Dubes Swiss Ingin Tawarkan Kopi Indonesia ke Nestle

Popularitas kopi Indonesia di Swiss sangatlah tinggi. Pangsanya pun kelas atas.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Jan 2020, 13:31 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2020, 13:31 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Dubes Republik Indonesia untuk Konfederasi Swiss Muliaman Hadad.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Dubes Republik Indonesia untuk Konfederasi Swiss Muliaman Hadad. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Republik Indonesia untuk Konfederasi Swiss, Muliaman Hadad, berminat untuk menawarkan kopi Indonesia ke Nestle. Selama ini, kopi Indonesia menjadi primadona di Swiss sehingga Muliaman ingin memperluas jangkauan pasarnya.

"Kopi kita top di Swiss. Sangat terkenal sebagai kopi berkualitas. Apalagi yang mereka sebut sebagai single origin itu. Jadi sangat terkenal, banyak disukai dan harganya lumayan tinggi. Jadi kalau kita ekspor banyak kan lumayan juga income kita," ujar Muliaman usai berkunjung ke kantor Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Jakarta, Senin (13/1/2020).

Sejauh ini, nilai ekspor kopi Indonesia ke Swiss mencapai USD 30 juta (Rp 410 miliar). Pihak KBRI Bern di Swiss ingin membantu pebisnis kopi dalam hal syarat, sertifikasi, dan consumer insight supaya produsen kopi Indonesia bisa semakin eksis di Swiss.

Dubes Muliaman berkata kopi Indonesia di Swiss populer di pangsa kelas atas dan yang digemari adalah arabica, mandailing, dan gayo. Kopi-kopi terkenal lain seperti java preanger pun didorong untuk diperkenalkan.

Namun, ekspor kopi Indonesia ke Swiss tergolong rendah walau perdagangan Indonesia ke Swiss surplus. Perdagangan Indonesia-Swiss surplus berkat logam mulia. Muliaman pun melihat ada potensi besar untuk ekspansi produk holtikura Indonesia seperti kopi demi membantu Current Account Deficit (CAD) Indonesia yang defisit.

"(Ekspor) komoditas lain seperti kopi, kokoa, masih sangat rendah. Artinya ruangan untuk tumbuh dan berkembang masih sangat besar sehingga dengan demikian kita akan dorong kunjungan kopi-kopi Indonesia ke Swiss dan kemudian masuk ke pasar Swiss apakah ke Nestle, atau pemain-pemain kopi yang lain, karena mereka roasting di Swiss dan setelah itu dijual ke seluruh dunia. Potensinya akan besar sekali," ucap Muliaman.

Menkop Teten berkata selama ini produsen kopi Indonesia berbisnis dengan eksportir asing untuk menjual produk. Ia ingin agar produsen itu bisa dibantu oleh pemerintah agar bisa mendapat akses langsung menjual ke konsumen internasional.

"Banyak eksportir perusahaan asing yang bekerja di Indonesia yang membeli dari para petani. Dan ini saya kira ingin ada hubungan langsung. Kenapa tidak coba bicarakan langsung dengan Nestle, karena Nestle salah satu pembeli tebresar di dunia selain Starbucks untuk kopi," ucap Teten.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kopi Produk Perkebunan Rakyat

Ilustrasi kopi
Ilustrasi kopi. Sumber foto: unsplash.com/Nathan Dumlao.

Menkop Teten menyebut 95 persen produsen kopi Indonesia berasal dari perkebunan rakyat, sementara perkebunan besar hanyalah 5 persen saja. Ia berkata untuk menaikan ekspor ke Swiss hingga dua kali lipat maka dibutuhkan penambahan produktivitas.

Kapasitas produksi kopi Indonesia saat ini adalah 600 ribu ton per tahun. Teten menyebut dari angka itu juga dinikmati kopi lokal. Ia mencatat konsumsi kopi di Indonesia sudah mencapai setengah kilo per tahun.

"Jadi kita memang tertantang kalau mau naikin ekspor ya kapasitas produksi kita naik, kebun-kebun kita harus meluas, dan juga produktivitas. Selain itu juga isu harga. Kita harus masuk ke kopi yang premium karena kita memang kopi kita berkualitas dan kita lebih tinggi dari harga internasional," ujar Teten.

Ia pun tidak takut menaikan harga kopi Indonesia untuk konsumen internasional, sebab kopi Indonesia sudah punya reputasi.

"Tapi kita tahulah barista-barista kelas dunia tahu kopi kita pembentuk rasa," pungkas Teten.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya