Studi AS Menguak Mutasi Baru pada Virus Corona COVID-19

Dua studi di AS baru-baru ini telah menggali genom RNA dari Virus Corona COVID-19 (SARS-CoV-2), untuk mencari mutasi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Mei 2020, 19:10 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2020, 19:10 WIB
Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Petugas medis menunjukkan sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta- Dua studi baru-baru ini telah menggali genom RNA dari SARS-CoV-2, untuk mencari mutasi. Satu studi, yang berasal dari Arizona State University, menemukan penghilangan pasangan dasar besar dalam sampel virus yang diambil dari pasien di Kota Tempe, sebelah timur Phoenix, Arizona.

Penelitian kedua, di Laboratorium Nasional Los Alamos, New Mexico, melacak mutasi sepanjang terjadinya wabah, dan berhipotesis bahwa terdapat satu jenis virus lebih menular daripada jenis asli dari Wuhan.

Studi Arizona menemukan genome yang mereka beri nama AZ-ASU2923, yang memiliki penghilangan besar pada 81 pasangan dasar dalam gen yang disebut ORF7a.

Gen ORF7a ini menciptakan protein tambahan, yang membantu virus menginfeksi, mereplikasi, dan menyebar di dalam tubuh manusia, seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (7/5/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


14 Mutasi Terkait Lonjakan

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Tim Laboratorium Los Alamos menemukan empat belas mutasi yang berkaitan dengan lonjakan, yang terakumulasi ketika virus menyebar. Para peneliti menemukan satu mutasi yang mengkhawatirkan.

Tim peneliti menuliskan dalam pra-cetak "lonjakan mutasi D614G menjadi perhatian mendesak; mulai menyebar di Eropa pada awal Februari, dan ketika diperkenalkan ke wilayah baru, itu dengan cepat menjadi bentuk yang dominan."

Tim peneliti juga berpendapat bahwa mutasi protein lonjakan D614G telah melebihi versi asli Wuhan (disebut D614) di sejumlah lokasi di seluruh dunia. Virus D614G dikatakan lebih menular dan mendesak perkembangan obat-obatan dan vaksin. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya