China Ingin Berperan dalam Upaya Denuklirisasi Semenanjung Korea

Presiden China Xi Jinping mengatakan ingin ambil bagian dalam upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea yang buntu pasca KTT Hanoi.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Jun 2019, 06:29 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2019, 06:29 WIB
Kim Jong Un dan Presiden China Xi Jinping Bertemu di Beijing
Warga menonton berita yang menyiarkan kunjungan kejutan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke China di Seoul Railway Station, Korea Selatan, Rabu (28/3). Ini merupakan lawatan pertama Kim Jong-un sejak menjabat pada 2011. (AP Photo/Lee Jin-man)

Liputan6.com, Pyongyang - Presiden China Xi Jinping menyatakan dukungnya dalam upaya meredakan ketegangan di semenanjung Korea, tetapi juga mengatakan bahwa masalah keamanan Korea Utara harus ditangani.

Dalam pertemuan langsungnya dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-undi Pyongyang, Xi juga menjelaskan bahwa China bermaksud ambil bagian dalam penyelesaian masalah di semenanjung Korea.

Dikutip dari The Straits Times pada Jumat (21/6/2019), kedua negara telah berselisih dengan Amerika Serikat (AS) tahun ini, yakni China atas perdagangan dan Korea Utara atas pembicaraan denuklirisasi yang macet.

Kunjungan Xi ke Pyongyang --sebelum dia bertemu Presiden AS Donald Trump pada KTT G-20 di Jepang pekan depan-- bertugas untuk menggarisbawahi hubungan dekat China dengan Korea Utara, kata pengamat.

Xi mengatakan kepada Kim bahwa dia berharap masalah denuklirisasi semenanjung itu diselesaikan melalui dialog, dan bahwa Beijing ingin memainkan peran konstruktif dalam proses tersebut.

Pada saat yang sama, katanya, setiap resolusi harus membantu Korea Utara memenuhi "masalah keamanan dan pembangunan yang wajar", yang mengindikasikan bahwa Beijing ingin AS menerima tuntutan Korea Utara atas jaminan keamanan, seryaa mengurangi sanksi ekonomi.

 

 

Korea Utara Klaim Telah Mengambil Banyak Langkah Positif

Kim Jong-un Periksa Pabrik Kentang di Samjiyon
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un melihat sebuah kentang saat mengunjungi pabrik produksi Samjiyon Potato Farina di Samjiyon County (30/10). (Photo by KCNA VIA KNS / KCNA VIA KNS / AFP)

Sementara itu, Kim Jong-un mengatakan Korea Utara telah "mengambil banyak langkah positif" selama setahun terakhir, untuk mengurangi ketegangan di semenanjung Korea, tetapi hal tersebut "belum menimbulkan respons positif dari pihak-pihak terkait".

Pembicaraan antara Donald Trump dan Kim Jong-un mulai menjanjikan di Singapura tahun lalu, tetapi berakhir dengan saling tuduh ketika keduanya kembali bertemu di Hanoi, Vietnam, untuk membahas mekanisme Korea Utara menyerahkan persenjataan nuklirnya, yang ditukar dengan jaminan keamanan dan penghentian sanksi ekonomi.

Ketika Xi tiba di Pyongyang, dia disambut oleh 21 tembakan kehormatan, dan sorak sorai sekitar 250 ribu warga Korea Utara yang berkumpul di tepian jalan dari bandara menuju pusat kota.

Para pengamat mengatakan akan ada diskusi yang intens untuk memecah kebuntuan pembahasan isu nuklir di balik pertemuan bersejarah itu, yang merupakan kunjungan pertama presiden China dalam 14 tahun terakhir.

Pakar Korea Utara dari Universitas Renmin, Cheng Xiaohe mengatakan, Xi dan Kim kemungkinan akan bekerja untuk mencapai posisi bersama berdasarkan kesepakatan sementara, yang kemudian dapat disampaikan kepada Trump di Jepang.

"Apa pun yang dibawa Xi ke Trump di G-20, itu tidak hanya akan menjadi posisi Korea Utara, tetapi juga akan mencakup masukan China," ujarnya menjelaskan.

Pandangan Skeptis

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP
Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP

Sebaliknya, pandangan skeptis diutarakan oleh pakar Korea Selatan, yang menyebut agak mustahil kemungkinan tercapainya terobosan dalam pertemuan terkait.

Dr Lee Seong-hyon dari lembaga think-tank Sejong Institute mencatat bahwa kunjungan tersebut dapat dilihat sebagai taktik pengalihan dan pengungkitan menjelang pertemuan antara Xi Jinping dan Donald Trump.

"Dan kunjungan itu diprakarsai oleh Xi, yang telah terpukul akibat perang dagang, demonstrasi Hong Kong dan 'pengakuan' virtual Amerika terhadap Taiwan sebagai negara," katanya.

Di lain pihak, seorang pengamat studi kebijakan Asia, Dr Shim Beom-chul, mengatakan China akan berusaha menjaga keseimbangannya sebagai pemimpin internasional dan sahabat Korea Utara.

"Di satu sisi, Presiden Xi akan fokus pada memulai kembali dialog antara Korea Utara dan AS," kata Dr Shin.

"Di sisi lain, China akan secara luas mendukung posisi politik Korea Utara dan permintaan jaminan keamanan, pengurangan ancaman, dan perlunya pencabutan sanksi," lanjutnya menjelaskan.

Adapun Korea Selatan, yang memainkan peran mediasi dalam perundingan AS-Korea Utara, masih mendorong rencana KTT keempat dalam upaya untuk memecahkan kebuntuan nuklir, karena Trump dijadwalkan mengunjungi Seoul tepat setelah pelaksanaan KTT G-20.

Wakil Menteri Unifikasi Suh Ho mengatakan kepada kantor berita Yonhap pada hari Senin, bahwa Seoul perlu menemukan "solusi bijak" untuk melanjutkan proyek ekonomi antar-Korea, seperti Kompleks Industri Kaesong dan wisata Gunung Kumgang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya