Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada Kamis (10/4/2025), mereka mencopot komandan Pangkalan Antariksa Pituffik di Greenland karena kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya dalam memimpin. Keputusan ini diambil menyusul kunjungan kontroversial Wakil Presiden JD Vance ke pulau tersebut bulan lalu.
"Setiap tindakan yang merusak rantai komando atau berusaha menggagalkan agenda Presiden Trump tidak akan ditoleransi di Kementerian Pertahanan (AS)," tulis juru bicara utama Pentagon Sean Parnell dalam pernyataan yang diunggah ke platform X pada Kamis, saat mengumumkan pencopotan Kolonel Susannah Meyers.
Baca Juga
Setelah kunjungan Vance ke Greenland akhir Maret lalu, situs berita military.com melaporkan bahwa Meyers mengirim email internal ke personel pangkalan yang isinya mengkritik tindakan dan pernyataan sang wakil presiden selama kunjungan tersebut.
Advertisement
Dalam unggahannya di X, Parnell juga menyertakan tautan ke artikel military.com itu.
Menurut laporan situs yang sama, dalam emailnya Meyers menulis, "Saya tidak mengklaim memahami politik saat ini, tetapi yang saya tahu adalah bahwa kekhawatiran yang disampaikan oleh pemerintahan AS yang diwakili oleh Wakil Presiden Vance pada Jumat tidak mencerminkan situasi di Pangkalan Antariksa Pituffik."
Sebagai pengganti Meyers, Kolonel Shawn Lee ditunjuk untuk mengambil alih jabatan tersebut.
Nafsu Menguasai Greenland
Pencopotan ini menyoroti langkah berkelanjutan dari pemerintah Donald Trump untuk memperkuat kontrol atas Greenland, seiring dengan pernyataan sang presiden yang berulang kali menyatakan niatnya untuk "mendapatkan" wilayah itu "dengan cara apa pun".
Vance juga telah berkali-kali menyatakan bahwa Greenland dalam posisi rentan dan bahwa AS "tidak punya pilihan lain" selain meningkatkan kehadiran militernya di sana.
Dalam kunjungannya ke Greenland, Vance bersama istrinya, Usha Vance, mengunjungi pangkalan militer AS di Pituffik, sekitar 1.600 kilometer dari ibu kota Nuuk. Awalnya, Usha dijadwalkan menghadiri perlombaan anjing luncur di pulau itu, namun rencana tersebut berubah karena adanya potensi aksi protes.
Selama kunjungannya, Vance secara terbuka menyuarakan bahwa Greenland seharusnya berada "di bawah payung keamanan AS, bukan di bawah payung keamanan Denmark", menyiratkan bahwa kepemimpinan AS akan lebih menguntungkan Greenland dibandingkan statusnya saat ini sebagai wilayah semi-otonom Denmark.
Trump sendiri sebelumnya pernah menyatakan keinginannya untuk membeli Greenland dan menegaskan bahwa dirinya "tidak akan mengesampingkan cara apa pun" untuk mendapatkan pulau itu—termasuk kemungkinan menggunakan kekuatan militer—meskipun dia juga mengatakan bahwa ada "peluang besar" hal tersebut tidak diperlukan.
Advertisement
