Liputan6.com, London - Pangeran Charles menghabiskan 75 menit lebih lama dari yang dijadwalkan untuk meyakinkan Donald Trump tentang bahaya perubahan iklim, tetapi presiden ke-45 Amerika Serikat itu masih bersikeras bahwa AS "bersih" dan menyalahkan negara-negara lain atas krisis tersebut.
Sebelumnya, Trump mengatakan dalam sebuah sesi wawancara eksklusif bersama ITV, Good Morning Britain, ia akan bertemu Charles selama 15 menit dalam lawatannya ke Inggris.
Baca Juga
Namun kenyataannya, pertemuan mereka justru berlangsung selama 90 menit, di mana Pangeran Charles justru menjadi pihak yang mendominasi pembicaraan ini.
Advertisement
Donald Trump berkata: "Dia (Charles) benar-benar menyinggung soal perubahan iklim dan saya pikir itu hebat. Apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang benar-benar dia rasakan adalah tentang masa depan. Dia ingin memastikan generasi penerus bisa mewarisi iklim yang baik, yang jauh dari bencana, dan saya setuju."
Meski demikian, Trump mengatakan bahwa Charles menekan dia dan menyarankan agar AS harus berbuat lebih banyak terkait pencegahan perubahan iklim.
"Saya menyampaikan pada Charles, 'Ya, Amerika Serikat saat ini punya iklim paling bersih yang didasarkan pada semua statistik', dan saya setuju dengan itu bahwa kita menginginkan air terbaik, air terbersih. Harus bersih sebening kristal," Trump melanjutkan, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (5/6/2019).
"China, India, Rusia, dan banyak negara lain, mereka tidak memiliki udara yang bagus, kualitas air yang jelek, dan polusi bertebaran di mana-mana. Jika Anda pergi ke kota-kota tertentu ... Anda bahkan tidak bisa bernafas, dan sekarang udara sudah jadi panas," lanjutnya.
Saat ditanya oleh jurnalis Piers Morgan soal perubahan iklim dan sains yang terkait dengan ini, Donald Trump menjawab: "Saya percaya ada perubahan cuaca. Jangan lupa, dulu disebut pemanasan global, tapi itu hanya isapan jempol semata, oleh karenanya sekarang diubah namanya jadi perubahan iklim. Kini anggap saja itu hanya cuaca ekstrem."
Donald Trump - PM Inggris Bahas Isu Brexit, Huawei, hingga Iran
Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat berkomitmen untuk mencapai "kesepakatan perdagangan yang fenomenal" dengan Inggris, selagi Britania Raya menyiapkan diri untuk meninggalkan Uni Eropa.
Di sisi lain, Perdana Menteri Theresa May memuji hubungan antara kedua negara, tetapi mengakui adanya beberapa perbedaan terkait perubahan iklim dan Iran.
Keduanya berbicara kepada wartawan di London usai melaksanakan pertemuan bilateral tingkat tinggi di London pada Selasa 4 Juni 2019 waktu lokal.
Berbicara dalam konferensi pers, Donald Trump mengatakan bahwa Theresa May "telah melakukan pekerjaan yang sangat baik" dalam negosiasi Brexit --sebuah komentar yang bertentangan dengan keadaan di mana proposal Brexit versi May terus menjadi perdebatan di Parlemen Inggris hingga saat ini. Dan hal itu pula yang memicu rencana pengunduran diri sang perdana menteri dari jabatannya.
Trump tetap optimis bahwa "Brexit akan terjadi dan seharusnya harus terjadi ... karena Inggris adalah negara hebat dan ingin identitasnya sendiri," demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu, 5 Juni 2019.
Perdana Menteri May mengatakan Inggris dan Amerika Serikat dapat memperluas kemitraan ekonomi dengan kesepakatan perdagangan bilateral, dan bahwa pemerintahnya percaya akan perlunya "menjaga pasar tetap bebas, adil dan terbuka."
Presiden AS mengatakan "semuanya ada di atas meja" dalam diskusi mendatang antara kedua negara, menambahkan bahwa kesepakatan perdagangan "fenomenal" akan tercapai.
Geo-politik
Pada isu Iran, Inggris dan AS menyetujui potensi ancaman dari Negeri Para Mullah, tetapi tidak setuju dengan solusinya, dan AS harus "melakukan segalanya untuk menghindari eskalasi yang tidak menjadi perhatian siapa pun," kata May, yang mungkin merujuk pada peningkatan pengaruh dan kehadiran militer AS di Timur Tengah.
Sementara Donald Trump mengatakan bahwa baik AS dan Inggris "bertekad untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah mengembangkan senjata nuklir dan berhenti mendukung dan terlibat dalam terorisme."
Kedua negara juga akan mencapai kesepakatan untuk melindungi kerja sama berbagi intelijen. Akan tetapi, hal itu terganjal oleh isu Huawei --perusahaan infrastruktur internet dari China yang disebut akan meneken kerja sama teknologi 5G dengan Inggris, namun menurut AS mengandung berisiko terhadap keamanan nasional.
Advertisement
Diwarnai Protes Massa dan Kritik Oposisi
Selagi kedua tokoh itu berbicara pada sebuah konferensi pers bersama, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di London. Para demonstran membawa berbagai plakat dan meneriakkan slogan-slogan anti-Trump, sementara boneka Trump dalam bentuk balon raksasa melayang di dekat mereka.
Ketika ditanya tentang protes yang sedang berlangsung, Trump menepiskannya sebagai "berita palsu" dan mengatakan dia belum melihat demonstrasi-demonstasi seperti yang ditanyakan itu.
Pemimpin Partai Buruh dan oposisi pemerintah di Parlemen Inggris, Jeremy Corbyn hadir dan berorasi pada demonstrasi tersebut. Ia didukung dengan anggota partai politik lainnya, termasuk Demokrat Liberal dan Partai Hijau.
Pemimpin Partai Buruh telah mengusulkan pembicaraan dengan Trump, dengan juru bicara mengatakan dia siap untuk terlibat dengan presiden AS tentang masalah-masalah seperti perubahan iklim, ancaman terhadap perdamaian dan krisis pengungsi - tetapi ini ditolak oleh sang presiden ke-45.
Ketika ditanya tentang pemimpin Partai Buruh, presiden AS mengatakan dia "tidak mengenalnya, tidak pernah bertemu dengannya, tidak pernah berbicara dengannya", menambahkan: "Dia ingin bertemu hari ini atau besok dan saya memutuskan saya tidak akan melakukan itu."
Trump berkata: "Saya benar-benar tidak suka kritik sebanyak yang saya suka dan menghormati orang-orang yang melakukan sesuatu."
Namun, ia kemudian mengatakan kepada Piers Morgan dalam sebuah wawancara untuk Good Morning Britain bahwa ia akan "tidak ada masalah" dengan bertemu Corbyn lain kali.