19 Orang Terluka Akibat Gempa Magnitudo 5,4 di Sichuan China

Gempa bumi berkekuatan 5,4 mengguncang Provinsi Sichuan, China. 19 orang luka-luka akibat lindu tersebut.

oleh Siti Khotimah diperbarui 23 Jun 2019, 15:42 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2019, 15:42 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Beijing - Setidaknya 19 orang terluka-luka akibat gempa bermagnitudo 5,4 yang mengguncang daerah Gongxian di Provinsi Sichuan, barat daya China. Lindu dilaporkan terjadi pada Sabtu, 22 Juni 2019 --kata pemerintah setempat pada Minggu 23 Juni.

Saat ini, korban luka telah dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan medis. Tak satu pun dari mereka dalam kondisi kritis, sebagaimana dikutip dari The Straits Times, Minggu (23/6/2019).

Sebelas dari mereka masih dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan dan perawatan, menurut markas bantuan gempa kota Yibin, yang mengelola daerah Gongxian.

Gempa itu melanda pada pukul 22.29 pada hari Sabtu dengan titik pusat lindu berada pada kedalaman 10 kilometer, menurut badan Pusat Gempa Bumi China.

Menurut laporan AFP, badan survei geologi AS menyebutkan besarnya goncangan berada pada magnitudo 5,3.

Gempa itu terjadi kurang dari seminggu setelah getaran besar di wilayah yang sama menewaskan 13 orang dan menyebabkan puluhan lainnya cedera. Pada Senin pekan yang sama, lindu berkekuatan 6,0 mengguncang daerah Changning di kota Yibin yang memaksa evakuasi 80.000 orang. Sejumlah besar bangunan rusak atau runtuh setelah gempa.

Gempa bumi secara teratur menghantam Sichuan, tempat gempa berkekuatan 7,9 yang dahsyat menyebabkan 87.000 orang tewas atau hilang pada 2008 lalu.

Pemerintah China Menyangkal Ada Hubungan dengan Eksplorasi Gas Alam

Presiden China Tiba di Hong Kong
Presiden Cina Xi Jinping setibanya di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selain untuk memperingati 20 tahun penyerahan, Xi Jinping juga akan melantik Pemimpin Eksekutif terpilih Hong Kong, Carrie Lam. (AP Photo/Kin Cheung)

Sementara itu, otoritas China menolak keras bahwa gempa mematikan di Provinsi Sichuan pada Senin awal pekan ini disebabkan oleh proses fracking dari pencarian gas serpih yang berlebihan di wilayah tersebut, tulis media pemerintah.

Fracking adalah teknik yang notabene baru di industri pertambangan, yakni dengan membuka celah tambahan di lokasi tambang yang telah eksis, guna mencari sumber daya gas.

Dikutip dari Channel News Asia, teknik fracking dilakukan dengan cara mengekstraksi gas dari batuan, lalu memecahnya dengan air dan bahan kimia pada tekanan tinggi. 

Tudingan terkait muncul di tengah spekulasi online, bahwa fracking telah berkontribusi pada gempa bermagnitudo 6,0 yang menewaskan 13 orang dan melukai hampir 200 orang pada Senin 17 Juni.

Meski berada di area rawan gempa, namun kini Sichuan tengah menjadi lokasi operasi fracking yang luas, di mana menyumbang sekitar sepertiga dari total produksi serpih gas nasional China.

Sebelumnya, sebanyak 1.000 orang berkumpul di luar gedung pemerintah di Kota Rongxian, provinsi Sichuan, awal tahun ini. Mereka menyalahkan dua gempa terakhir dipicu oleh eksplorasi gas serpih di daerah tersebut.

Besarnya tekanan massa membuat otoritas setempat menunda sementara operasi fracking.

Tak Ada Bukti yang Cukup?

Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Bantahan tegas disampaikan oleh Wang Haitao, direktur Pusat Jaringan Gempa Bumi China, mengatakan pada konferensi pers hari Selasa bahwa "tidak ada bukti yang cukup" untuk menyatakan bahwa gempa itu disebabkan oleh eksplorasi serpih gas, lapor tabloid The Global Times yang dikendalikan pemerintah Beijing.

Laporan tersebut mengutip seorang ahli geologi dari otoritas gempa China, yang mengatakan bahwa sementara para ilmuwan AS telah menemukan peningkatan kegempaan di dekat daerah-daerah di mana telah ada eksplorasi minyak dan gas serpih, tidak ada bukti ilmiah konkret untuk membuktikan hubungannya.

Survei Geologi AS telah mengatakan bahwa fracking adalah hanya penyebab sejumlah kecil gempa di Negeri Paman Sam, dengan sebagian besar datang akibat dari pembuangan cairan limbah selama produksi minyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya