7 Orang Masih Hilang Pasca Ledakan Beirut, 4 di Antaranya Warga Suriah dan Mesir

Tujuh orang, termasuk tiga warga Lebanon masih hilang pasca insiden ledakan besar yang melanda Ibu Kota Beirut.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Agu 2020, 13:03 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2020, 13:03 WIB
Kondisi di Beirut Lebanon Setelah Ledakan Dahsyat
Setelah ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020). Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim menyatakan ledakan tersebut berasal dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan. (AP Photo/Hassan Ammar)

Liputan6.com, Beirut - Tujuh orang, termasuk tiga warga Lebanon masih hilang pasca insiden ledakan besar yang melanda Ibu Kota Beirut, menurut keterangan dari tentara negara tersebut. 

Kendati demikian, upaya pencarian masih dilakukan. 

Dikutip dari Channel News Asia, Minggu (30/8/2020), juru bicara militer, Elias Aad menyatakan dalam konferensi pers, "Operasi pencarian dan penyelamatan tidak akan berhenti sampai mereka yang hilang ditemukan".

Masih ada "tujuh orang hilang: tiga warga Lebanon yang kerabatnya telah mengirimkan sampel DNA, tiga warga Suriah, dan satu warga Mesir," terangnya.

Menurut Elias Aad, angka itu dikumpulkan dari data yang diserahkan oleh Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon, dan berkoordinasi dengan Palang Merah.

Pada pekan lalu, Pasukan Keamanan menyatakan bahwa telah mengidentifikasi 33 orang yang hilang setelah ledakan. 

Sementara itu, jumlah korban tewas akibat ledakan itu meningkat menjadi 188 orang, menurut Kementerian kesehatan Lebanon.

Saksikan Video Berikut Ini:


Akses Air Bersih dan Sanitasi

Rekonstruksi Bangunan Pascaledakan di Beirut
Para pekerja memperbaiki bangunan yang rusak akibat ledakan di Beirut, Lebanon, pada 21 Agustus 2020. Warga Lebanon memulai upaya rekonstruksi menyusul ledakan pada 4 Agustus yang mengguncang Pelabuhan Beirut dan menewaskan sedikitnya 177 orang. (Xinhua/Bilal Jawich)

Ledakan besar yang diyakini akibat amonium nitrat di pelabuhan Beirut itu juga telah melukai setidaknya 6.500 orang dan menyebabkan puluhan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal. 

Diperkirakan 300.000 orang termasuk sekitar 100.000 anak, diperkirakan telah kehilangan rumah mereka karena rusak atau hancur akibat ledakan.

Tak hanya itu, badan anak-anak PBB, UNICEF juga memperingatkan kurangnya akses ke layanan air bersih dan sanitasi yang kritis.

Perwakilan UNICEF Lebanon, Yukie Mokuo, menyampaikan, "Karena kasus COVID-19 terus meningkat, sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak dan keluarga yang terkenan dampak akibat ledakan memiliki akses ke air bersih dan sanitasi".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya