Cegah Virus Corona dengan Masker Bedah Dinilai Kurang Efektif, Benarkah?

Ahli Virus menilai masker bedah kurang efektif untuk mencegah penularan. Mengapa?

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Jan 2020, 13:58 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2020, 13:58 WIB
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020.
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020. (Source: AP)

Liputan6.com, Jakarta- Penggunaan masker bedah untuk mencegah infeksi kini sangat populer di banyak negara di dunia, terutama di China yang saat ini dilanda wabah Virus Corona, seperti dikutip dari 1 News, Selasa (28/1/2020). 

Meskipun sudah ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa masker bedah dapat membantu mencegah penularan dari tangan ke mulut, seorang ahli virologi mengatakan bahwa ia skeptis tentang keefektifan penggunaannya dalam menghindari virus di udara.

Seorang konsultan ahli virus, di Cambridge University, Dr Chris Smith mengatakan kepada RNZ bahwa ,"Saya pikir ada bukti terbatas untuk keefektifan, tapi saya pasti tidak akan menyuruh orang untuk tidak memakai masker tersebut bila mereka mau".

Pertama kali diperkenalkan ke rumah sakit pada akhir abad ke-18, masker bedah tidak melakukan transisi ke penggunaan umum sampai wabah flu di Spanyol pada tahun 1919 silam yang menghasilkan korban jiwa lebih dari 50 juta orang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Fungsi Sebenarnya

Virus Corona Hantui Perayaan Tahun Baru Imlek
Orang-orang yang mengenakan masker berjalan melewati dekorasi perayaan Imlek Tahun Tikus Logam di Hong Kong, 24 Januari 2020. Pemerintah China memutuskan menutup seluruh akses masuk dan keluar Kota Wuhan untuk mencegah penyebaran wabah virus corona. (AP/Kin Cheung)

Seorang dokter dari St George's, University of London, Dr. David Carrington, mengatakan kepada BBC News bahwa  "masker bedah rutin untuk publik bukan perlindungan yang efektif terhadap virus atau bakteri yang dibawa di udara", yang merupakan cara "sebagian besar virus" ditularkan, karena mereka terlalu longgar, masker bedah juga tidak memiliki saringan udara dan membiarkan mata terbuka.

Namun masker bedah dikatakan dapat membantu menurunkan risiko penularan virus melalui "percikan" dari bersin atau batuk dan memberikan perlindungan terhadap transmisi tangan-ke-mulut.

Sebuah studi pada tahun 2016 lalu dari New South Wales, Australia, juga mengatakan bahwa orang menyentuh wajah mereka sekitar 23 kali dalam satu jam.


Dimulai Dari Langkah Sederhana

Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Dr Connor Bamford, dari Wellcome-Wolfson Institute untuk pengobatan eksperimental, di Queen's University Belfast, mengatakan bahwa dengan menerapkan langkah- langkah kebersihan yang sederhana akan jauh lebih efektif.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Selandia Baru, Dr. Ashley Bloomfield juga mengingatkan bahwa, "Menutup mulut saat bersin, mencuci tangan, dan tidak meletakkan tangan ke mulut sebelum di cuci, dapat membantu membatasi risiko terkena virus pernapasan”.

Namun, ia juga mengatakan bahwa masker (pelindung) wajah tidak terlalu efektif untuk melawan virus.

Ia pun mengatakan, "Anda dapat menggunakan masker (pelindung) wajah jika Anda mau, tetapi sebenarnya tidak ada perlindungan dan bahan pokok untuk mencegah infeksi yang ada dalam influenza dan virus pernapasan lainnya”, katanya.

Ia juga menambahkan bahwa langkah kebersihan yang umum pun dapat membantu.

"Itu adalah kebiasaan mencuci tangan, etiket sosial yang baik, isolasi sosial dan etiket batuk dan bersin”, kata Dr. Ashley Bloomfield. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya