Tunawisma Korban Topan Hagibis Diusir, PM Jepang Berang

PM Jepang, Shinzo Abe mengecam tindakan pusat evakuasi yang menolak tunawisma berlindung dari Topan Hagibis pada Selasa (15/10/2019).

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Okt 2019, 16:19 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2019, 16:19 WIB
Bom Atom Hiroshima
PM Jepang Shinzo Abe usai memimpin peringatan serangan bom atom di Hiroshima Peace Memorial Park, pusat kota Hiroshima, Selasa (5/8/2019). Pemerintah Jepang menggelar peringatan jatuhnya bom atom di Kota Hiroshoma 74 tahun lalu yang menandai berakhirnya Perang Dunia (PD) II. (Kyodo News via AP)

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengecam tindakan pusat evakuasi yang menolak tunawisma berlindung dari Topan Hagibis pada Selasa 15 Oktober 2019. 

Kedua tunawisma tersebut mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pusat evakuasi saat mencari perlindungan dari Topan Hagibis. Mereka ditolak masuk ke dalam untuk berlindung.

Hal tersebut berimbas pada kecaman keras, bahkan dari PM Jepang, Shinzo Abe, seperti dilansir aljazeera.com.

PM Jepang berjanji untuk mengambil tindakan usai muncul laporan mengenai dua pria yang ditolak masuk ke sebuah penampungan. Kejadian tersebut terjadi di tempat penampungan bangsal Taito, Tokyo. 

Seorang pria tunawisma berusia 64 tahun mengatakan kepada surat kabar Jepang, Asahi Shimbun bahwa ia tiba di pusat evakuasi Taito pada Sabtu 12 Oktober 2019 pagi.

"Angin kuat dan hujan, dan saya ingin mereka membiarkan saya masuk," katanya. Pejabat memintanya untuk menuliskan nama serta alamat tinggalnya.

Saat ia mengatakan dia memiliki alamat di Hokkaido, dia ditolak masuk. Hal tersebut karena dia bukan penduduk bangsal.

Kemudian ia menghabiskan malam tersebut di bawah payung plastik, dengan sebagian tubuhnya terlindung di bawah atap bangunan.  

Kemudian surat kabar tersebut menambahkan seorang pria tunawisma juga ditolak saat ia mengunjungi pusat evakuasi itu pada sore hari.

Sementara itu, seorang pejabat dari bangsal Taito mengatakan staf di sekolah (pusat evakuasi) menolak untuk membiarkan kedua orang itu masuk. Hal itu karena mereka tidak memiliki alamat di daerah Taito. 

Pejabat juga mengatakan kepada kedua orang yang ditolak bahwa tempat penampungan itu hanya untuk penduduk (alamat) lingkungan sekitar. 

Kemudian, bangsawan Taito meminta maaf atas kejadian itu. Mereka mengatakan akan meninjau prosedurnya untuk membantu orang (siapa saja) tanpa memandang alamat.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Kecaman Khalayak

sosial media
ilustrasi media sosial facebook/Photo by Kaboompics .com from Pexels

Media sosial mengkritik insiden penolakan tersebut. Banyak orang mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

"Apakah ini negara yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade di Tokyo?" kata seorang pria dengan akun @G_takatoshi bertanya di Twitter.  

"Orang-orang dari luar negeri akan melihat ini dan berpikir ini adalah negara yang mengerikan,” tambahnya dalam sebuah cuitan.

Saat ditanya tentang insiden itu oleh anggota legislatif oposisi, PM Jepang mengatakan kepada parlemen bahwa para pria tunawisma seharusnya diberi perlindungan. 

"Tempat perlindungan seharusnya didirikan untuk tujuan melindungi kehidupan orang-orang yang terkena dampak. Sangat diinginkan untuk menerima semua orang yang terkena dampak di tempat penampungan," katanya PM Shinzo Abe.

Sementara itu, seorang pria tunawisma ditemukan tewas pada hari Selasa di dekat sungai yang banjir di daerah lain ibu kota. Polisi menduga ia tinggal di dekat sungai dan tenggelam dalam banjir.

Sekitar 1.100 orang tidur terlantar di Tokyo, yang merupakan seperempat dari tunawisma Jepang, menurut pemerintah Jepang. Pemerintah turut berkomentar perihal jumlah tunawisma di Jepang.

"Tetapi jumlah sebenarnya mungkin lebih besar ketika jenis baru tunawisma, yang tinggal di kafe internet atau fasilitas lainnya muncul," kata seorang pejabat pemerintah. 

Upaya Pencarian dan Penyelamatan Korban

5 Potret Banjir di Jepang Akibat Topan Hagibis, Bersih dan Bebas Sampah
Potret Banjir di Jepang Akibat Topan Hagibis, Bersih dan Bebas Sampah. (Sumber: Merdeka)

Petugas penyelamat Jepang terus mencari korban hilang pada Rabu 16 Oktober 2019. Jumlah korban terus bertambah imbas dari salah satu topan terburuk yang melanda Negeri Sakura tersebut dalam beberapa dasawarsa. 

Banyak orang tenggelam dalam banjir setelah sunga-sungai meluap.

Kantor berita Jepang, NHK mengatakan 12 orang masih hilang. Sementara, 220 lainnya cedera selepas Topan Hagibis melanda Jepang akhir pekan lalu.

Hingga Rabu pagi, lebih dari 5.000 orang masih berada di pusat-pusat evakuasi di 13 prefektur. Hampir sepertiga dari mereka berada di Prefektur Fukushima, 269 kilometer (167 mil), di utara ibukota Tokyo.

Sementara itu, di seluruh negeri, 13.000 rumah terendam banjir selama puncaknya, sedangkan 1.100 lainnya sebagian hancur.

 

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya