Liputan6.com, Pyongyang - Presiden China Xi Jinping dijadwalkan tiba di Korea Utara pada hari ini, Kamis 20 Juni 2019 untuk bertemu Pemimpin Kim Jong-un.
Lawatan itu menandai kunjungan kenegaraan pertama yang dilakukan oleh seorang kepala negara China ke Korea Utara sejak 2005.
Advertisement
Baca Juga
Keduanya, yang telah bertemu di China empat kali, diperkirakan akan membahas masa depan perundingan program nuklir Korut yang mandek serta isu ekonomi, BBC melaporkan, dillansir Kamis (20/6/2019).
China sangat penting bagi Korea Utara, sebagai mitra dagang utamanya.
Kunjungan Xi datang seminggu sebelum KTT G20 di Jepang, di mana ia akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
Ini juga akan menjadi pertemuan pertama Xi Jinping dengan Kim Jong-un sejak KTT AS-Korut di Hanoi pada Februari 2019 yang berakhir tanpa kesepakatan mengenai denuklirisasi Korea Utara.
70 Tahun Hubungan Diplomatik China - Korut
Kantor Berita Resmi Korea Utara juga mengumumkan kunjungan Presiden Xi Jinping ke Korut, tetapi tidak memberi rincian lebih lanjut mengenai agenda dan isu yang dibicarakan.
Kunjungan itu turut bertepatan dengan peringatan ke-70 hubungan diplomatik antara China dan Korea Utara, kata televisi pemerintah Tiongkok CCTV.
Media itu menambahkan bahwa para pemimpin akan bertukar pandangan tentang situasi di Semenanjung Korea.
Jenny Town, redaktur pelaksana situs analisis yang berbasis di AS North38, mengatakan bahwa kunjungan sekarang bukan kejutan besar, mengingat bertepatan pada peringatan ke-70 tahun hubungan diplomatik dengan kedua negara yang ingini membangun relasi yang semakin dekat.
Dia mengatakan mungkin ada beberapa "nilai simbolik" dalam kunjungan yang terjadi tepat sebelum KTT G20 di Jepang.
Kunjungan itu juga dilakukan ketika kesepakatan antara AS dan Korea Utara tampaknya menemui jalan buntu.
Analis mengatakan Xi akan ingin tahu apa yang terjadi dan apakah ada cara untuk memajukannya, informasi yang kemudian dapat dia bagikan jika bertemu dengan Trump di Jepang.
Advertisement
Keinginan Korut dari China
Korea Utara mungkin ingin menjaga teman-teman mereka tetap dekat meskipun tidak ada banyak kepercayaan dan niat baik di antara mereka, kata Jenny Town, redaktur pelaksana situs analisis yang berbasis di AS North38.
Ekonomi Korea Utara sedang berjuang di bawah rezim sanksi internasional. China adalah mitra dagang terbesarnya sehingga sangat tergantung pada hubungan itu. Namun ini bukan kemitraan yang setara - Korea Utara membutuhkan China lebih dari China membutuhkan Korea Utara.
"China terbukti menjadi tujuan utama sebagian besar ekspor Korea Utara, termasuk mineral, ikan, tekstil, dan juga pekerja," kata analis Korea Utara Peter Ward kepada BBC.
Beijing secara tradisional juga merupakan importir utama barang-barang untuk industri dan rumah tangga Korea Utara. Di bawah sanksi saat ini, banyak perdagangan ini terhenti.
"China akan lebih memilih untuk melonggarkan sanksi PBB di bidang-bidang ini," kata Ward.
"Ia ingin memastikan bahwa ekonomi Korea Utara tumbuh dengan kecepatan yang adil dan bahwa Korea Utara tidak merasa perlu untuk menguji rudal balistik dan / atau senjata nuklir lagi."
Mengingat bahwa sanksi tidak mungkin dicabut ada sedikit yang bisa dilakukan Cihna. Namun, kunjungan tersebut memungkinkan Kim untuk menunjukkan kepada AS bahwa ia masih memiliki dukungan dari tetangga terdekatnya.