Usai Teror London Bridge, Inggris Tinjau Syarat Bebas Napi Terorisme

Dua orang tewas dalam serangan teroris di London Bridge, Inggris

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 01 Des 2019, 13:03 WIB
Diterbitkan 01 Des 2019, 13:03 WIB
Aksi teror yang terjadi di Jembatan London.
Aksi teror yang terjadi di Jembatan London. (Source: @HLOBlog via AP)

Liputan6.com, London - Dua orang tewas dalam serangan teroris di London Bridge, Inggris pada Kamis 29 November malam atau Jumat dini hari WIB. Pada Sabtu, 30 November, polisi telah mengidentifikasi pelaku penyerangan di Jembatan London sebagai warga negara Inggris bernama Usman Khan (28) dari Staffordshire.

Khan diketahui lahir di London dan berasal dari etnis Pakistan. Ia merupakan residivis kasus terorisme yang telah dihukum pada 2012 dan dibebaskan dari penjara pada Desember 2018.

Tinjauan mendesak terhadap persyaratan lisensi teroris yang dibebaskan dari penjara pun langsung diluncurkan Kementerian Kehakiman setelah serangan London Bridge. Sebanyak 70 terpidana teroris yang dibebaskan dari penjara akan menjadi fokus tinjauan pemerintah.

Pada kunjungan ke lokasi serangan, seperti dilansir BBC, Minggu (1/12/2019), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, praktik memotong hukuman penjara menjadi setengah dan membiarkan pelaku kekerasan keluar lebih awal "sama sekali tidak berhasil".

Johnson bersumpah untuk "menguatkan hukuman" jika Konservatif memenangkan pemilihan umum pada 12 Desember.

"Jika Anda didakwa melakukan pelanggaran teroris serius, harus ada hukuman minimum 14 tahun - dan beberapa tidak boleh dilepaskan," kata Boris.

"Lebih jauh, untuk semua terorisme dan pelanggaran ekstrimis, hukuman yang diumumkan oleh hakim harus tepat waktu - para penjahat ini harus menjalani hukuman setiap hari, tanpa pengecualian."

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Meninggalkan Celah

Pihak kepolisian London bertugas di TKP usai terjadi aksi teror penusukan.
Pihak kepolisian London bertugas di TKP usai terjadi aksi teror penusukan. (Source: AP/ Dominic Lipinski)

Dalam pidatonya di York pada Minggu (1/12/2019), pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan, pemotongan anggaran selama 10 tahun terakhir telah meninggalkan "celah" yang dapat mengakibatkan "peluang yang terlewatkan untuk campur tangan dalam kehidupan orang-orang yang terus melakukan tindakan yang tidak dapat dimaafkan."

Dia juga mengatakan, di bawah pemerintahan Partai Buruh, polisi akan dapat menggunakan "kekuatan apa pun yang diperlukan" untuk melindungi dan menyelamatkan jiwa.

"Jika polisi percaya seorang penyerang mengenakan rompi bunuh diri dan nyawa tak bersalah berisiko, maka benar mereka dapat menggunakan kekuatan mematikan," ujar Corbyn.

 

Siapa Usman Khan?

Usman Khan, pelaku penikaman terorisme di Jembatan London.
Usman Khan, pelaku penikaman terorisme di Jembatan London. (Source: AFP)

Usman Khan telah dibebaskan dengan syarat dari penjara setelah dihukum karena pelanggaran teror, termasuk keterlibatannya merencanakan penyerangan di London Stock Exchange pada 2010.

Khan merupakan salah satu dari sembilan ekstremis dari Stoke-on-Trent, Cardiff dan London yang dijatuhi hukuman pada Februari 2012 di pengadilan mahkota Woolwich.

Dia telah merencanakan untuk mendirikan "fasilitas pelatihan militer teroris" di tanah milik keluarganya di Kashmir, menurut pernyataan hukuman. Demikian dikutip dari The Guardian.

Khan, pada usia 19, merupakan yang termuda dari grup tersebut. Dalam sambutannya, Hakim Kehakiman Wilkie mengatakan Khan dan dua orang lainnya adalah "militan yang lebih serius" daripada yang lain.

Khan pada awalnya digolongkan tidak pernah dibebaskan kecuali dianggap tidak lagi sebagai ancaman, tetapi kondisi ini kemudian dicabut. Dia dibebaskan dengan jaminan pada Desember 2018.

Wilkie mengatakan Khan bersama rekannya Nazam Hussain dan Mohammed Shahjahan, berencana untuk mendanai dan mendirikan sekolah pelatihan teroris. Bahkan Khan dan Hussain berencana meninggalkan Inggris pada Januari 2011 untuk berlatih.

Dalam sebuah laporan bulan Juli 2013, pengulas independen terorisme menulis bahwa Khan adalah satu dari tiga pria dari Stoke yang telah melakukan perjalanan ke wilayah kesukuan yang dikelola pemerintah federal (Fata) dan berencana untuk mendanai, membangun, dan mengambil bagian dalam kamp pelatihan teroris di Kashmir.

Hal itu dimaksudkan untuk melakukan aksi teroris di masa depan. Mereka adalah bagian dari kelompok yang memiliki salinan majalah ekstremis berbahasa Inggris Al-Qaeda, Inspire, dan berencana meletakkan bom surat di pos.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya