Liputan6.com, Hong Kong - Ratusan ribu pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong kembali melakukan demonstrasi pada Minggu 20 Oktober. Mereka menentang larangan berkumpul walaupun sebelumnya telah dibubarkan dengan gas air mata dari polisi dan meriam air.
Dilansir dari Washington Post, Senin (21/10/2019), sebuah meriam air dari polisi yang diisi dengan pewarna biru mengecam pengunjuk rasa di sepanjang jalan utama di Kowloon. Akibatnya, hal ini juga menimpa sekelompok demonstran dan penjaga di luar masjid Kowloon yang kemudian membuat mereka sesak nafas dan muntah.Â
Para pengunjuk rasa merusak tempat usaha yang dianggap mendukung Beijing. Mereka melemparkan bom molotov ke kantor polisi, membakar barikade dan menghancurkan stasiun kereta bawah tanah secara anarkis seperti yang telah terjadi beberapa bulan terakhir.
Advertisement
Jumlah peserta unjuk rasa yang membludak, diperkirakan mencapai 350.000 orang termasuk keluarga, anak-anak dan orang tua, semakin menunjukkan gerakan pertahanan yang kuat dalam menghadapi pemerintah dan kepolisian.
Demonstran telah memenuhi jalan di daerah Kowloon, yang menjadi pusat perbelanjaan dan hotel-hotel internasional. Beberapa dari mereka juga turut mengibarkan bendera Catalonia sebagai bentuk solidaritas atas protes kemerdekaan di wilayah Spanyol itu.
Berbeda dengan demonstrasi sebelumnya, ketegangan lebih terasa pada demo kali ini lantaran bentrokan terjadi di siang hari. Bahkan saat menjelang sore, aksi saling serang terjadi dari kedua pihak.Â
Kali ini, para demonstran juga menunjukkan peningkatan karena mereka berhasil menggunakan alat-alat listrik untuk mengebor pagar ke permukaan jalan, sebagai barikade kuat untuk menahan polisi.
Â
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Demonstrasi Meningkat
Pihak berwenang Hong Kong mengatakan kekerasan demonstran telah meningkat. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis tepat setelah tengah malam, pemerintah mengatakan polisi telah mencegat sebuah kendaraan "dengan muatan besar bom molotov," dan "barang-barang yang diduga bahan peledak" ditemukan di sekitar kota. Tidak ada laporan bahwa bahan peledak meledak.
"Masyarakat tidak boleh melanggar hukum dengan berpartisipasi dalam prosesi dan majelis yang tidak sah agar tidak memberi kesempatan pada perusuh untuk melakukan kejahatan," kata pemerintah.
Protes kian memanas dan berubah menjadi penolakan komprehensif terhadap para pemimpin Hong Kong. Banyak orang mengatakan bahwa mereka hanya bertindak demi kepentingan Beijing, dan membangkitkan kembali permintaan untuk pemilihan langsung di wilayah semiotonom.
"Kami tidak peduli apakah mereka akan menyetujui demo atau tidak. Perjuangan kami untuk keadilan dalam menghadapi tirani terus berlanjut," kata Victor, 24, yang kembali ke kota asalnya dari Selandia Baru untuk berpartisipasi dalam protes. "Gerakan ini menyebar ke mana-mana, di seluruh dunia."
Protes hari Minggu terjadi beberapa hari setelah pemimpin Front Hak Asasi Manusia Sipil, Jimmy Sham, diserang oleh sekelompok pria yang memegang palu di lingkungan Mong Kok.
Advertisement
Semprotan ke Arah Masjid
Dewan Muslim Hong Kong meminta masyarakat agar tenang, dengan mengatakan masjid terbesar di kota itu bukanlah target yang dimaksudkan polisi ketika meriam air dengan pewarna biru disemprotkan pada demonstrasi tersebut.Â
Dilansir dari South China Morning Post, kelompok agama itu mendesak warga Hongkong untuk tidak membalas dendam atas "insiden sensitif" di luar Masjid Kowloon di Nathan Road, jalan raya utama yang melewati Tsim Sha Tsui dan Mong Kok, dan pusat kerusuhan kekerasan Minggu malam. Pihaknya juga memuji baik perwira dan penduduk telah membantu membersihkan situs keagamaan sesudahnya.
Sebuah pernyataan, yang diposting di halaman Facebook dewan pada hari Minggu malam, mengatakan bahwa pihaknya merasa puas bahwa masjid itu bukanlah target polisi selama operasi pembubaran massa.
Ia juga menambahkan: “[Kejadian itu] telah membangkitkan perasaan toleransi di antara komunitas Muslim dan non-Muslim di Hong Kong tapi jangan sampai situasinya menjadi semakin buruk.
"Mari kita mencari ketenangan daripada balas dendam, kebijaksanaan atas emosi dan persatuan atas perpecahan," tutupnya.Â
Pesan itu kemudian diganti dengan posting yang lebih pendek, yang berbunyi: "Jujur, kami komunitas Muslim benar-benar berterima kasih kepada semua orang Hong Kong yang datang untuk membersihkan gerbang Masjid Kowloon hari ini setelah insiden semprotan meriam air biru."
Selama beberapa hari menjelang akhir pekan, kelompok-kelompok etnis minoritas di Hong Kong seperti berada di ujung tanduk, karena kekhawatiran akan adanya kemungkinan pembalasan setelah seorang pemimpin protes diserang untuk kedua kalinya oleh orang-orang yang dikatakan keturunan Asia Selatan.