Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara dilaporkan menembakkan dua rudal jarak pendeknya ke laut. Demikian menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
Menurut laporan BBC, Kamis (25/7/2019), rudal-rudal itu diluncurkan pada Kamis pagi, dari Wonsan di pantai timur Korea Utara.
Baca Juga
Seorang pejabat JCS mengatakan setidaknya satu dari rudal itu menjelajah sekitar 690 km (428 mil) dan sepertinya merupakan desain baru.
Advertisement
Peluncuran rudal-rudal itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan Korea Utara setelah pertemuan Kim Jong-un dengan Donald Trump akhir bulan Juni lalu. Selain itu juga terjadi setelah kemarahan Utara atas latihan militer antara Korea Selatan dan AS yang merupakan kegiatan tahunan.
Korea Utara memperingatkan mereka dapat memengaruhi dimulainya kembali perundingan denuklirisasi.
"Rudal pertama diluncurkan Kamis sekitar pukul 05.34 waktu setempat (20.34 GMT hari Rabu) dan yang kedua pukul 05.57," tutur JCS.
Laporan awal menyebutkan kedua rudal melakukan perjalanan sekitar 430 km, mencapai ketinggian 50 km, sebelum jatuh ke Laut Jepang, juga dikenal sebagai Laut Timur.
Tetapi menurut analisis dari pejabat intelijen AS dan Korea Selatan, JCS mengatakan setidaknya satu kemungkinan merupakan "jenis rudal baru".
Menteri Pertahanan Jepang mengatakan peluncuran itu tidak mencapai perairan Negeri Sakura dan tidak memiliki dampak langsung pada keamanan nasionalnya.
Sejauh ini tak diketahui pasti apakah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengawasi peluncuran hari Kamis.
Kementerian pertahanan Korea Selatan mendesak Pyongyang menghentikan tindakan yang katanya tidak membantu meredakan ketegangan, lapor Reuters.
Korea Utara Kesal
Setelah undangan di Twitter pada bulan Juni, Presiden AS Donald Trump dan rekannya Kim Jong-un mengadakan pertemuan dadakan di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di mana mereka sepakat untuk memulai kembali perundingan denuklirisasi.
Hal itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pembicaraan lanjutan kemungkinan akan dimulai pada Juli, tetapi belum ada pertemuan publik lebih lanjut antara pejabat AS dan Korea Utara.
Tetapi Korea Utara mengutuk rencana latihan militer AS-Korea Selatan bulan depan, menyebutnya sebagai "pelanggaran semangat" dari pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Trump dan Kim pada pertemuan tatap muka pertama mereka di Singapura tahun lalu.
Meskipun AS dan Korea Selatan telah menolak untuk membatalkan latihan militer, mereka telah dikurangi secara signifikan.
"Korea Utara jelas kesal karena AS dan Korea Selatan melakukan latihan militer bersama," kata Harry Kazianis dari Pusat Kepentingan Nasional Washington kepada kantor berita Reuters.
Advertisement
Langgar Janji?
Tahun lalu, Kim Jong-un mengatakan Korea Utara akan menghentikan uji coba nuklir dan tidak akan lagi meluncurkan rudal balistik antarbenua.
Namun, kegiatan nuklir itu sepertinya terus berlanjut. Gambar satelit dari situs nuklir utama Korea Utara bulan lalu menunjukkan ada pergerakan, menunjukkan negara itu dapat memproses ulang bahan radioaktif menjadi bahan bakar bom.
Pyongyang juga terus menunjukkan kemampuannya untuk mengembangkan senjata baru meskipun ada sanksi ekonomi yang ketat. Awal pekan ini, Kim Jong-un juga dilaporkan memeriksa jenis kapal selam baru, lapor media pemerintah, yang dapat dikembangkan untuk membawa rudal balistik, menurut sejumlah analis.
Pyongyang juga melakukan peluncuran rudal jarak pendek serupa di bulan Mei, tes serupa pertama sejak peluncuran rudal balistik antarbenua pada tahun 2017.
Trump kemudian merespons dengan mengatakan dia yakin Kim Jong-un tidak akan melakukan apa pun yang dapat membahayakan jalan negaranya menuju hubungan yang lebih baik. Dia mentwit bahwa Kim Jong-un "tahu bahwa saya bersamanya dan tidak mau mengingkari janjinya kepada saya".