi menggunakan air ini untuk minum atau irigasi di dasar Bulan, atau es yang bisa dipisahkan dan diubah menjadi bahan bakar roket.

Optimis Berhasil

Pada Februari 2019, pesawat antariksa milik Israel dijadwalkan akan mendarat di permukaan Bulan (SpaceIL)
Pada Februari 2019, pesawat antariksa milik Israel dijadwalkan akan mendarat di permukaan Bulan (SpaceIL)

Pada misi CLPS perdana itu, NASA akan mempelajari bagaimana pendaratan di Bulan mempengaruhi lingkungan Bulan dan bagaimana robot-robot tersebut menghempaskan debu yang ada di permukaan Bulan.

Meski demikian, ada banyak tujuan sains lain yang digalang oleh NASA melalui CLPS, itulah sebabnya program ini dijalankan melalui Science Mission Directorate. Selain itu, pesawat ruang angkasa tersebut juga akan membawa muatan ke Bumi untuk mempelajari komposisi batuan di permukaan Bulan.

Pada bulan November tahun lalu, NASA memilih sembilan perusahaan untuk berpartisipasi dalam program CLPS. Saat itu, NASA mengklaim bahwa kontrak untuk misi ini bernilai sekitar US$ 2,6 miliar yang tetap harus dilakukan dalam 10 tahun ke depan.

Tiga perusahaan yang diumumkan pada hari Jumat kemarin adalah perusahaan terbaik dari yang terbaik yang dipilih oleh NASA. Meski demikian, ada enam perusahaan lain yang diberi kesempatan untuk melakukan misi serupa bersama NAS pada masa depan.

Dalam sebuah pernyataan, ketiga perusahaan itu mengaku siap menjadi perusahaan pertama yang mendaratkan robot komersial secara aman di permukaan Bulan.

Sampai sekarang, hanya Amerika Serikat saja yang pernah dan sukses melakukan pendaratan di Bulan.

Sedangkan pada bulan April tahun ini, sebuah organisasi nirlaba Israel bernama SpaceIL berusaha untuk mendaratkan pesawat ruang angkasa pertama yang didanai secara pribadi di Bulan, tetapi kendaraan itu akhirnya hancur lebur beberapa menit sebelum menyentuh tanah Bulan.

"Saya cukup percaya bahwa ketiga perusahaan ini pasti berhasil," ujar Steven Clark, wakil administrator asosiasi untuk eksplorasi di NASA.

Saat ini, Orbit Beyond mengklaim sebagai pihak yang memimpin misi tersebut. Dengan kontrak sebesar US$ 97 juta dari NASA, perusahaan itu mengatakan akan meluncurkan robot pendaratnya yang bernama "Z01" di atas Falcon 9 milik SpaceX pada awal September 2020.

Perusahaan itu pun berniat untuk mengirim robot pendarat, lengkap dengan empat muatan di belakangnya, ke permukaan lava di Bulan yang disebut Mare Imbrium.

Dua Lainnya

SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). CEO SpaceX, Elon Musk, juga menyebut proyek ini merupakan salah satu yang tersulit. (AP Foto John Raoux)

Astrobotic dan Intuitive Machines menyebut mereka akan meluncurkan pendaratnya, masing-masing, pada Juni dan Juli 2021. Intuitive Machines disumbang US$ 77 juta dari NASA dan akan mengirim robotnya ke sisi tergelap Bulan, Oceanus Procellarum, lengkap dengan lima muatan. Sedangkan nama robot mereka adalah "Nova-C", yang bakal ditempatkan pada roket Falcon 9 milik SpaceX.

Sementara itu, Astrobotic menerima dana sebesar US$ 79,5 juta dari NASA dan pendarat Peregrine-nya akan membawa hingga 14 muatan ke kawah besar Bulan yang bernama Lacus Mortis.

Meskipun Astrobotic sebelumnya mengatakan sedang bekerja dengan United Launch Alliance untuk menerbangkan Peregrine dengan roket Atlas V, namun perusahaan ini sekarang mengatakan sedang menilai opsi peluncuran untuk misi yang akan datang.

Namun tak satu pun dari wahana-wahana itu yang ditujukan ke kutub selatan Bulan, di mana NASA berencana untuk mendaratkan astronautnya di sana. Meskipun demikian, NASA berpendapat bahwa ketiga perusahaan tersebut akan membantu misi Artemis.

"Kami belajar banyak ke mana pun kami pergi di Bulan, yang akan membantu pendaratan manusia di masa depan," kata Chris Culbert, manajer program CLPS di NASA Johnson Space Center.

Ketiga perusahaan tadi bertanggung jawab atas misi yang mereka emban dari atas ke bawah. Sementara NASA akan menyediakan muatan, mereka harus membangun robot pendaratan mereka, melampirkan instrumen, membuat kendaraan yang diluncurkan pada roket, mengoperasikan pesawat ruang angkasa di antariksa, dan mengirimkan perangkat keras ke Bulan dalam keadaan utuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya