Liputan6.com, Washington D.C. - Biaya kuliah di Amerika Serikat terkenal mahal sehingga banyak peserta didik yang harus meminjam uang dalam bentuk student loan. Kini, perkara biaya ikut memadamkan minat mahasiswa internasional untuk belajar di Negeri Paman Sam.
Masalah terjadi akibat biaya mahal, adanya retorika yang membuat pelajar negara Muslim enggan studi di AS, dan makin kuatnya pesaing dari negara-negara lain.
Advertisement
Baca Juga
Amerika masih menjadi tujuan pendidikan yang didambakan mahasiswa internasional, tetapi laporan Institute for International Education atau IIE mengatakan, pendaftaran mahasiswa baru turun dalam tiga tahun berturut-turut.
"Menurut laporan Open Doors terakhir, ada 1,95 juta mahasiswa internasional di Amerika. Tetapi, hal itu berarti angka ini tidak berubah, dan pendaftaran baru terus anjlok. Ini merupakan keprihatinan yang besar untuk pendidik internasional di seluruh Amerika," kata Esther Brimmer dari Asosiasi Pendidik Internasional.
Tercatat ada empat alasan yang membuat mahasiswa internasional ogah kuliah di AS. Dilansir dari VOA Indonesia, Senin (23/12/2019), berikut empat alasan tersebut:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Mahal
Perkara biaya menjadi yang utama dalam membuat mahasiswa internasional ogah kuliah di AS. Hal ini diakui oleh pakar pendidikan.
"Ada sejumlah alasan kita saksikan penuruntan jumlah mahasiswa internasional. Saya rasa pertama dalah faktor biaya. Biaya pendidikan tinggi di Amerika terus meningkat, jadi kita harus mengupayakan untuk mengendalikannya," kata John Lucas dari International Student Exchanged Programs.
Biaya menjadi faktor penting ketika mahasiswa internasional memutuskan pilihan, dan biaya studi di Amerika mahal. Biaya rata-rata untuk universitas selama empat tahun adalah USD 27 ribu (Rp 377 juta) untuk kuliah dan pungutan tahunan.
Biaya di universitas swasta malah lebih mahal, yakni USD 41 ribu (Rp 573 juta), demikian menurut Departemen Pendidikan Amerika.
(USD 1 = Rp 13.977)
Advertisement
2. Banyak Pilihan Negara Lain
Departemen Luar Negeri Amerika mengakui Amerika kini harus bersaing dengan negara-negara lain untuk menarik calon-calon mahasiswa ini.
"Kami tahu bahwa mahasiswa internasional punya lebih banyak pilihan dimana mereka harus menuntut pendidikan tinggi," kata Marie Royce dari Deplu Amerika.
Australia, Selandia Baru, dan Kanada semakin populer untuk mahasiswa asing. Kanada telah meningkatkan pendaftaran internasional sebanyak 15 persen lewat penawaran proses yang lebih mulus untuk masuk ke universitasnya.
"Dengan kedatangan mahasiswa-mahasiswa ini ke Kanada ini merupakan komponen dari strategi untuk menarik pekerja dengan ketrampilan tinggi di Kanada," kata Kirsten Hillan, Deputi Dubes Kanada di Amerika.
3. Retorika Politik
Penurunan dalam jumlah mahasiswa yang datang ke Amerika terjadi antara lain pada kandidat dari Korea Selatan, Meksiko, Jepang, Spanyol, Arab Saudi, Iran, Turki, dan Kuwait.
"Retorika terhadap para imigran, khususnya yang berasal dari negara Muslim, tidak ramah," kata Jeanne Batalova dari Migration Policy Institute.
Tetapi Esther Brimmer berharap, meskipun muncul hambatan-hambatan baru ini, Amerika akan tetap bisa menyumbangkan sumber daya pendidikan tinggi untuk kemajuan umat manusia:
“Sangat menggembirakan melihat sumbangan mahasiswa dan akademisi internasional di Amerika, baik lewat penelitian atau cara-cara yang lain. Tetapi temuan saya, baik dalam karir ini, baik ketika saya berdinas di pemerintah maupun ketika saya mengajar, memiliki mitra yang sudah pernah belajar di Amerika benar-benar menguntungkan dan kita menjadi sadar bahwa begitu banyaknya kesamaan di antara kita," kata Esther Brimmer.
Advertisement
4. Kebijakan Pendidikan
Terakhir, pakar menyebut, mahasiswa internasional juga menghadapi ketidak-pastian seputar perubahan yang diusulkan dalam kebijakan Amerika. Opsi pelatihan praktik atau OPT tadinya memungkinkan lulusan universitas melakukan praktik kerja dalam bidang yang mereka geluti, dan mereka bisa tetap tinggal di Amerika sampaik 36 bulan setelah wisuda mereka.
“Banyak pendidik internasional berpendapat, sangat penting untuk mendukung OPT ini, yang merupakan bagian yang terintegrasi dengan pendidikan yang diterima mahasiswa di negara ini," kata Esther Brimmer.