Amalan dari Internet dan Medsos, Boleh atau Tidak? Simak Penjelasan Buya Yahya

Apakah kita boleh mengambil dan melakukan amalan-amalan yang bersumber dari internet atau medsos? Simak penjelasan Buya Yahya.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 20 Mar 2025, 13:33 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 13:33 WIB
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Tangkap layar YouTube Al Bahjah TV)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi digital memberikan kemudahan bagi umat Muslim dalam menjalankan ibadah. Salah satunya adalah akses untuk mengikuti kajian keagamaan secara virtual serta menyimak berbagai konten dakwah melalui platform media sosial.

Saat ini, materi-materi tentang Islam dapat dengan mudah ditemukan di internet. Berbagai amalan juga tersebar luas, sehingga seseorang dapat memilih amalan yang ingin dijalankan. Beberapa amalan yang sering dijumpai di internet atau media sosial, misalnya amalan untuk melunasi utang, memperlancar rezeki, mendapatkan jodoh dengan cepat, serta doa bagi anak agar menjadi saleh atau salehah.

Namun, timbul pertanyaan: apakah diperbolehkan mengambil dan mengamalkan ajaran yang bersumber dari internet atau media sosial? Mengenai hal ini, ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif, atau yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya, pernah memberikan penjelasan. Penasaran seperti apa? Berikut informasi lengkap yang dirangkum pada Kamis (20/3/2025).

Promosi 1
Penjelasan dari Buya Yahya

Penjelasan dari Buya Yahya

KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (Foto: YouTube Al Bahjah TV)... Selengkapnya

Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum mengamalkan amalan dari internet atau medsos adalah mengecek terlebih dahulu sumbernya dari mana. Buya Yahya mengimbau umat Islam jangan asal mengerjakan amalan jika sumbernya tidak jelas. 

“Kalau ada orang share kepada Anda harus tahu dari mana itu sumbernya, kan begitu. Kalau tidak, gak bener ibadah semacam itu. Harus ada dong (sumbernya),” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

Buya Yahya mengatakan, benar atau tidaknya amalan yang dibagikan di internet atau medsos harus dinilai oleh orang yang punya ilmu. Bisa saja hadis yang digunakan oleh pembuat konten tidak benar alias palsu. 

“Tapi kembali kepada sumbernya. Kalau sumbernya yang ma'ruf, yang sudah selama ini dikenal, dia seorang alim, sholeh, memberi share, oke (boleh diamalkan). Tapi kalau asal (harus) waspada. Jadi jangan sampai asal mengamalkan bahkan jangan asal menge-share,” imbuhnya.

Buya Yahya mengingatkan, di era internet dan medsos umat Islam jangan gampang menerima amalan secara mentah-mentah. Sebab, katanya, saat ini banyak juga orang yang berlomba mengajarkan kesesatan di internet atau medsos. 

“Jadi makanya waspada. Maka pentingnya berguru, sambung dengan guru yang menyelamatkan Anda. Jika itu yang di-share dari guru Anda, maka boleh diterima,” katanya.

“Kalau bukan, nggak dulu, bentar dulu. Banyak hadis palsu seperti di amalan Rajab. Amalan ini pahalanya begini, sementara hadisnya palsu yang gak boleh diamalkan. Tapi kalau sumbernya jelas, ulamanya jelas, oke. Guru yang sudah Anda kenal boleh Anda amalkan,” lanjutnya. 

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, dapat disimpulkan bahwa mengerjakan amalan dari internet atau medsos diperbolehkan asalkan sumbernya harus jelas dan orang yang menyampaikannya adalah ustadz-ustadz yang seakidah.

Waspada Terhadap Kesesatan dan Ajaran Sesat

Buya Yahya
Buya Yahya mengatakan, salah satu amalan utama di bulan Sya'ban adalah berpuasa. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Al-Bahjah TV)... Selengkapnya

Internet dan media sosial juga menjadi tempat penyebaran ajaran sesat. Berhati-hatilah dan jangan mudah terpengaruh oleh amalan atau ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang benar. Tetap berpegang pada Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman utama.

Kenali ciri-ciri ajaran sesat dan hindari amalan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar. Jangan mudah terpengaruh oleh iming-iming atau janji-janji yang tidak masuk akal, serta selalu kritis dan selektif dalam menerima informasi.

Perbanyak membaca dan mempelajari Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan memahami ajaran Islam yang benar, kita akan lebih mudah untuk membedakan mana amalan yang benar dan mana yang sesat.

Belajar kepada Guru Agama

Meskipun belajar agama melalui internet dimungkinkan, khususnya untuk aqidah dan fiqih, belajar langsung kepada guru agama yang terpercaya tetap dianjurkan untuk menghindari kesalahan pemahaman. Belajar melalui media seperti YouTube dari ulama yang kredibel juga bisa menjadi alternatif.

Guru agama dapat memberikan bimbingan dan arahan yang lebih personal dan komprehensif. Mereka dapat menjawab pertanyaan dan memberikan penjelasan yang lebih detail tentang amalan-amalan tertentu. Kehadiran guru agama sangat penting dalam memahami ajaran Islam secara benar dan menyeluruh.

Mengikuti ceramah atau pengajian dari ulama yang kredibel melalui YouTube dapat menjadi alternatif jika tidak memungkinkan untuk belajar langsung. Pilihlah ulama yang memiliki reputasi baik dan dikenal keilmuannya. Pastikan informasi yang disampaikan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

 

Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya