Liputan6.com, Kulusuk - Hasil investigasi bersama antara NASA dan CNN selama musim panas tahun ini, menunjukkan Greenland kehilangan 12,5 miliar ton lapisan es, yang mencapai puncak cairnya pada 2 Agustus lalu.
Puncak mencairnya lapisan es itu terjadi di Pulau Kulusuk di sisi tenggara Greenland, yang menurut penduduk sekitar, terdengar seperti ledakan.
Dikutip dari CNN pada Selasa (20/8/2019), insiden tersebut tercatat sebagai kerugian satu hari terbesar dalam sejarah, sekaligus menjadi pengingat keras atas bahaya perubahan ikim.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, bukan suatu kebetulan pula, Kulusuk dipilih sebagai base camp penelitian Pencairan Laut Es Greenland (OMG) yang diprakarsasi oleh NASA.
Ilmuwan OMG melakukan perjalanan ke pulau terbesar di dunia itu setelah gelombang panas menghanguskan Amerika Serikat (AS) dan Eropa pada pertengahan tahun ini, memecahkan rekor suhu dan memicu pencairan lapisan es yang lebih luas.
Ahli kelautan NASA Josh Willis dan timnya sedang menyelidiki bagaimana es diserang tidak hanya oleh kenaikan suhu udara, tetapi juga oleh lautan yang menghangat, yang menggerus jauh dari bawahnya.
Pesawat DC-3 Perang Dunia II yang dirancang ulang, sekarang bernama Basler BT-57, membawa sekelompok peneliti OMG di sebagia besar pesisir Greenland.
Dari udara, kru meluncurkan penyelidikan khusus melalui lantai es, dan kemudian mengirimkan data tentang suhu dan salinitas, yang digunakan untuk erencanakan kemungkinan kenaikan permukaan laut dan apa artinya bagi kehidupan manusia di masa depan.
"Ada cukup es di Greenland untuk menaikkan permukaan laut sebesar 7,5 meter, volume es yang sangat besar, dan itu akan menghancurkan garis pantai di seluruh planet ini," kata Willis.
"Kita seharusnya sudah mundur dari garis pantai jika kita melihat banyak lahan pesisir tergerus pada satu atau dua abad mendatang."
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penelitian Lapisan Es di Helheim
Penelitian tersebut melakukan penerbangan dramatis ke Helheim, yang merupakan salah satu gletser terbesar di Greenland dan yang tercepat mengalir di tepi timur pulau itu.
Helheim, dinamai dari dunia selepas kematian dalam mitologi Norse, adalah sebuah gletser yang sanga besarr, berdiri selebar lebih dari empat mil dan tinggi hampir serupa Patung Liberty.
Saat pesawat mendekati Helheim, sebagaimana dilaporkan oleh CNN, para ilmuwan melihat "danau bebas es" di bagian paling depan gletser, sesuatu yang mereka katakan jarang terlihat.
Penyelidikan juga membawa kembali data yang mengganggu, yakni Helheim dikelilingi oleh air hangat di sepanjang kedalamannya, lebih dari 2.000 kaki di bawah permukaan.
"Sangat jarang di mana pun di planet ini untuk melihat 700 meter tanpa variasi suhu, biasanya kita menemukan air yang lebih dingin di kedalaman sekitar seratus meter, tetapi tepat di depan gletser, hangat sepanjang jalan," kata Ian Fenty, iklim ilmuwan di NASA.
"Air hangat ini sekarang bisa bersentuhan langsung dengan es di seluruh permukaannya, membuatnya mencair sangat cepat," lanjutnya.
Â
Advertisement
Mencair pada Tingkat yang Mengkhawatirkan
Helheim menjadi terkenal dalam beberapa tahun terakhir karena telah mencair pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Pada 2017, gletser itu kehilangan permukaan es sejauh dua mil (sekitar 3,21 kilometer), dan setahun kemudian para ilmuwan dari New York University menemukan kolom es sepanjang satu mil (sekitar 1,6 kilometer) telah memisahkan diri.
Pencairan tampaknya tidak melambat tahun ini juga, kata tim ilmuwan terkait.
"Ini mundur beberapa meter per hari, puluhan meter per hari. Anda mungkin dapat mengatur ponsel Anda pada mode timelapse, dan Anda benar-benar melihat lapisan es berlalu," jelas Willis.
Gletser seperti Helheim, dan bahkan yang lebih kecil di sekitar desa seperti Kulusuk, cukup kuat untuk membuat permukaan laut global naik setengah milimeter hanya dalam sebulan, sesuatu yang menurut peneliti NASA tidak bisa diabaikan.
"Greenland memiliki dampak di seluruh planet ini. Satu miliar ton es yang hilang di sini meningkatkan permukaan laut di Australia, di Asia Tenggara, di Amerika Serikat, di Eropa," kata Willis. "Kita semua terhubung oleh lautan yang sama."