Tolak Jam Malam, Serbia Rusuh di Tengah Lonjakan Kasus Corona COVID-19

Oposisi menyalahkan pemerintah yang mencabut kebijakan lockdown terlalu awal. Kini, kasus Virus Corona (COVID-19) melonjak lagi di Serbia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Jul 2020, 12:56 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2020, 12:56 WIB
Kerusuhan di parlemen Serbia akibat lonjakan Virus Corona (COVID-19).
Kerusuhan di parlemen Serbia akibat lonjakan Virus Corona (COVID-19). Dok: AP Photo

Liputan6.com, Belgrade - Kerusuhan pecah di ibu kota Serbia akibat penyebaran kasus Virus Corona (COVID-19). Awalnya protes berlangsung damai, kemudian bentrokan antara masyarakat dan kepolisian terjadi.

Penyebab kerusuhan terkait pemerintah yang plin-plan menerapkan kebijakan lockdown. Pemerintah ingin kembali menerapkan jam malam pada Jumat petang hingga Senin pagi mendatang. Kabar itu membuat warga protes.

Dilansir BBC, Kamis (9/7/2020), protes dimulai pada Selasa sore di depan gedung parlemen Bergrade. Polisi terpaksa turun tangan karena masyarakat menerobos masuk ke dalam gedung.

Presiden Serbia Alexander Vucic mengecam kerusuhan yang terjadi. Ia meminta agar protes dihentikan demi menghindari bertambahnya kasus corona.

Pada Rabu petang kemarin, polisi kembali bentrok dengan pendemo. Gas air mata ditembakan dan aksi saling lempar terjadi.

Kasus corona di Serbia sedang melonjak usai lockdown dicabut pada Mei kemarin. Pihak oposisi menyalahkan presiden karena terlalu dini mencabut lockdown.

Kasus harian corona di Serbia melonjak lagi. Dok: Our World in Data

Kenaikan kasus itul membuat pemerintah ingin menerapkan jam malam. Setelah didemo, pemerintah akhirnya mengubah rencananya bahwa jam malam tidak akan diterapkan di ibu kota, tetapi akan ada tindakan pencegahan yang lebih ketat.

Kritikan juga muncul karena pemerintah dianggap tidak mengumumkan jumlah kematian sebenarnya akibat corona.

Hingga kini, pemerintah Serbia mencatat ada 341 kematian akibat Corona COVID-19. Jumlah kasus positif mencapai 17.076 kasus.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


1.158 WNI Positif Corona COVID-19 di Luar Negeri, Tertinggi dari Arab Saudi

FOTO: 350 Penumpang KRL Jalani Tes Swab di Stasiun Bogor
Petugas medis saat melakukan tes swab terhadap penumpang kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Bogor, Bogor, Jawa Barat, Senin (27/4/2020). Pengetesan yang melibatkan 350 penumpang ini untuk memastikan ada atau tidaknya virus corona COVID-19 yang dibawa penumpang KRL. (merdeka.com/Arie Basuki)

Arab Saudi menjadi negara dengan kasus warga negara Indonesia (WNI) yang positif Virus Corona COVID-19 di luar negeri. Totalnya ada 173 WNI.

Masih ada 80 WNI yang dirawat di Arab Saudi akibat Virus Corona. Sebanyak 52 pasien sudah sembuh dan 41 meninggal. Jumlah WNI yang meninggal di Arab Saudi juga yang tertinggi. 

Sebelumnya, kasus tertinggi Virus Corona bagi WNI berada di Malaysia dengan total 167 WNI. Hingga kini, 118 WNI masih dirawat di Malaysia dan 2 orang meninggal.

Berikut petanya pada Kamis (9/7/2020): 

 

"Tambahan WNI terkonfirmasi COVID-19 di Singapura, Qatar, dan Kuwait, serta sembuh di Amerika Serikat. Total WNI terkonfirmasi COVID-19 di luar negeri adalah 1158: 765 sembuh, 84 meninggal dan 309 dalam perawatan," tulis @Kemlu_RI via Twitter.

Kasus WNI yang terpapar Virus Corona paling banyak di wilayah Timur Tengah. Di Qatar ada 97 kasus dan di Kuwait ada 96 kasus.

Pasien yang sembuh berada di Thailand, Taiwan, Spanyol, Rusia, Jepang, India, dan Vatikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya