Selain Hagia Sophia, Turki Akan Ubah Museum Gereja Chora Menjadi Masjid

Museum Gereja Chora, salah satu bangunan Bizantium paling terkenal di Istanbul, juga akan dibuka kembali menjadi Masjid oleh pemerintah Turki.

oleh Hariz Barak diperbarui 22 Agu 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2020, 10:00 WIB
Interior Museum Gereja Chora di Istanbul, Turki. Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan akan mengalihfungsikan bangunan itu kembali menjadi masjid (Dosserman / Wikimedia Commons)
Interior Museum Gereja Chora di Istanbul, Turki. Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan akan mengalihfungsikan bangunan itu kembali menjadi masjid (Dosserman / Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Istanbul - Beberapa minggu setelah alih fungsi bangunan bersejarah Hagia Sophia menjadi sebuah masjid, Museum Chora, salah satu bangunan Bizantium paling terkenal di Istanbul, juga akan dibuka kembali sebagai tempat ibadah Muslim oleh pemerintah Turki.

Berasal dari Kekaisaran Bizantium abad keenam, struktur bangunan yang indah dari Chora tetap utuh. Pada abad ke-16, setelah penaklukan Istanbul oleh Mehmet II, gereja tersebut diubah menjadi masjid.

Bagian dalam bangunan ditutupi dengan beberapa mosaik dan lukisan dinding Bizantium tertua dan terbaik yang masih ada. Mereka ditemukan dan dipulihkan setelah bangunan itu diubah menjadi museum.

Karena larangan gambar ikonik di tempat-tempat sholat Muslim, lukisan dinding gereja ditutup di bawah lapisan plester, yang berdampak pada kerusakan pada beberapa sudut. Hal itu kemudian diperparah dengan adanya gempa bumi besar (khususnya di abad ke-12).

Pada 2019, pengadilan Turki membatalkan keputusan 1945 yang mengubah Chora, yang dikenal sebagai Kariye dalam bahasa Turki, menjadi museum yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan.

Pada Jumat 21 Agustus 2020, sebuah dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan dan diterbitkan dalam surat kabar resmi Turki menyatakan "pengelolaan Masjid Kariye dipindahkan ke Direktorat Urusan Agama, dan (masjid) akan dibuka untuk beribadah," demikian seperti dikutip dari TRT World, Sabtu (22/8/2020).

Museum yang terletak di dekat tembok kota kuno ini terkenal dengan mosaik dan lukisan dindingnya yang rumit. Itu berasal dari abad ke-4, meskipun bangunan itu mengambil bentuknya saat ini pada abad ke-11 hingga ke-12.

Simak video pilihan berikut:

Turki Merespons Kritik dari Yunani

Dukungan Warga Turki untuk Tentaranya yang Perangi Kurdi di Suriah
Buruh memasang bendera di tiang listrik menuju perbatasan Oncupinar di Kota Kilis, Turki, Senin (29/1). Bentrokan sempat meletus di puncak bukit strategis di Suriah karena milisi Kurdi mencoba mendapatkan kembali kontrol. (AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Turki menanggapi pernyataan Yunani bahwa keputusan untuk mengubah museum menjadi masjid adalah "provokasi," mengatakan bahwa Turki melindungi semua aset budayanya "dengan cermat".

Kementerian meminta Athena untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi umat Islam di negara itu untuk dapat menjalankan iman mereka.

"Upaya Yunani untuk membuat agenda palsu pasti gagal," kata Turki.

Juga pada hari Jumat, beberapa penduduk Istanbul bergegas ke gedung itu, beberapa berharap untuk mengadakan salat di sana, kata Anadolu Agency yang dikelola pemerintah Turki.

"Seperti Hagia Sophia, ini adalah masjid penting bagi umat Islam," kata kantor itu mengutip warga Istanbul Cuma Er.

"Kami datang ke sini untuk berdoa setelah kami mengetahui tentang keputusan itu. Tapi kami telah diberitahu bahwa itu belum dibuka untuk doa. Kami menunggu pembukaannya."

Bulan lalu, Presiden Erdogan bergabung dengan ratusan jamaah untuk salat Muslim pertama di Hagia Sophia dalam 86 tahun. Sebanyak 350.000 mengambil bagian dalam doa-doa di luar gedung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya