Liputan6.com, Tokyo - Topan Hagibis menghantam daratan Jepang pada Sabtu, 12 Oktober 2019, menyebabkan banjir, gelombang laut tinggi, hujan lebat dan angin ribut.
Tak hanya itu, banjir juga membuat ribuan kantong berisi sampah radiokatif tersapu ke dalam aliran pembuangan Fukushima, berpotensi mencemari lingkungan.
Baca Juga
Menurut media Jepang, Asahi Shimbun, fasilitas penyimpanan sementara yang terdapat 2.667 kantong berisi kontaminan radioaktif dari bencana nuklir Fukushima Daiichi 2011, tiba-tiba hanyut oleh banjir yang dibawa oleh Topan Hagibis.
Advertisement
Hal tersebut dikarenakan hujan deras yang membanjiri fasilitas penyimpanan, sehingga melepaskan kantong-kantong itu ke aliran pembuangan sejauh 100 meter.
Pejabat dari Kota Tamara di Prefektur Fukushima mengatakan masing-masing kantong kurang lebih berukuran satu meter kubik. Otoritas hanya baru bisa menyelamatkan enam kantong pada Sabtu, 12 Oktober 2019, jam 21.00 waktu Jepang.
"Belum dipastikan berapa banyak kantong yang masih berkeliaran, sementara efeknya terhadap lingkungan sedang dipantau," tulis Asahi Shimbun melalui Twitter, dikutip dari Taiwan News, Kamis (17/10/2019).
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Korban Tewas Bertambah, Jepang Gencarkan Upaya Penyelamatan
Korban tewas akibat Topan Hagibis mencapai lebih dari 70 orang pada Selasa 15 Oktober 2019. Tim penyelamat terus bekerja sepanjang waktu mencari korban selamat.
Topan Hagibis yang kuat melanda Jepang pada Sabtu 12 Oktober 2019 malam. Topan tersebut mengembuskan angin kencang serta hujan lebat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Negeri Sakura.
Alhasil, puluhan sungai meluap, dan memicu terjadinya tanah longsor, seperti dilansir channelnewsasia.com, Rabu, 16 September 2019.
Diperkirakan 72 orang meninggal dunia akibat hantaman topan. Serta, puluhan orang lainnya hilang, seperti laporan kantor berita Jepang, NHK.
Sementara itu, penghitungan jumlah korban tewas dari pemerintah lebih rendah, dan informasi akan terus diperbarui.
Advertisement
Upaya Penyelamatan
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan tidak ada rencana untuk memperlambat operasi penyelamatan.
Dikutip dari channelnewsasia.com, pemerintah menyiapkan sekitar 110.000 polisi, penjaga pantai, petugas pemadam kebakaran, hingga melibatkan pasukan militer.
Abe memberi keterangan perihal upaya penyelamatan administrasinya terhadap korban Topan Hagibis.
"Saat ini di daerah yang rusak pekerjaan penyelamatan dan pencarian yang hilang terus dilakukan sepanjang waktu," kata Abe kepada parlemen.
"Di mana sungai-sungai banjir, pekerjaan sedang dilakukan untuk memperbaiki titik-titik di mana tepian pecah, dan air dipompa keluar di mana banjir terjadi," tambahnya.
Sebelumnya, kantor perdana menteri menyebut lebih dari 3.000 orang sudah diselamatkan. Bencana topan memengaruhi 36 dari 47 prefektur yang ada di Negeri Matahari Terbit.
Sementara itu, PM Jepang tersebut juga berjanji untuk melakukan yang terbaik bagi keselamatan dan penyelamatan korban bencana topan, seperti dilansir dari time.com.
"Kami mengutamakan kehidupan masyarakat," kata Abe.