Liputan6.com, Jakarta - China telah menandatangani perjanjian untuk secara resmi bergabung dengan COVAX, platform yang dikembangkan untuk mendukung penelitian, pengembangan, dan pembuatan berbagai macam vaksin COVID-19 yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dilansir CNN, Jumat (9/10/2020), inisiatif tersebut, bertujuan untuk memberikan akses vaksin COVID-19 yang efektif.
"Ini adalah langkah penting yang diambil China untuk menegakkan konsep komunitas kesehatan bersama untuk semua orang dan menghormati komitmennya dalam membuat vaksin COVID-19 menjadi barang publik global," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Advertisement
Menlu Hua Chunying melanjutkan, "Kami mengambil langkah konkret ini untuk memastikan pemerataan distribusi vaksin, terutama ke negara berkembang, dan berharap negara-negara yang lebih mampu juga akan bergabung dan mendukung COVAX. China juga akan memperkuat kerja sama vaksin dengan negara terkait melalui jaringan COVAX".
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
COVAX Libatkan Sejumlah Negara
Melalui COVAX Facility yang dikoordinasikan oleh aliansi vaksin Gavi, terdapat lebih dari 75 negara 'berpenghasilan tinggi' yang telah berkomitmen untuk mendanai setidaknya sebagian dari biaya pembuatan vaksin untuk negara-negara yang berpenghasilan rendah.
AS- yang telah memutuskan hubungannya dengan WHO - dan Rusia hingga saat ini diketahui belum bergabung dalam program tersebut.
Sementara Australia, Kanada, Jepang, Inggris Raya dan 27 negara yang diwakili oleh Komisi Eropa telah menjadi anggota.
Dikutip dari Associated Press, saat ini belum adanya informasi terkait ketentuan perjanjian dan bagaimana China akan berkontribusi dengan COVAX.
Namun, Presiden China Xi Jinping sebelumnya sudah menekankan bahwa China akan menjadikan vaksin COVID-19 sebagai barang publik global.
Advertisement