Saingi GPS Amerika Serikat, China Luncurkan Satelit Beidou-3GEO3

Peluncuran Satelit Beidou-3GEO3 digelar di Xichang Satellite Launch Center, Provinsi Sichuan barat daya, China.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Jun 2020, 16:37 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2020, 16:37 WIB
Model BeiDou Navigation Satellite System di National Museum of China di Beijing, yang tampak tengah diamati oleh seorang anak. (Photo credit: AFP Photo/WANG ZHAO)
Model BeiDou Navigation Satellite System di National Museum of China di Beijing, yang tampak tengah diamati oleh seorang anak. (Photo credit: AFP Photo/WANG ZHAO)

Liputan6.com, Jakarta - China meluncurkan satelit terakhir pada Selasa (23/6/2020) dalam sistem geolokasi buatan sendiri yang dirancang untuk menyaingi jaringan GPS Amerika Serikat.

Cuplikan peluncuran dilaporkan tampak dari CCTV penyiar negara tersebut. Peluncuran satelit itu digelar di Provinsi Sichuan barat daya, di mana roket diluncurkan dengan latar belakang pegunungan. 

Badan Antariksa China mengatakan, pada awalnya, peluncuran Satelit Beidou-3GEO3 dari Xichang Satellite Launch Center itu dijadwalkan untuk Selasa pekan lalu tetapi ditunda karena "masalah teknis."

Nama Beidou pada satelit, diambil dari istilah China untuk bajak atau konstelasi "Biduk", yang dimaksudkan untuk menyaingi Global Positioning System (GPS) AS, GLONASS Rusia, dan Galileo Uni Eropa.

Peluncuran tersebut pun menandai langkah besar China untuk persaingannya dalam pangsa pasar di sektor yang menguntungkan.

Selain itu, menurut pengamat, dengan menyelesaikan jaringan satelit, menjadikan China sebagai pemain kunci dalam pasar layanan geolokasi bernilai miliaran dolar, seperti dikutip dari AFP,. 

Saksikan Video Berikut Ini:

Investasi Besar China

Potret peluncuran Satelit Beidou-3GEO3 dari Xichang Satellite Launch Center di Provinsi Sichuan, China itu dibagikan oleh AFP dalam postingan artikel mereka via Twitter. 

Jonathan McDowell, Seorang astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Jonathan McDowell, menyampaikan pendapatnya tentang satelit tersebut kepada AFP, "Saya pikir sistem Beidou-3 yang sedang beroperasi adalah peristiwa besar."

"Ini adalah investasi besar dari China dan membuatnya independen dari sistem AS dan Eropa," kata McDowell.

Pada awal 1990-an, China mulai membangun sistem navigasi globalnya untuk membantu mobil, kapal penangkap ikan, dan tanker militer bernavigasi menggunakan data pemetaan dari satelit negara itu sendiri.

Tersedia untuk jutaan ponsel, layanan ini sekarang dapat digunakan untuk menemukan restoran terdekat, pompa bensin atau bioskop, untuk memandu taksi, bahkan juga rudal dan menerbangkan drone tanpa awak.

Digunakan secara komersial sejak 2012, cakupan yang disediakan oleh Beidou, pertama kali terbatas pada wilayah Asia-Pasifik, tetapi layanan di seluruh dunia telah tersedia sejak 2018.

Pada jaringan hingga sekitar 30 satelit, sistem ini bekerja.

Menurut media pemerintah China, layanan Beidou juga digunakan oleh sekitar 120 negara termasuk Pakistan dan Thailand, untuk pemantauan lalu lintas pelabuhan, memandu operasi penyelamatan selama bencana dan layanan lainnya.

Untuk meyakinkan negara-negara peserta lainnya untuk menggunakan teknologinya, Beijing dilaporkan mengandalkan proyek infrastruktur global Belt and Road yang mencapai triliun dolar, saat berupaya merebut pangsa pasar dari GPS, meskipun beberapa ahli meragukan kemampuannya untuk melakukannya.

Namun menurut Mcdowell, dia tidak berpikir Beidou akan dapat "mengganti GPS dalam 10 atau bahkan 20 tahun mendatang."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya