Usai Melayat, 17 Orang Kena Gejala Virus Corona COVID-19 di Inggris

17 orang ini melayat orang yang meninggal akibat gejala Virus Corona (COVID-19) di Inggris.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Mar 2020, 07:17 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2020, 07:17 WIB
Pemakaman di Italia Diiringi Kesunyian
Ilustrasi: Seorang gadis menyentuh peti mati kerabat yang meninggal saat upacara pemakaman selama masa lockdown untuk menghentikan penyebaran pandemi virus corona COVID-19 di pintu masuk kuburan kecil Bolgare, Lombardy, Italia, Senin (23/3/2020). (Piero CRUCIATTI / AFP)

Liputan6.com, Birmingham - Keluarga di Inggris terpapar Virus Corona (COVID-19) setelah menghadiri pemakaman anggota keluarga yang meninggal akibat virus tersebut. Total ada 17 orang yang mengalami gejala dan salah satunya sudah meninggal dunia. 

Dilansir New York Post, Selasa (31/3/3020), keluarga ini melayat wanita bernama Sheila Brooks (86) yang wafat pada 9 Februari lalu. Satu per satu anggota keluarganya pun tertular, diduga penularan terjadi saat pemakaman.

Beberapa hari setelah pemakaman, Susan Nelson yang merupakan keponakan dari Sheila Brooks meninggal dunia. Wanita 65 tahun itu menunjukan gejala Virus Corona.

Media Inggris menyebut Susan tutup usia di RS yang sama tempat bibinya yang meninggal dirawat.

Usai Susan Nelson meninggal, 16 anggota keluarga lain turut jatuh sakit, termasuk suami dari Nelson, anak perempuannya, seorang keponakan, dan paman buyut. Semuanya hadir ke pemakaman di Birmingham.

"Saya memperkirakan ada sekitar 17 anggota keluarga yang menunjukan gejala sejak pergi ke pemakamanan. Virus itu menyerang anggota keluarga kami yang muda dan tua," ujar Amanda, putri dari Susan Nelson.

"Ibu kami yang rupawan dan peduli merupakan pusat dari keluarga kami. Kami adalah keluarga besar yang sangat dekat, dan hal ini menghancurkan kami," lanjutnya.

Carl Nelson, putra dari Susan Nelson, berkata kejadian ibunya meninggal amat cepat. Ibunya masuk RS pada 23 Maret lalu karena batuk-batuk dan sesak napas. Dua hal itu adalah gejala umum Virus Corona.

Pihak dokter berkata kondisi Susan Nelson sudah kritis dan hanya satu anggota keluarga boleh menemaninya hingga saat akhir. Carl dan Amanda tak bisa membesuk ibunya.

"Orang-orang bisa meninggal sendirian. Untungnya, ayah saya boleh membesuk dan menemani ibu ketika ia meninggal," ujarnya.

Kasus Virus Corona di Inggris sudah menembus 22 ribu orang. Negara ini menerapkan lockdown selama tiga minggu agar virus tak menyebar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


PM Inggris Boris Johnson Positif Virus Corona COVID-19

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi laboratorium di Layanan Infeksi Nasional Inggris Kesehatan Masyarakat, setelah lebih dari 10 pasien Virus Corona diidentifikasi di Inggris, di Colindale, London utara, Minggu, 1 Maret 2020
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi laboratorium di Layanan Infeksi Nasional Inggris Kesehatan Masyarakat, setelah lebih dari 10 pasien Virus Corona diidentifikasi di Inggris, di Colindale, London utara, Minggu, 1 Maret 2020. (Henry Nicholls / Pool Foto via AP)

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dinyatakan positif Virus Corona COVID-19. Ia menjadi pemimpin negara besar pertama yang positif mengidap virus ini. 

Hal ini diumumkan PM Johnson di Twitter resminya. Politikus Partai Konservatif itu mengaku keadaannya masih sehat.  

"Selama 24 jam terakhir saya merasakan gejala-gejala ringan dan mendapat hasil tes positif Virus Corona. Saya sekarang mengisolasi diri sendiri, tetapi saya akan terus memimpin respons pemerintah lewat konferensi video untuk melawan virus ini," ujar PM Johnson, Jumat lalu.

"Bersama-sama kita akan mengalahkan ini," lanjutnya. 

Boris Johnson juga masih bisa berbicara via video. Di Twitter, ia meminta agar masyarakat bisa patuh terhadap kebijakan pemerintah terkait Virus Corona agar situasi epidemi bisa cepat dilalui. 

Salah satu kebijakan yang dia minta agar masyarakat bekerja dari rumah. Inggris pun sudah melakukan lockdown dan beberapa bisnis yang tidak esensial diminta tutup dalam tiga minggu.

"Kita akan melewati ini dan tentunya dengan menerapkan tindakan-tindakan itu. Dan semakin efektif semua orang mematuhi kebijakan-kebijakan itu, makin cepat negara kita akan melewati epidemi ini," ujar Boris. 

Sebelumnya ada beberapa pemimpin dunia yang sudah tes Virus Corona, yakni Presiden Donald Trump, Kanselir Angela Merkel, dan Presiden Joko Widodo. Mereka dilaporkan negatif. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya