Liputan6.com, Hong Kong - Setelah terlibat dalam aksi berujung bentrok dengan polisi pada Sabtu, 31 Agustus 2019 malam, para pengunjuk rasa di Hong Kong hari ini berencana memblokir akses menuju Bandara International Hong Kong.
Para demonstran mengajak seluruh masyarakat untuk menbanjiri sejumlah titik lokasi penting, salah satunya akses menuju bandara tersibuk dunia tersebut.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (1/9/2019) jika hal ini benar-benar terjadi, maka aksi massa tersebut berpotensi untuk mengganggu aktivitas penerbangan dari dan menuju Hong Kong.
Advertisement
Baca Juga
Sabtu malam dan menjelang dini hari, polisi menembakkan gas air mata, meriam air, dan peluru karet kepada para pengunjuk rasa yang memancing keributan.
Sebelum melakukan perlawanan, para petugas kepolisian telah menembakkan dua tembakan peringatan ke udara untuk menakuti sekelompok pengunjuk rasa yang telah mengepung mereka.
Akibat bentrokan yang terjadi semalam, beberapa bagian dari sistem metro terhenti.
Stasiun televisi lokal juga memperlihatkan gambar para pengunjuk rasa yang diamankan ketika aksi bentrokan terjadi.
Sejumlah Aktivis Pro-Demokrasi Ditahan Aparat Hong Kong
Sebelumnya, dua aktivis pro-demokrasi Hong Kong telah ditangkap aparat pada Jumat, 30 Agustus 2019. Mereka adalah Joshua Wong dan Agnes Chow.
Penangkapan itu terjadi beberapa jam setelah aktivis kemerdekaan Andy Chan ditahan di bandara Hong Kong.
Penangkapan para aktivis ini terjadi menjelang demonstrasi besar yang dijadwalkan akan digelar pada Sabtu, 31 Agustus 2019 seperti dilansir dari Al Jazeera.
Partai Demosisto di Hong Kong melaporkan, Joshua Wong yang merupakan sekretaris jenderal parpol, serta seorang anggota senior yakni Agnes Chow telah ditahan dalam kesempatan yang terpisah. Mereka dibawa ke markas polisi Wan Chai.
Saat ditangkap, Wong tengah berjalan menuju stasiun kereta pada Jumat pagi. Ia lalu dipaksa masuk ke sebuah mobil pribadi, menurut pernyataan dari Partai Demosisto. Dua jam berselang, Chow juga ditangkap.
Sementara itu, Chan dilaporkan ditahan saat hendak naik pesawat ke Jepang pada Kamis malam. Ia "dicurigai melakukan kerusuhan dan menyerang seorang polisi", menurut Hong Kong Free Press.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Joshua Wong Pernah Terlibat Umbrella Movement 2014
Joshua Wong (24) pernah terlibat dalam gerakan massa pada 2014 lalu, bernama Umbrella Movement. Kala itu ia adalah pimpinannya, yang menyebabkan kemacetan lebih dari dua bulan pada akhir 2014.
Wong telah meminta pemerintah Hong Kong untuk membatalkan undang-undang RUU ekstradisi, yang memicu protes yang sedang berlangsung di wilayah Cina semi-otonom.
Sementara Chow yang juga ditangkap adalah seorang aktivis terkemuka yang berusaha menjadi anggota dewan termuda di Hong Kong.
Chow didiskualifikasi setelah pemerintah mengatakan platform politik partainya melanggar undang-undang pemilihan kota.
Â
Advertisement
Sering Terjadi Penangkapan
Penangkapan dan penahanan terjadi ketika krisis politik di kota terus berlanjut, dengan demonstrasi besar lainnya diperkirakan terjadi pada hari Sabtu.
Sabtu menandai ulang tahun kelima penolakan Beijing atas seruan pemilihan umum di kota itu, sebuah keputusan yang memicu Gerakan Payung 79 hari yang dipimpin oleh sebagian besar demonstran muda termasuk Wong.
Izin unjuk rasa massal akhir pekan ini ditolak karena alasan keamanan, sehingga meningkatkan kemungkinan adanya bentrokan pada akhir pekan, antara polisi dan pengunjuk rasa.
Dalam sepucuk surat kepada penyelenggara reli Front Hak Asasi Manusia Sipil (CHRF), polisi mengatakan mereka khawatir beberapa peserta akan melakukan "tindakan kekerasan dan destruktif".
Protes yang sedang berlangsung terhadap pemerintah kota Beijing yang didukung sejak itu telah berkembang menjadi seruan yang lebih luas untuk demokrasi yang lebih besar dan penyelidikan terhadap tuduhan kebrutalan polisi.
Para pengunjuk rasa mengatakan kebebasan di kota semi-otonom, yang unik di China, sedang terkikis oleh Beijing.
Lebih dari 850 orang telah ditangkap sehubungan dengan protes baru-baru ini sejak Juni.