Tingkat Kematian di Indonesia Akibat Corona COVID-19 Nomor 3 di Asia-Pasifik

Tingkat kematian Indonesia nomor 3 di Asia-Pasifik akibat Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Jul 2020, 20:58 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2020, 18:05 WIB
Duterte Sambut Jokowi di Istana Malacanang-Ap-20170428
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers usai menggelar pertemuan bilateral di Istana Malacanang di Manila, Filipina, Jumat (28/4). (AP Photo / Bullit Marquez)

Liputan6.com, Jakarta - Data terbaru menunjukan tingginya tingkat kematian di Indonesia akibat Virus Corona COVID-19. Persentase tingkat kematian di Indonesia masih sekitar 5 persen per awal Juli.

Berdasarkan data Statista yang dikutip Kamis (9/7/2020), tingkat kematian Indonesia nomor 1 di Asia Tenggara dan nomor 3 di Asia-Pasifik. Dua negara yang peringkatnya lebih tinggi dari Indonesia adalah China dan Jepang. 

Tingkat kematian akibat Virus Corona di China mencapai 5,47 persen, selanjutnya ada Jepang dengan 5,23 persen, kemudian Indonesia dengan 5,1 persen. 

Untuk jumlah kematian per 1 juta kasus, kematian di Indonesia mencapai 10,27. Angka itu lebih tinggi dari Jepang, tetapi masih lebih rendah dari India dan Filipina. 

Persentase kematian di India dan Filipina masing-masing 2,97 persen dan 3,37 persen. 

Hingga Kamis siang ini, jumlah kematian di China mencapai 4.634 kasus, lalu di Jepang ada 980 kasus, sementara Indonesia mencatat 3.359 kasus. Data tersebut berasal dari CoronaTracker.

Jepang saat ini sedang mengalami lonjakan Virus Corona (COVID-19). Dalam seminggu terakhir, kasus harian baru bisa menembus 100. Berdasarkan grafik Our World in Data, jumlah tes corona di Jepang sempat meningkat pesat pada pertengahan Juli lalu.

Secara global, tingkat kematian tertinggi berada di Yaman dengan 26,9 persen dan Belgia yang mencapai 15,8 persen.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Mulai Waspadai Gelombang Kedua Virus Corona

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani membeberkan bahwa kondisi ekonomi yang diserang pandemi Covid-19 ini menjadi begitu dramatis.

Pasalnya, setelah pembukaan kembali aktivitas ekonomi di beberapa negara, justru dibarengi dengan peringatan second wave dari pandemi.

“Ini menggambarkan betapa perubahan dari kondisi ekonomi berjalan sangat begitu cepat dan drastis hanya dalam kurun waktu dua kuartal saja,” ujar dia dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (9/7/2020).

“Angka kuartal II sudah indikasikan penurunan ekonomi di semua negara. Kuartal II menunjukkan kemerosotan yang sangat drastis dan perlu kita waspadai, Indonesia bisa diatas 6 persen. Bahkan diperkirakan hingga -12 pada kuartal II. Negara-negara maju seperti AS, Inggris, Jerman dan Jepang bahkan kontraksinya mendekati 10 persen atau double digit,” sambungnya menguraikan.

Untuk itu, Menkeu menjelaskan bahwa perlu terus meningkatkan kewaspadaan untuk menangani Covid-19 ini. Sebab, bagaimanapun situasi ekonomi masih belum bisa dipastikan, mengingat perkembangan virus yang belum sepenuhnya dapat dipelajari.

“Kita harus terus menaik kan kewaspadaan dan kemampuan kita dalam menangani Covid-19 ini. Kita tahu masalah ini terjadi pembatasan sosial dan kegiatan ekonomi sosial masyarakat menyebabkan dampak meluas di bidang sosial ekonomi. Dan berpotensi memberi dampak serius pada sektor keuangan,” pungkas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya