Pidato Lengkap Shinzo Abe Ungkap Penyebab Mundur dari Posisi PM Jepang

Shinzo Abe meminta maaf pada rakyat Jepang dan siap mendukung perdana menteri baru.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Agu 2020, 18:50 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 18:50 WIB
FOTO: Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe Mengundurkan Diri
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berbicara dalam konferensi pers di Kediaman Resmi Perdana Menteri, Tokyo, Jepang, Jumat (28/8/2020). Shinzo Abe pada 28 Agustus 2020 mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Jepang karena masalah kesehatan. (Franck ROBICHON/POOL/AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Shinzo Abe memutuskan mundur dari posisi Perdana Menteri Jepang karena masalah kesehatan. Meski begitu, ia menyatakan bakal tetap aktif di dunia politik untuk mendukung perdana menteri baru. 

Pada pidato pengunduran dirinya, Shinzo Abe membahas penyakit kronisnya yang kambuh pada Juni lalu. Abe diketahui sudah lama mengidap penyakit radang usus.

Shinzo Abe juga meminta maaf kepada rakyat Jepang, serta berterima kasih atas dukungan selama hampir delapan tahun terakhir. Selain itu, Abe juga membahas beberapa penyesalan selama menjadi PM. 

Berikut pidato lengkap Shinzo Abe saat mengumumkan pengunduran diri sebagai PM Jepang, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (28/8/2020):

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Penyakit Mulai Kambuh

PM Jepang Shinzo Abe mundur akibat kondisi kesehatannya menurun. (AP)
PM Jepang Shinzo Abe mundur akibat kondisi kesehatannya menurun. (AP)

13 tahun lalu penyakit ulcerative colitis kronis muncul. Dalam setahun saya mendadak harus mundur sebagai perdana menteri, tapi saya menimbulkan masalah besar bagi publik.

Kemudian kita memiliki obat baru dan saya siap saya sehat, dengan dukungan publik saya sekali lagi memutuskan mengambil tanggung jawab signifikan sebagai perdana menteri.

Selama delapan tahun, saya mengendalikan penyakit kronis saya tanpa masalah. Saya tetap fokus pada pekerjaan saya sebagai perdana menteri setiap hari. Saya memakai segala usaha.

Namun, pada Juni tahun ini, saya melakukan check-up regular dan melihat pertanda kemunculan penyakitnya.

Saya telah meminum obatnya dan mengerahkan segala usaha saya dalam pekerjaan sebagai perdana menteri. Dan pertengahan bulan lalu muncul sebuah kondisi dalam kesehatan saya. Dan saya kurang sehat. Dan kolitisnya muncul lagi.

Ke depannya, selain obatnya yang saya sudah minum, saya akan meminum obat-obatan baru.

Awal pekan ini dalam sebuah check up ada hasil memuaskan dari obatnya. Namun telah dikonfirmasi bahwa saya harus terus meminum obatnya jadi saya tak boleh kehilangan fokus pada pengobatan.

Sementara, pada politik hal yang paling penting adalah memberikan hasil, sejak inaugurasi administrasi saya selama tujuh tahun dan delapan bulan.

Untuk mendapatkan hasil (pengobatan), saya melakukan pemberhentian pada pekerjaan saya sebagai perdana menteri.

Saya harus bertarung melawan penyakit ini dan dirawat. Dan saya tidak dalam kondisi sempurna dalam hal kesehatan, dan saya mesti harus membuat keputusan politik yang penting.

Saya tak bisa berbuat kesalahan untuk mengambil keputusan yang penting, untuk mendukung, serta memberi respons kepada publik. Jadi saya sekarang tidak siap untuk menjawab mandat dari publik.

Saya membuat penilaian bahwa saya seharusnya tidak melanjutkan pekerjaan saya sebagai perdana menteri. Saya memutuskan untuk turun sebagai perdana menteri.

Masalah COVID-19 dan Permintaan Maaf

Menengok Aktivitas Warga Tokyo di Tengah Pandemi
Orang-orang mengenakan masker mencegah penyebaran coronavirus baru berjalan di atas penyeberangan pejalan kaki di Tokyo, Senin, (20/7/2020). Ibukota Jepang hari Senin mengkonfirmasi lebih dari 160 kasus virus corona baru. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Tantangan paling signifikan bagi kita adalah melawan Virus Corona. Kita harus menghindari semua halangannya ketika menangani Virus Corona.

Selama bebrapa bulan terakhir, itu adalah satu-satunya fokus saya. Saya sangat berjuang untuk mengambil keputusan.

Saya melihat adanya penurunan kasus setelah Juli. Juga menjelang musim salju diperlukan tindakan-tindakan untuk diterapkan. Maka di bawah kepemimpinan yang baru, tantangan-tangangan itu harus dijawab dan ini adalah waktunya untuk perubahan kepemimpinan.

Selama tujuh tahun dan delapan bulan terakhir, kita telah menjawab banyak tantangan. Banyak tantangan yang belum kita selesaikan. Pada saat yang sama ada beberapa pencapaian dan batu pijakan yang kita raih untuk menjawab mandat (dari rakyat).

Pencapaian itu adalah berkat publik dan rakyat Jepang. Saya menyampaikan apresiasi saya kepada rakyat Jepang.

Meski ada dukungan, saya masih ada satu tahun lagi dalam masa jabatan saya, dan ada tantangan-tantangan lain yang belum terjawab di tengah penyebaran virus corona, saya memutuskan untuk turun sebagai perdana menteri.

Saya ingin menyampaikan maaf saya ke rakyat Jepang.

Penyesalan dan Rencana ke Depan

PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)
PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)

Saya tak bisa menyelesaikan isu pneculikan warga Jepang oleh Korea Utara. Itu tentu sumber penyesalain saya, (lalu) isu perjanjian damai dengan Rusia, dan isu amendemen konstitusi sayangnya masih belum selesai.

Itu tentunya hal yang kita sesalkan, tetapi itu adalah komitmen yang dibuat oleh Partai Demokrasi Liberal kepada rakyat Jepang di bawah kepemimpinan baru.

Kita akan menyambut kebijakan baru, kita akan memiliki engine baru, dan pertumbuhan dan momentun, dan langkah-langkah itu akan dieksekusi perdana menteri selanjutnya.

Sebelum dia diangkat, saya akan masih bertanggung jawab sebagai perdana menteri Jepang. Saya akan melakukan pengobatan dan mengembalikan kesehatan saya lagi, dan saya bisa berdiri di belakang administrasi baru sebagai seorang politisi.

Kepada rakyat Jepang, saya mengapresiasi dukungan kalian selama delapan tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya