Liputan6.com, Jakarta - Presiden sekaligus pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal, mengatakan bahwa China adalah kekuatan yang paling membawa pengaruh besar bagi negara-negara lain di dunia.
Pihaknya juga tengah membuat sebuah studi yang melibatkan 198 negara, guna me-ranking negara mana saja yang tidak hanya mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia, tetapi juga memiliki dampak politik, ekonomi, teknologi, pendidikan, pariwisata dan sebagainya.
"China berada di urutan tiga besar dalam survey kami. Mengenai Tiongkok, meski banyak asumsi yang tidak lagi berlaku, ada beberapa hal yang bisa kita katakan sebagai sebuah 'kepastian'," kata mantan wakil menteri luar negeri Indonesia itu di Jakarta, Jumat (21/6/2019).
Advertisement
"Dunia sekarang sedang mengalami ketidakpastian yang luar biasa. Banyak asumsi yang pernah kita pegang pada 10 tahun lalu, sekarang tidak berlaku lagi," imbuhnya. Namun menurutnya, kekuatan China akan terus bertambah dan berkembang.
Meski ia berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok menurun sedikit, tapi ia memprediksi pada tahun 2028 sampai 2030, GDP China akan melampaui Amerika Serikat. "Kalau pun pertumbuhannya 5%, jumlah ini sudah setara dengan perekonomian di Argentina," jelasnya.
Poin berikutnya ialah China akan merajai di segala sektor, yaitu strategis, militer, diplomatik, politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi.
Ketiga yakni peran China di dunia internasional, terutama di kawasan Asia Pasifik, bakal meningkat, sesuai dengan kenaikan kekuatannya.
"Pengaruh China akan semakin kuat dan ini membuat negara-negara lain menjadi was-was, tapi peningkatan ini adalah sesuatu hal yang biasa bagi rezim power di dunia internasional," ujar Dino.
Sedangkan 'kepastian' terakhir adalah China akan menjadi pusat kekuatan teknologi dunia, terutama dalam bidang siber, kecerdasan buatan, antariksa, dan inovasi.
Bidang-bidang inilah, kata Dino, menjadi penyebab khawatirnya negara-negara yang dominan di bidang teknologi terhadap China di masa depan.
Silk Road Community Building Initiative and RI - China
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menggelar peluncuran "Silk Road Community Building Initiative and Indonesia-China NGOs Dialogue" di Jakarta, Jumat (21/6/2019).Â
Ini merupakan salah satu misi yang diemban oleh Wakil Ketua National People's Congress (NPC) Standing Comimitee, Ji Bingxuan, yang berkunjung ke Indonesia pada hari ini. Sejumlah delegasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi sosial ternama dari China juga turut hadir.
Tujuan dari dialog tersebut yakni untuk memfasilitasi sebuah diskusi konstruktif dan peluang kerja sama potensial antara LSM dari kedua negara dan meningkatkan relasi people-to-people antara Indonesia dan China, demikian menurut pernyataaan FPCI.
"Hal ini sejalan dengan Silk Road Community Building Initiative yang bermaksud untuk membangun 500 kerja sama antara Tiongkok dan LSM luar negeri, serta melaksanakan 200 proyek mata pencaharian di negara-negara sepanjang Belt and Road," tulis keterangan tersebut.
Belt and Road Initiative (BRI) merupakan suatu strategi pembangunan yang diusulkan oleh Presiden China, Xi Jinping, yang berfokus pada konektivitas dan kerja sama antara negara-negara Eurasia, terutama Tiongkok, Sabuk Ekonomi Jalur Sutra (SREB) berbasis daratan, dan Jalur Sutra Maritim (MSR) lintas samudra.
Strategi tersebut menegaskan tekad China untuk mengambil peran lebih besar dalam urusan global dengan sebuah jaringan perdagangan yang berpusat di Beijing. Inisiatif ini diungkapkan pada September dan Oktober 2013, masing-masing untuk SREB dan MSR.
BRI juga dipromosikan oleh Perdana Menteri Li Keqiang selama lawatan ke Asia dan Eropa pada tahun 2016. Dalam tiga tahun terakhir, fokus utama BRI adalah pada investasi infrastruktur, material konstruksi, kereta api dan jalan raya, mobil, real estate, jaringan listrik, dan besi dan baja.
Advertisement
BRI Adalah Proyek Terbesar China Sepanjang Sejarah
Menurut Dino Patti Djalal, "Ini bukan proyek politik luar negeri terbesar Tiongkok dalam sejarahnya, tapi juga merupakan proyek infrastruktur terbesar dalam sejarah umat manusia. Dari seluruh proyek regional dan internasional yang ada, BRI (Belt and Road Initiative) adalah yang paling banyak didukung oleh pendanaan dan komitmen politik dari Beijing."
Ia menambahkan, dari banyak proyek infrastruktur negara lain yang bersifat jangka pendek, BRI bersifat jangka panjang.
Sementara itu, Ji Bingxuan menuturkan, ketika Presiden Xi Jinping bertandang ke Indonesia untuk pertama kalinya, kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis komprehensif.
Hubungan ini masuk tahapan baru yang berkembang secara menyeluruh, dan kerja sama komunikasi di berbagai bidang termasuk dalam politik, ekonomi, perdagangan, kebudayaan dan sosial.
"Jembatan Suramadu, Bendungan Jatigede, dan proyek pembangunan infrastruktur lain sudah menjadi simbol persahabatan kita. Sebagai negara besar di ASEAN, Indonesia aktif dalam pembangunan BRI. Tiongkok dan Indonesia juga menandatangani MoU dalm sektor poros maritim dunia. Sementara pertukaran rakyat antara kedua negara pun semakin akrab," ungkap Bingxuan di Jakarta.
Ia mengklaim, kesempatan dan keberhasilan BRI dimiliki oleh seluruh dunia. Enam tahun setelah inisiatif itu dikemukakan di bawah usaha berbagai pihak, BRI membuka peluang baru bagi peningkatan ekonomi dunia, membangun platform bagi perdagangan dan investasi internasional, memperluas praktik pendanaan ekonomi global, serta memberikan kontribusi baru bagi kesejahteraan rakyat mancanegara.Â