Iran Larang Pesta Pernikahan Guna Setop Penyebaran Corona COVID-19

Iran secara bertahap mengendurkan pengunciannya sejak pertengahan April lalu, tetapi baru-baru ini melaporkan kenaikan tajam dalam tingkat infeksi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Jul 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2020, 11:00 WIB
Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Liputan6.com, Teheran - Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan larangan untuk menyelenggarakan pertemuan besar seperti pernikahan dan untuk membendung peningkatan infeksi Virus Corona, tetapi bersikeras ekonomi negara harus tetap dibuka.

Tak lama setelah pidato Rouhani di televisi, seorang pejabat polisi di Teheran mengumumkan penutupan semua tempat pernikahan, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (12/7/2020).

Iran secara bertahap mengendurkan pengunciannya sejak pertengahan April lalu, tetapi baru-baru ini melaporkan kenaikan tajam dalam tingkat infeksi.

Korban tewas pada hari Sabtu kemarin naik 188 dari 24 jam sebelumnya menjadi 12.635, sementara jumlah total kasus yang didiagnosis mencapai 255.117, naik 2.397 selama periode yang sama, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Sima Sadat Lari di TV pemerintah Iran.

"Kita harus melarang upacara dan pertemuan di seluruh negeri, seperti pernikahan atau pesta," kata Rouhani.

"Sekarang bukan waktunya untuk festival atau seminar," katanya, seraya menambahkan bahwa ujian masuk universitas pun mungkin harus ditangguhkan.

Rouhani dan pejabat Iran lainnya menyalahkan kenaikan infeksi sebagian pada pesta pernikahan dan pertemuan publik lainnya.

Simak video pilihan berikut:

Ancaman Gelombang II

Iran
Warga dengan masker melintasi sebuah jalan di pusat Kota Teheran, 28 Juni 2020. Presiden Iran Hassan Rouhani pada Minggu (28/6) mengatakan mengenakan masker di tempat umum akan menjadi wajib mulai pekan depan Di tengah meningkatnya infeksi dan kematian akibat COVID-19. (Xinhua/Ahmad Halabisaz)

Penasihat Satuan Tugas Koronavirus Iran memperingatkan bahwa jika langkah-langkah yang tepat tidak diambil, antara 50.000 dan 60.000 orang dapat meninggal akibat pandemi.

"Gelombang kedua, yang akan terjadi pada musim gugur, akan jauh lebih mematikan," kata penasihat itu, Hossein Qenaati, menurut kantor berita semi-resmi ISNA.

Sementara berjuang untuk menghentikan penyebaran COVID-19, otoritas Iran khawatir bahwa langkah-langkah yang lebih keras dapat menghancurkan ekonomi yang sudah terhuyung-huyung di bawah sanksi AS.

"Pilihan termudah adalah mematikan semuanya," kata Rouhani.

"Tapi kemudian orang akan turun ke jalan karena kelaparan dan pengangguran."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya