Pesawat NASA Terbang di Atas Sesar San Andreas, Teori Konspirasi Mencuat

Pesawat pemantau milik NASA terbang di atas Sesar San Andreas dan memunculkan teori konspirasi.

oleh Afra Augesti diperbarui 11 Agu 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2019, 20:40 WIB
Patahan San Andreas
Patahan San Andreas atau dikenal sebagai Sesar San Andreas. (Wikimedia/Creative Commons)

Liputan6.com, California - Pada 22 Juli 2019 sore waktu Amerika Serikat, sebuah pesawat jet besar milik NASA dilaporkan oleh penduduk setempat terlihat terbang rendah di atas Lembah San Gabriel di California Selatan.

Seorang juru bicara badan antariksa tersebut, Kate Squires, kemudian mengatakan kepada media lokal, CBS Los Angeles (CBSLA), bahwa pesawat bernama DC-8 itu sedang manjalankan misi untuk mempelajari dampak yang ditimbulkan dari asap kebakaran hutan terhadap kualitas udara di wilayah sekitarnya.

Namun, penampakan pesawat ini tidak menghentikan sejumlah warganet untuk menyebarkan teori konspirasi liar, terkait dengan pergerakan pesawat.

Menurut Departemen Kepolisian Los Angeles, pesawat itu -- yang kemudian disebut NASA817 -- lepas landas dari Bandara Regional Palmdale sebelum melayang di angkasa dengan pola zig-zag, lebih dari 2.000 mil di California Tengah dan Nevada. Kemuadian, pesawat akhirnya mendarat di Bandara Boise, Idaho.

Banyak warga California memperhatikan gerak-gerik pesawat itu. Mereka curiga, sebab pesawat tersebut terbang dengan sangat rendah, di bawah 1.000 kaki.

"Agak sedikit menakutkan. Anda tidak tahu apakah ini (pesawat) akan mendarat atau tidak," kata reporter CBSLA, Jasmine Viel, yang sedang bepergian ketika pesawat NASA berada di atasnya.

"Semua orang langsung menghentikan mobil mereka di jalan raya, mendongak ke atas. Pesawat itu besar dan bunyinya keras," lanjutnya, seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (11/8/2019).

Sementara itu, teori konspirasi yang muncul di tengah masyarakat didasarkan pada fakta bahwa pesawat NASA itu berada tepat di atas Sesar San Andreas -- batas tektonik sepanjang 750 mil yang melintasi California, di mana Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara bertemu.

Sistem patahan tersebut bertanggung jawab atas gempa bumi dahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah negara bagian itu: gempa San Francisco tahun 1906 yang menyebabkan kematian 3.000 orang dan menghancurkan 28.000 bangunan.

Namun, sejak saat itu, Sesar San Andreas dilaporkan relatif tenang, meski kekhawatiran bahwa gempa bumi besar akan muncul di masa mendatang atau biasa disebut "the Big One".

Salah satu ahli teori konspirasi populer, Tyler Glockner, menyebut dalam sebuah unggahan rekaman visual di saluran pengunggah videonya bahwa pesawat itu memantau aktivitas seismik di sana.

"Satu pesawat NASA terlihat melakukan pola terbang zig-zag dan melewati garis Sesar San Andreas dari jarak dekat," katanya dalam klip itu.

"Pesawat itu seolah-olah sedang memindai tanah, seakan mencoba untuk mendapatkan lebih banyak data tentang apa yang terjadi di sana. Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Apa yang mereka tahu, apakah mereka bersiap untuk sesuatu? Apakah mereka tahu waktu 'the Big One' akan datang?," lanjutnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tanggapan NASA

San Andreas Fault (NASA)
San Andreas Fault (NASA)

Sementara itu, situs konspirasi allnewspipeline.com juga membuat pendapat lain, dengan menghubungan pesawat tersebut dan gempa bumi. Menurut mereka, NASA dan pemerintah AS sedang menyembunyikan sesuatu dari publik.

Terlepas dari klaim-klaim ini, juru bicara NASA, Kate Squires, menjelaskan bahwa pesawat itu adalah bagian dari kampanye bersama yang dipimpin oleh NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Proyek ini dikenal sebagai Fire Influence on Regional to Global Environments and Air Quality (FIREX-AQ).

"Saya ingin menjabarkan beberapa konteks tentang mengapa pesawat itu terbang begitu rendah di Pegunungan San Gabriel pada 22 Juli, saat pesawat melakukan transit ke Boise untuk proyek FIREX-AQ," katanya kepada Newsweek.

"Karena pesawat itu sarat dengan seperangkat instrumen sains yang dapat mempelajari berbagai aspek kualitas udara, California Air Resources Board memanfaatkan kesempatan ini untuk membentuk tim peneliti yang ditugaskan untuk mengamati Lembah Los Angeles dan Central Valley, sementara pesawat membuat jalur dari negara bagian tersebut ke Boise."

Menurut NASA, misi FIREX-AQ dimaksudkan untuk menyelidiki beberapa masalah yang berkaitan dengan efek asap kebakaran hutan. Tujuannya adalah agar para ilmuwan dapat lebih memahami bagaimana asap mempengaruhi cuaca, serta dampak potensial terhadap kesehatan masyarakat.

"FIREX-AQ adalah program yang mempelajari siklus hidup asap kebakaran hutan dan dampaknya terhadap kualitas udara," kata Squires.

"Dengan menggunakan berbagai sensor tanah, pesawat terbang, dan pengukuran satelit, tim riset diharapkan mampu menguak sifat kimia dan fisik asap api, bagaimana mengukurnya dan bagaimana ini berubah: dari saat pembakaran, sampai ke tempat mengendapnya di ratusan atau ribuan mil di udara," pungkas Squires.

NASA DC-8 adalah laboratorium terbang yang digunakan oleh NASA untuk berbagai misi penelitian Ilmu Bumi dan Penerbangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya